.Bismillah

.Bismillah

Sabtu, 12 Januari 2013

Ziarah Kubur

Oleh Al Habib Munzir Al Musawa :


Sabda Rasulullah saw : "Aku melewati Musa (as) dimalam aku di Isra kan di Katsibil Ahmar dan Musa berdiri di kuburnya dan ia shalat" (Shahih Muslim Bab Fadhail), bahkan firman Allah swt : "Janganlah kalian menyangka orang yang terbunuh dijalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup dan diberi rizki oleh Allah" (Al Imran-169),

Saya perjelas lagi bahwa berdoa di kuburan pun adalah sunnah Rasulullah saw, beliau saw bersalam dan berdoa di Pekuburan Baqi’, dan berkali kali beliau saw melakukannya, demikian diriwayatkan dalam Shahihain Bukhari dan Muslim, dan beliau saw bersabda : “Dulu aku pernah melarang kalian menziarahi kuburan, maka sekarang ziarahlah”. (Shahih Muslim hadits No.977 dan 1977)

Dan Rasulullah saw memerintahkan kita untuk mengucapkan salam untuk ahli kubur dengan ucapan “Assalaamu alaikum Ahliddiyaar minalmu’minin walmuslimin, wa Innaa Insya Allah Lalaahiquun, As’alullah lana wa lakumul’aafiah..” (Salam sejahtera atas kalian wahai penduduk penduduk dari Mukminin dan Muslimin, Semoga kasih sayang Allah atas yang terdahulu dan yang akan datang, dan Sungguh Kami Insya Allah akan menyusul kalian, Aku memohon kepada Allah untukku dan kalian Afiah ) (Shahih Muslim hadits No 974, 975, 976). Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw bersalam pada Ahli Kubur dan mengajak mereka berbincang-bincang dengan ucapan “Sungguh Kami Insya Allah akan menyusul kalian”.

Rasul saw berbicara kepada yang mati sebagaimana selepas perang Badr, Rasul saw mengunjungi mayat – mayat orang kafir, lalu Rasulullah saw berkata : “wahai Abu Jahal bin Hisyam, wahai Umayyah bin Khalf, wahai ‘Utbah bin Rabi’, wahai syaibah bin rabi’ah, bukankah kalian telah dapatkan apa yang dijanjikan Allah pada kalian…?!, sungguh aku telah menemukan janji tuhanku benar..!”, maka berkatalah Umar bin Khattab ra : “wahai rasulullah.., kau berbicara pada bangkai, dan bagaimana mereka mendengar ucapanmu?”, Rasul saw menjawab : “Demi (Allah) Yang diriku dalam genggamannya, engkau tak lebih mendengar dari mereka (engkau dan mereka sama – sama mendengarku), akan tetapi mereka tak mampu menjawab” (Shahih Muslim hadits No.6498).
Makna ayat : “Sungguh Engkau tak akan didengar oleh yg telah mati”.
Berkata Imam Qurtubi dalam tafsirnya makna ayat ini bahwa yang dimaksud orang yang telah mati adalah orang kafir yang telah mati hatinya dengan kekufuran, dan Imam Qurtubi menukil hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa Rasul saw berbicara dengan orang mati dari kafir Quraisy yang terbunuh di perang Badr. (Tafsir Qurtubi Juz 13 hal 232).
Berkata Imam Attabari rahimahullah dalam tafsirnya bahwa makna ayat itu : bahwa engkau wahai Muhammad tak akan bisa memberikan kefahaman kepada orang yang telah dikunci Allah untuk tak memahami (Tafsir Imam Attabari Juz 20 hal 12, Juz 21 hal 55, )
Berkata Imam Ibn katsir rahimahullah dalam tafsirnya : “walaupun ada perbedaan pendapat tentang makna ucapan Rasul saw pada mayat – mayat orang kafir pada peristiwa Badr, namun yang paling shahih diantara pendapat para ulama adalah riwayat Abdullah bin Umar ra dari riwayat riwayat shahih yang masyhur dengan berbagai riwayat, diantaranya riwayat yang paling masyhur adalah riwayat Ibn Abdilbarr yang menshahihkan riwayat ini dari Ibn Abbas ra dengan riwayat Marfu’ bahwa : “tiadalah seseorang berziarah ke makam saudara muslimnya didunia, terkecuali Allah datangkan ruhnya hingga menjawab salamnya”, dan hal ini dikuatkan dengan dalil shahih (riwayat shahihain) bahwa Rasul saw memerintahkan mengucapkan salam pada ahlilkubur, dan salam hanyalah diucapkan pada yg hidup, dan salam hanya diucapkan pada yg hidup dan berakal dan mendengar, maka kalau bukan karena riwayat ini maka mereka (ahlil kubur) adalah sama dengan batu dan benda mati lainnya. Dan para salaf bersatu dalam satu pendapat tanpa ikhtilaf akan hal ini, dan telah muncul riwayat yang mutawatir (riwayat yg sangat banyak) dari mereka, bahwa Mayyit bergembira dengan kedatangan orang yang hidup ke kuburnya”. Selesai ucapan Imam Ibn Katsir (Tafsir Imam Ibn Katsir Juz 3 hal 439).
Riwayat lainnya Rasul saw bertanya – tanya tentang seorang wanita yang biasa berkhidmat di masjid, berkata para sahabat bahwa ia telah wafat, maka Rasul saw bertanya : “mengapa kalian tak mengabarkan padaku?, tunjukkan padaku kuburnya” seraya datang ke kuburnya dan menyolatkannya, lalu beliau saw bersabda : “Pemakaman ini penuh dengan kegelapan (siksaan), lalu Allah menerangi pekuburan ini dengan shalatku pada mereka” (Shahih Muslim hadits No.956)
Abdullah bin Umar ra bila datang dari perjalanan dan tiba di Madinah maka ia segera masuk masjid dan mendatangi Kubur Nabi saw seraya berucap : Assalamualaika Yaa Rasulallah, Assalamualaika Yaa Ababakar, Assalamualaika Ya Abataah (wahai ayahku)”. (Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.10051)
Berkata Abdullah bin Dinar ra : Kulihat Abdullah bin Umar ra berdiri di kubur Nabi saw dan bersalam pada Nabi saw lalu berdoa, lalu bersalam pada Abubakar dan Umar ra” (Sunan Imam Baihaqiy ALkubra hadits no.10052)
Sabda Rasulullah saw : Barangsiapa yang pergi haji, lalu menziarahi kuburku setelah aku wafat, maka sama saja dengan mengunjungiku saat aku hidup (Sunan Imam Baihaqiy Alkubra hadits no.10054).

Dan masih banyak lagi kejelasan, dan memang tak pernah ada yang mengingkari ziarah kubur sejak Zaman Rasul saw hingga kini selama 14 abad (seribu empat ratus tahun lebih semua muslimin berziarah kubur, berdoa, bertawassul, bersalam dll tanpa ada yang mengharamkannya apalagi mengatakan musyrik kepada yang berziarah, hanya kini saja muncul dari kejahilan dan kerendahan pemahaman atas syariah, munculnya pengingkaran atas hal – hal mulia ini yang hanya akan menipu orang awam, karena hujjah – hujjah mereka Batil dan lemah

Dan mengenai berdoa dikuburan sungguh hal ini adalah perbuatan sahabat radhiyallahu’anhu sebagaimana riwayat diatas bahwa Ibn Umar ra berdoa dimakam Rasul saw, dan memang seluruh permukaan Bumi adalah milik Allah swt, boleh berdoa kepada Allah dimanapun, bahkan di toilet sekalipun boleh berdoa, lalu dimanakah dalilnya yang mengharamkan doa di kuburan?, sungguh yang mengharamkan doa dikuburan adalah orang yang dangkal pemahamannya, karena doa boleh saja diseluruh muka bumi ini tanpa kecuali.

Berkata Hujjatul Islam Al Imam Ibn Hajar :
Bahwa para syuhada hidup sebagaimana Nash Alqur'an, dan para Nabi lebih afdhal dari para Syuhada, sebagaimana buktinya adalah hadits yg dikeluarkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah ra : "Dan bershalawatlah kalian kepadaku, sungguh shalawat kalian disampaikan padaku dimanapun kalian berada", dan sanadnya shahih, dan berkata Abu Syeikh dalam kitab Attsawab dengan sanad Jayyid dengan lafadh : "Barangsiapa yang bershalawat kepadaku dikuburku, aku mendengarnya, dan barangsiapa yang bershalawat padaku dimanapun, maka disampaikan padaku", dan juga riwayat Abu Dawud dan Nasa'i yang dishahihkan oleh Ibn Khuzaimah dari Aus bin Aus dalam keutamaan hari Jumat : "Maka perbanyaklah shalawat padaku dihari itu karena shalawat kalian ditunjukkan padaku, mereka berkata : Wahai Rasulullah, bagaimana diperlihatkan shalawat padamu jika engkau telah musnah?, maka Rasul saw bersabda : "Allah mengharamkan permukaan Bumi untuk memakan Jasad para Nabi".
selesai ucapan Imam Ibn Hajar 
(Fathul Baari bi Syarah Shahihul Bukhari hadits no.3185 Bab Ahaditsul Anbiya).

Dijelaskan oleh Imam Ibn Katsir dalam Tafsirnya : “Dan friman Nya swt 

وقوله: { وَلَوْ أَنْهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا } يرشد تعالى العصاة والمذنبين إذا وقع منهم الخطأ والعصيان أن يأتوا إلى الرسول صلى الله عليه وسلم فيستغفروا الله عنده، ويسألوه أن يستغفر لهم، فإنهم إذا فعلوا ذلك تاب الله عليهم ورحمهم وغفر لهم، ولهذا قال: { لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا }وقد ذكر جماعة منهم: الشيخ أبو نصر بن الصباغ في كتابه "الشامل" الحكاية المشهورة عن العُتْبي، قال: كنت جالسا عند قبر النبي صلى الله عليه وسلم، فجاء أعرابي فقال: السلام عليك يا رسول الله، سمعت الله يقول: { وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا } وقد جئتك مستغفرا لذنبي مستشفعا بك إلى ربي ثم أنشأ يقول: يا خيرَ من دُفنَت بالقاع (1) أعظُمُه ... فطاب منْ طيبهنّ القاعُ والأكَمُ نَفْسي الفداءُ لقبرٍ أنت ساكنُه ... فيه العفافُ وفيه الجودُ والكرمُ ... ثم انصرف الأعرابي فغلبتني عيني، فرأيت النبي صلى الله عليه وسلم في النوم فقال: يا عُتْبى، الحقْ الأعرابيّ فبشره أن الله قد غفر له

dan firman Nya swt : Dan Sunguh ketika mereka telah mendholimi diri mereka sendiri (berbuat dosa) lalu mereka berdatangan padamu (wahai Muhammad saw), lalu mereka beristighfar pada Allah swt, lalu Rasul saw beristighfar untuk mereka, maka mereka akan dapatkan Allah swt menerima tobat mereka dan Maha Berkasih Sayang (QS Annisa 64), bahwa Allah swt mengajarkan para pendosa dan yg berbuat maksiat jika terjadi dosa dan kesalahan pada mereka, agar mengunjungi Rasul saw, dan beristighfar pada Allah swt dihadapan Rasul saw, dan meminta pada Rasul saw agar memohonkan pengampunan bagi mereka, dan sungguh jika mereka berbuat itu maka Allah swt memberikan Taubat pada mereka dan menyayangi mereka, dan mengampuni mereka, untuk hal inilah firman Nya : “maka mereka akan dapatkan Allah swt menerima tobat mereka dan Maha Berkasih Sayang”.
Dan telah teriwayatkan jamaah diantara mereka Syeikh Abu Nashr bin Asshibagh pada kitabnya Assyaamil, mengenai riwayat yg masyhur dari Imam Al Utby, maka ia berkata : suatu waktu aku sedang duduk dihadapan Kubur Nabi saw, maka datanglah seorang Dusun dan berkata : Assalamualaika Yaa Rasulullah, aku menegtahui firman Allah swt : ..(seraya membaca ayat diatas).., maka kini aku datang padamu, memohon pengampunan dosa, dan memohon bantuan syafaatmu kepada Tuhanku”. Lalu ia berpantun : Wahai Yang sebaik baik dimakamkan pada belahan bumi mulia, maka termuliakanlkah sebab kemuliaannya wilayah sekitar, Diriku adalah penjamin keselamatan Kubur yg engkau menempatinya, karena terpendam padanya Maaf Allah swt dan kedermawanan dan Keluhuran”.
Lalu orang dusun itu keluar, maka aku (Imam Al Utby) mengantuk, lalu aku bermimpi Rasul saw dalam tidurku dan berkata : Wahai Utbiy, kejar orang dusun itu, katakan kabar gembira untuknya bahwa ia telah diampuni Allah swt. Selesai ucapan imam Ibn Katsir. (Tafsir Imam Ibn Katsir Juz 2 hal 347/348, Annisa 64).
Demikian pula hikayat ini diriwayatkan oleh Hujjatul Islam Al Imam Nawawi pada kitabnya Al Majmuk juz 8 hal 217, dan pada kitab Al Iidhah hal 498.

Bacaan yang dianjurkan saat berziarah ke makam beliau saw tentunya memperbanyak doa, sebagaimana para sahabatpun demikian, dan tentunya bersalam kepada Rasul saw, Khalifah Abubakar Asshiddiq ra dan Khalifah Umar bin Khattab ra yang sama – sama dimakamkan di tempat tersebut secara berdekatan. Wallahu a'lam

TAWASSUL



Dikutip dari buku Kenalilah Akidahmu I Karangan Al Habib Munzir Bin Fuad Al Musawa


Saudara saudaraku masih banyak yang memohon penjelasan mengenai tawassul, wahai saudaraku, Allah swt sudah memerintah kita melakukan tawassul. Tawassul adalah mengambil perantara makhluk untuk doa kita pada Allah swt, Allah swt mengenalkan kita pada Iman dan Islam dengan perantara makhluk-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw sebagai perantara pertama kita kepada Allah swt, lalu perantara kedua adalah para sahabat, lalu perantara ketiga adalah para tabi’in. Demikian berpuluh – puluh perantara sampai pada guru kita, yang mengajarkan kita islam, shalat, puasa, zakat dll, barangkali perantara kita adalah ayah ibu kita, namun diatas mereka ada perantara, demikian bersambung hingga Nabi saw, sampailah kepada Allah swt.


Allah swt berfirman : “Hai orang – orang yang beriman, bertakwalah atau patuhlah kepada Allah swt dan carilah perantara yang dapat mendekatkan kepada Allah SWT dan berjuanglah di jalan Allah swt, agar kamu mendapatkan keberuntungan” (QS.Al-Maidah-35).
Berkata Imam Ibn katsir menafsirkan ayat ini :
والوسيلة: هي التي يتوصل بها إلى تحصيل المقصود، والوسيلة أيضًا: علم على أعلى منزلة في الجنة، وهي منزلة رسول الله صلى الله عليه وسلم وداره في الجنة، وهي أقرب أمكنة الجنة إلى العرش، وقد ثبت في صحيح البخاري، من طريق محمد بن المُنكَدِر، عن جابر بن عبد الله قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "من قال حين يسمع النداء: اللهم رب هذه الدعوة التامة، والصلاة القائمة، آت محمدًا الوسيلة والفضيلة، وابعثه مقامًا محمودا الذي وعدته، إلا حَلَّتْ له الشفاعة يوم القيامة".
حديث آخر في صحيح مسلم: من حديث كعب عن علقمة، عن عبد الرحمن بن جُبير، عن عبد الله بن عمرو بن العاص أنه سمع النبي صلى الله عليه وسلم يقول: "إذا سمعتم المؤذن فقولوا مثل ما يقول، ثم صلُّوا عَليّ، فإنه من صلى عَليّ صلاة صلى الله عليه بها عشرًا، ثم سلوا الله لي الوسيلة، فإنها منزلة في الجنة، لا تنبغي إلا لعبد من عباد الله، وأرجو أن أكون أنا هو، فمن سأل لي الوسيلة حَلًّتْ عليه الشفاعة." (1)
حديث آخر: قال الإمام أحمد: حدثنا عبد الرزاق، أخبرنا سفيان، عن لَيْث، عن كعب، عن أبي هريرة؛ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "إذا صليتم عَليّ فَسَلُوا لي الوسيلة". قيل: يا رسول الله، وما الوسيلة؟ قال: "أعْلَى درجة في الجنة، لا ينالها إلا رَجُلٌ واحد (2) وأرجو أن أكون أنا هو". 

Wasilah adalah sesuatu yg menjadi perantara untuk mendapatkan tujuan, dan merupakan perantara pula ilmu tentang setinggi tinggi derajat, ia adalah derajat mulia Rasulullah saw di Istana beliau saw di sorga. Dan itu adalah tempat terdekat di sorga ke Arsy, dan telah dikuatkan pd shahih Bukhari dari jalan riwayat Muhammad bin Al Munkadir, dari Jabir bin Abdillah ra, sabda Rasulullah saw : Barangsiapa yg berdoa ketika mendengar seruan (adzan) :Wahai Allah Tuhan Pemilik Dakwah ini Yang Maha Sempurna, dan Shalat Yang didirikan, berilah Muhammad perantara dan anugerah, dan bangkitkanlah untuk beliau saw derajat yg terpuji yg telah Kau Janjikan pada beliau saw, maka telah halal syafaat dihari kiamat”.

Hadits lainnya pada Shahih Muslim, dari hadits Ka;ab dari Alqamah, dari Abdurrahman bin Jubair, dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, sungguh ia mendengar Nabi saw bersabda : Jika kalian mendengar muadzin, maka ucapkan seperti ucapan mereka, lalu bershalawatlah padaku, maka sungguh barangsiapa yg bershalawat padaku sekali maka Allah melimpahkan shalawat padanya 10x, lalu mohonlah untukku wasiilah (perantara), maka sungguh ia merupakan tempat di sorga, tiada diberikan pada siapapun kecuali satu dari hamba Allah, dan aku berharap agar akulah yg menjadi orang itu, maka barangsiapa yg memohonkan untukku perantara, halal untuknya syafaat.

Dan hadits lainnya berkata Imam Ahmad, diucapkan pada kami oleh Abdurrazzak, dikabarkan pada kami dari sofyan, dari laits, dari Ka;ab, dari Abu Hurairah ra : Sungguh Rasulullah saw bersabda : Jika kalian shalat maka mohonkan untukku wasiilah, mereka bertanya : Wahai Rasulullah, (saw), wasiilah itu apakah?, Rasul saw bersabda : Derajat tertinggi di sorga, tiada yg mendapatkannya kecuali satu orang, dan aku berharap akulah orang itu
Selesai ucapan Imam ibn Katsir. (Tafsir Imam Ibn Katsir pd Al Maidah 35)

Ayat ini jelas menganjurkan kita untuk mengambil perantara antara kita dengan Allah, dan Rasul saw adalah sebaik baik perantara, dan Hadits hadits ini jelas bahwa Rasul saw menunjukkan bahwa beliau saw tak melarang tawassul pada beliau saw, bahkan orang yang mendoakan hak tawassul untuk beliau saw sudah dijanjikan syafaat beliau saw.
Tawassul ini boleh kepada amal shalih, misalnya doa : “Wahai Allah, demi amal perbuatanku yang saat itu kabulkanlah doaku”, sebagaimana telah teriwayatkan dalam Shahih Bukhari dalam hadits yang panjang menceritakan tiga orang yang terperangkap di goa dan masing – masing bertawassul pada amal shalihnya, Allah swt membuka sepertiga celah goa tempat mereka terperangkap berkat tawassul orang pertama pada amal shalihnya, namun mereka belum bisa keluar dg celah itu, maka orang kedua bertawassul pada amal shalih yg pernah diperbuatnya, maka celah terbuka 2/3 dan belum bisa membuat mereka keluar dari goa, maka orang ketiga bertawassul pula pada amal baiknya, maka terbukalah celah goa keseluruhannya.

Namun dari riwayat ini bisa difahami bahwa tawassul pada amal shalih sendiri tidak bisa menyelamatkan dirinya, namun justru sebab dua orang lainnya maka mereka semua bisa selamat..
Jelas sudah bertawassul pada orang lain lebih bisa menyelamatkan daripada tawassul pada amal sendiri yg belum tentu diterima, namun tawassul pada orang shalihh yg sudah masyhur kebaikan dan banyaknya amal ibadahnya, akan lebih mudah dikabulkan Allah swt, lebih lagi tawassul pada Rasulullah saw.
Dan boleh juga tawassul pada Nabi saw atau orang lainnya, sebagaimana yang diperbuat oleh Umar bin Khattab ra, bahwa Umar bin Khattab ra pada riwayat shahih Bukhari :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
كَانَ إِذَا قَحَطُوا اسْتَسْقَى بِالْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِينَا وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا قَالَ فَيُسْقَوْنَ

Dari Anas bin Malik ra sungguh Umar bin Khattab ra ketika sedang musim kering ia memohon turunnya hujan dengan perantara Abbas bin Abdulmuttalib ra, seraya berdoa : “wahai Allah.., sungguh kami telah mengambil perantara (bertawassul) pada Mu dengan Nabi kami (Muhammad saw) agar kau turunkan hujan lalu Kau turunkan hujan, maka kini kami mengambil perantara (bertawassul) pada Mu Dengan Paman Nabi Mu (Abbas bin Abdulmuttalib ra) yang melihat beliau sang Nabi saw maka turunkanlah hujan” maka hujanpun turun dg derasnya. (Shahih Bukhari hadits no.954)
Berkata Hujjatul Islam Al imam Ibn Hajar Al Asqalaniy mensyarahkan hadits ini : 

وَيُسْتَفَاد مِنْ قِصَّة الْعَبَّاس اِسْتِحْبَاب الِاسْتِشْفَاع بِأَهْلِ الْخَيْر وَالصَّلَاح وَأَهْل بَيْت النُّبُوَّة ، وَفِيهِ فَضْل الْعَبَّاس وَفَضْل عُمَر لِتَوَاضُعِهِ لِلْعَبَّاسِ وَمَعْرِفَته بِحَقِّهِ .

.maka diambil faidah dari kejadian Abbas ra ini menjadi hal yg baik memohon syafaat pada orang orang yg baik dan shalih, dan keluarga Nabi saw, dan pada hadits ini pula menyebutkan keutamaan Abbas ra dan keutamaan Umar ra karena rendah dirinya, dan kefahamannya akan kemuliaan Abbas ra. (Fathul Baari Bisyarah Shahih Bukhari Bab Al Jum;ah no.954)
Riwayat diatas menunjukkan bahwa :
1 Para sahabat besar bertawassul pada Nabi saw dan dikabulkan Allah swt. 
2 Para sahabat besar bertawassul satu sama lain antara mereka dan dikabulkan Allah swt.
3 Para sahabat besar bertawassul pada keluarga Nabi saw (perhatikan ucapan Umar ra : “demi Paman nabi” (saw). Kenapa beliau tak ucapkan namanya saja?, misalnya Demi Abbas bin Abdulmuttalib ra?, namun justru beliau tak mengucapkan nama, tapi mengucapkan sebutan “Paman Nabi” dalam doanya kepada Allah, dan Allah mengabulkan doanya, menunjukkan bahwa Tawassul pada keluarga Nabi saw adalah perbuatan Sahabat besar, dan dikabulkan Allah.

Dan boleh tawassul pada benda, sebagaimana Rasulullah saw bertawassul pada tanah dan air liur sebagian muslimin untuk kesembuhan, sebagaimana doa beliau saw ketika ada yang sakit : “Dengan Nama Allah atas tanah bumi kami, demi air liur sebagian dari kami, sembuhlah yang sakit pada kami, dengan izin Tuhan kami” (shahih Bukhari hadits No.5413, dan Shahih Muslim hadits No.2194), ucapan beliau saw : “demi air liur sebagian dari kami” menunjukkan bahwa beliau saw bertawassul dengan air liur mukminin yang dengan itu dapat menyembuhkan penyakit, dengan izin Allah swt tentunya, sebagaimana dokter pun dapat menyembuhkan, namun dengan izin Allah pula tentunya, juga beliau bertawassul pada tanah, menunjukkan diperbolehkannya bertawassul pada benda mati atau apa saja karena semuanya mengandung kemuliaan Allah swt, seluruh alam ini menyimpan kekuatan Allah dan seluruh alam ini berasal dari cahaya Allah swt.

Riwayat lain ketika datangnya seorang buta pada Rasul saw, seraya mengadukan kebutaannya dan minta didoakan agar sembuh, maka Rasul saw menyarankannya agar bersabar, namun orang ini tetap meminta agar Rasul saw berdoa untuk kesembuhannya, maka Rasul saw memerintahkannya untuk berwudhu, lalu shalat dua rakaat, lalu Rasul saw mengajarkan doa ini padanya, ucapkanlah : “Wahai Allah, Aku meminta kepada Mu, dan Menghadap kepada Mu, Demi Nabi Mu Nabi Muhammad, Nabi Pembawa Kasih Sayang, Wahai Muhammad, Sungguh aku menghadap demi dirimu (Muhammad saw), kepada Tuhanku dalam hajatku ini, maka kau kabulkan hajatku, wahai Allah jadikanlah ia memberi syafaat hajatku untukku” (Shahih Ibn Khuzaimah hadits No.1219, Mustadrak ala shahihain hadits No.1180 dan ia berkata hadits ini shahih dengan syarat shahihain Imam Bukhari dan Muslim).

Hadits diatas ini jelas – jelas Rasul saw mengajarkan orang buta ini agar berdoa dengan doa tersebut, Rasul saw yang mengajarkan padanya, bukan orang buta itu yang membuat buat doa ini, tapi Rasul saw yang mengajarkannya agar berdoa dengan doa itu, sebagaimana juga Rasul saw mengajarkan ummatnya bershalawat padanya, bersalam padanya.

Lalu muncullah pendapat saudara – saudara kita, bahwa tawassul hanya boleh pada Nabi saw, pendapat ini tentunya keliru, karena Umar bin Khattab ra bertawassul pada Abbas bin Abdulmuttalib ra. Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari diatas, bahkan Rasul saw bertawassul pada tanah dan air liur.

Adapula pendapat mengatakan tawassul hanya boleh pada yang hidup, pendapat ini ditentang dengan riwayat shahih berikut : “telah datang kepada utsman bin hanif ra seorang yang mengadukan bahwa Utsman bin Affan ra tak memperhatikan kebutuhannya, maka berkatalah Utsman bin Hanif ra : “berwudulah, lalu shalat lah dua rakaat di masjid, lalu berdoalah dengan doa :“: “Wahai Allah, Aku meminta kepada-Mu, dan Menghadap kepada-Mu, Demi Nabi Mu Nabi Muhammad, Nabi Pembawa Kasih Sayang, Wahai Muhammad, Sungguh aku menghadap demi dirimu (Muhammad saw), kepada Tuhanku dalam hajatku ini, maka kau kabulkan hajatku, wahai Allah jadikanlah ia memberi syafaat hajatku untukku” (doa yang sama dengan riwayat diatas)”, nanti selepas kau lakukan itu maka ikutlah dengan ku kesuatu tempat.
Maka orang itupun melakukannya lalu utsman bin hanif ra mengajaknya keluar masjid dan menuju rumah Utsman bin Affan ra, lalu orang itu masuk dan sebelum ia berkata apa apa Utsman bin Affan lebih dulu bertanya padanya : “apa hajatmu?”, orang itu menyebutkan hajatnya maka Utsman bin Affan ra memberinya. Dan orang itu keluar menemui Ustman bin Hanif ra dan berkata : “kau bicara apa pada utsman bin affan sampai ia segera mengabulkan hajatku ya..??”, maka berkata Utsman bin hanif ra : “aku tak bicara apa – apa pada Utsman bin Affan ra tentangmu, Cuma aku menyaksikan Rasul saw mengajarkan doa itu pada orang buta dan sembuh”. (Majmu’ zawaid Juz 2 hal 279). 
Tentunya doa ini dibaca setela wafatnya Rasul saw, dan itu diajarkan oleh Utsman bin hanif dan dikabulkan Allah.
Ucapan : Wahai Muhammad.. dalam doa tawassul itu banyak dipungkiri oleh sebagian saudara saudara kita, mereka berkata kenapa memanggil orang yang sudah mati?, kita menjawabnya : sungguh kita setiap shalat mengucapkan salam pada Nabi saw yg telah wafat : Assalamu alaika ayyuhannabiyyu… (Salam sejahtera atasmu wahai nabi……), dan nabi saw menjawabnya, sebagaimana sabda beliau saw : 
“tiadalah seseorang bersalam kepadaku, kecuali Allah mengembalikan ruh ku hingga aku menjawab salamnya” (HR Sunan Imam Baihaqiy Alkubra hadits No.10.050)

Tawassul merupakan salah satu amalan yang sunnah dan tidak pernah diharamkan oleh Rasulullah saw, tak pula oleh ijma para Sahabat Radhiyallahu’anhum, tak pula oleh para tabi’in dan bahkan oleh para ulama serta Imam – imam besar Muhadditsin, bahkan Allah memerintahkannya, Rasul saw mengajarkannya, sahabat radhiyallahu’anhum mengamalkannya.
Mereka berdoa dengan perantara atau tanpa perantara, tak ada yang mempermasalahkannya apalagi menentangnya bahkan mengharamkannya atau bahkan memusyrikan orang yang mengamalkannya.

Tawassul adalah berperantara pada kemuliaan seseorang, atau benda (seperti air liur yang tergolong benda) dihadapan Allah, bukanlah kemuliaan orang atau benda itu sendiri, dan tentunya kemuliaan orang dihadapan Allah tidak sirna dengan kematian, justru mereka yang membedakan bolehnya tawassul pada yang hidup saja dan mengharamkan pada yang mati, maka mereka itu malah dirisaukan akan terjerumus pada kemusyrikan karena menganggap makhluk hidup bisa memberi manfaat, sedangkan akidah kita adalah semua yang hidup dan yang mati tak bisa memberi manfaat apa – apa kecuali karena Allah memuliakannya, 

Bukan karena ia hidup lalu ia bisa memberi manfaat dihadapan Allah, berarti si hidup itu sebanding dengan Allah??, si hidup bisa berbuat sesuatu pada keputusan Allah??, 
Tidak saudaraku.. Demi Allah bukan demikian, Tak ada perbedaan dari yang hidup dan dari yang mati dalam memberi manfaat kecuali dengan izin Allah swt. Yang hidup tak akan mampu berbuat terkecuali dengan izin Allah swt dan yang mati pun bukan mustahil memberi manfaat bila memang di kehendaki oleh Allah swt.

Ketahuilah bahwa pengingkaran akan kekuasaan Allah swt atas orang yang mati adalah kekufuran yang jelas, karena hidup ataupun mati tidak membedakan kodrat Ilahi dan tidak bisa membatasi kemampuan Allah SWT. Ketakwaan mereka dan kedekatan mereka kepada Allah SWT tetap abadi walau mereka telah wafat.

Sebagai contoh dari bertawassul, seorang pengemis datang pada seorang saudagar kaya dan dermawan, kebetulan almarhumah istri saudagar itu adalah tetangganya, lalu saat ia mengemis pada saudagar itu ia berkata “Berilah hajat saya tuan …saya adalah tetangga dekat amarhumah istri tuan…” maka tentunya si saudagar akan memberi lebih pada si pengemis karena ia tetangga mendiang istrinya, Nah… bukankah hal ini mengambil manfaat dari orang yang telah mati? Bagaimana dengan pandangan yang mengatakan orang mati tak bisa memberi manfaat?, Jelas – jelas saudagar itu akan sangat menghormati atau mengabulkan hajat si pengemis, atau memberinya uang lebih, karena ia menyebut nama orang yang ia cintai walau sudah wafat. 

Walaupun seandainya ia tak memberi, namun harapan untuk dikabulkan akan lebih besar, lalu bagaimana dengan Arrahman Arrahiim, Yang Maha Pemurah dan Maha Penyantun?, istri saudagar yang telah wafat itu tak bangkit dari kubur dan tak tahu menahu tentang urusan hajat si pengemis pada si saudagar, NAMUN TENTUNYA SI PENGEMIS MENDAPAT MANFAAT BESAR DARI ORANG YANG TELAH WAFAT, entah apa yang membuat pemikiran saudara saudara kita menyempit hingga tak mampu mengambil permisalan mudah seperti ini.

Saudara – saudaraku, boleh berdoa dengan tanpa perantara, boleh berdoa dengan perantara, boleh berdoa dengan perantara orang shalih, boleh berdoa dengan perantara amal kita yang shalih, boleh berdoa dengan perantara Nabi saw, boleh pada shalihin, boleh pada benda, misalnya “Wahai Allah Demi kemuliaan Ka’bah”, atau “Wahai Allah Demi kemuliaan Arafat”, dlsb, tak ada larangan mengenai ini dari Allah, tidak pula dari Rasul saw, tidak pula dari sahabat, tidak pula dari Tabi’in, tidak pula dari Imam Imam dan muhadditsin, bahkan sebaliknya Allah menganjurkannya, Rasul saw mengajarkannya, Sahabat mengamalkannya, demikian hingga kini. Walillahittaufiq

Duta Besar AS bertemu Pemimpin Spiritual Habib Munzir bin Fuad al-Musawa untuk Berdiskusi mengenai Toleransi Beragama dan Dialog Lintas Agama Duta Besar Amerika Serikat





Duta Besar AS bertemu Pemimpin Spiritual Habib Munzir bin Fuad al-Musawa untuk Berdiskusi mengenai Toleransi Beragama dan Dialog Lintas Agama Duta Besar Amerika Serikat, Scot Marciel bertemu dengan pemimpin keagamaan yang sangat terkenal, Habib Munzir bin Fuad al-Musawa di kediaman beliau pada tanggal 9 Januari lalu. Duta Besar dan Habib Munzir, pemimpin organisasi keagamaan Majelis Rasulullah SAW, berdiskusi tentang pentingnya toleransi beragama, kerohanian, pemahaman/pengertian bersama dan dialog lintas agama di kedua negara.
Habib Munzir, yang belajar Islam di Yaman, menjelaskan kepada Duta Besar bahwa misinya adalah untuk mengajak dan mengajarkan pada seluruh umat bahwa Islam adalah agama yang damai dan penuh cinta kasih. Ia mengatakan bahwa organisasinya adalah bagi semua orang, terutama bagi para pemuda, dari kota-kota besar yang penuh sesak dan mengakibatkan stress seperti Jakarta, mereka yang ingin menemukan kedamaian bathin dan meninggalkan kekerasan, anarki dan obat-obatan terlarang/narkoba.
Duta Besar mengatakan kepada Habib Munzir bahwa melibatkan para pemuda juga merupakan prioritas dari Kedutaan (AS) dan ia menceritakan beberapa dari berbagai kesempatan pertukaran pelajar di Amerika Serikat untuk para pemuda Indonesia.

Tambahan dari habibana Munzir,

Toleransi dengan ummat beragama sangat baik, belum pernah ada Duta Besar negeri manapun mau datang kerumah saya, ia tidak mau mengundang saya ke kedutaan, ia tidak mau mengundang saya kerumah dinasnya, tapi ia datang langsung kerumah saya.
Hancur hati ini dengan melihat akhlak yg sedemikian mulia dan luhur, padahal berbeda agama. konon amerika negara terjahat, namun disana jutaan muslimin muslimat, dan Duta Besarnya dg ringan kaki datang kerumah saya, padahal rencana kedatangan beliau sudah dua bulan yg lalu, namun saya terus menunda karena sakit dan lainnya, beliau tetap menunggu waktu, terserah saya,hari apa, jam berapa, maka saya sarankan hari rabu jam 16,00wib maka beliau datang tepat waktu.. Subhanallah....
Saudara dan saudariku, buka hatimu lebih luas kepada yg seagama dan tidak seagama, itulah Pribadi Sayyidina Muhammad saw. Semoga Allah melimpahkan hidayah dan kesucian pada beliau dan seluruh penduduk amerika serikat dan seluruh dunia, amiin
sumber berita: Jakarta US Embassy






Kesabaran Rasulullah SAW Waktu Marah


Ketika Rasulullah sedang duduk-duduk di tengah para sahabatnya, salah seorang pendeta Yahudi bernama Zaid bin Sa’nah masuk menerobos barisan jama’ah yang melingkarinya, seraya menyambar kain Rasulullah dan menghardiknya dengan kasar. Katanya, “Ya Muhammad! Bayarlah hutangmu. Kamu keturunan Bani Hasyim biasa memperlambat pelunasan.” Pada waktu itu Rasulullah memang punya hutang kepada orang Yahudi itu, namun belum jatuh tempo. Umar yang melihat peristiwa itu langsung bangkit dan menghunus pedangnya, seraya memohon ijin. Ucapnya, “Ya Rasulullah, ijinkanlah aku memenggal leher bedebah ini!”.

Tetapi Rasulullah bersabda, “Ya Umar, aku tidak disuruh berdakwah dengan cara begitu. Antara aku dan dia memang sedang membutuhkan kebijaksanaanmu. Suruhlah dia menagih dengan sopan dan ingatkanlah aku supaya melunasinya dengan baik.”.
Mendengar sabda Rasulullah tersebut, orang Yahudi itu berkata, “Demi yang mengutusmu dengan kebenaran. Sebenarnya aku tidak datang untuk menagih hutangmu, namun aku datang untuk menguji akhlakmu. Aku tahu, tempo pelunasan utang belum tiba waktunya. Akan tetapi aku telah membaca sifat-sifatmu dalam Kitab Taurat, dan ternyata terbukti semua, kecuali satu sifat yang belum aku uji, yaitu kebijakkanmu bertindak pada waktu marah.
Ternyata tindakan bodoh yang ceroboh sekalipun engkau dapat mengatasinya dengan bijaksana. Itulah yang aku lihat sekarang ini. Maka terimalah Islamku ini, ya Rasulullah.
“Asyhadu alaa ilada illallah wa annaka ya Muhammad Rasulullah”
“Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan engkau adalah Rasulullah.”

Cara bersabar dengan membiarkan orang marah tanpa meladeninya merupakan cara efektif dakwah Rasulullah yang sering beliau lakukan. Kesabaran beliau malah mendapat simpati dari seorang Yahudi sehingga dengan kesadarannya sendiri mau memeluk agama Islam.

Semoga bermanfaat :)

Tahukah anda pohon apakah yg berada di hadapan guru mulya Habibana Umar


~ Tahukah anda pohon apakah yg berada di hadapan guru mulya Habibana Umar?


ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ . 
❀ ܓ Inilah pohon yang memahami cinta buat Nabinya Muhammad صلى الله عليه وسلم. Pohon yang diberkahi.

~::♥::~~::♥::~ ~::♥::~~::♥::~ ~::♥::~~::♥::~ ~::♥::~~::♥::~

Sedikit sejarah mengenainya...

♥ Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم keluar ke Syam bersama Maisarah -pekerja Sayyidatuna Khadijah ra- untuk berniaga, Baginda صلى الله عليه وسلم pernah berteduh di bawah pohon ini sebelum sampai ke sana.

♥ Semasa Baginda صلى الله عليه وسلم berteduh di bawahnya, dahan dan ranting² pohon ini bergerak menaungi Baginda صلى الله عليه وسلم dari cahaya matahari.

♥ Seorang rahib yang melihat kejadian ini datang bertemu Maisarah & menunjukkan kepadanya pohon tempat berteduh Rasulullah صلى الله عليه وسلم itu dengan berkata: "Hanya seorang Nabi saja yang berteduh di bawah pohon ini."

>>> Lihatlah sampai hari ini ia tetap subur walaupun berada di tengah² padang pasir yang kering kerintang. Tiada tumbuhan hidup sepertinya. Allah menghidupkannya dengan kehendak-Nya jua, Allahu Allah.

♥ ܓ Dan di dalam foto ini juga, Habib Umar seorang keturunan Rasulullah صلى الله عليه وسلم menziarahi pohon yang menaungi Nabi Muhammad Rasulullah صلى الله عليه وسلم- pernah berada di situ.

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

Senin, 07 Januari 2013

12 KEAJAIBAN SHALAT TAHAJJUD


“Jika matahari sudah terbenam, aku gembira dengan datangnya malam dan manusia tidur karena inilah saat hanya ada Allah dan aku.”

Sejarah telah mencatat bahwa Rasulullah Saw dan para sahabat selalu melaksanakan shalat tahajud. shalat tahajud adalah shalat yang sangat mulia. Keajaiban melaksanakan shalat tahajud telah tercatat dalam alquran. Ada beberapa keajaiban shalat tahajud berikut ini.

1. Shalat Tahajud sebagai tiket masuk surga ...

Abdullah Ibn Muslin berkata “kalimat yang pertama kali ku dengar dari Rasulullah Saw saat itu adalah, “Hai sekalian manusia! Sebarkanlah salam, bagikanlah makanan, sambunglah silaturahmi, tegakkan lah shalat malam saat manusia lainnya sedang tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah).

2. Amal yang menolong di akhirat ...

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, seraya mengambil apa yang Allah berikan kepada mereka. Sebelumnya mereka adalah telah berbuat baik sebelumnya (di dunia), mereka adalah orang-orang yang sedikit tidurnya di waktu malam dan di akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah).” (QS. Az Zariyat: 15-18)

Ayat di atas menunjukkan bahwa orang yang senantiasa bertahajud Insya Allah akan mendapatkan balasan yang sangat nikmat di akhirat kelak.

3. Pembersih penyakit hati dan jasmani ...

Salman Al Farisi berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Dirikanlah shalat malam, karena sesungguhnya shalat malam itu adalah kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu, (shalat malam dapat) mendekatkan kamu kepada tuhanmu, (shalat malam adalah) sebagai penebus perbuatan buruk, mencegah berbuat dosa, dan menghindarkan diri dari penyakit yang menyerang tubuh.” (HR. Ahmad)

4. Sarana meraih kemuliaan ...

Rasulullah Saw bersabda, “Jibril mendatangiku dan berkata, “Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, karena engkau akan mati, cintailah orang yang engkau suka, karena engkau akan berpisah dengannya, lakukanlah apa keinginanmu, engkau akan mendapatkan balasannya, ketahuilah bahwa sesungguhnya kemuliaan seorang muslim adalah shalat waktu malam dan ketidakbutuhannya di muliakan orang lain.” (HR. Al Baihaqi)

5. Jalan mendapatkan rahmat Allah ...

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Semoga Allah merahmati laki-laki yang bangun malam, lalu melaksanakan shalat dna membangunkan istrinya. Jika sang istri menolak, ia memercikkan air di wajahnya. Juga, merahmati perempuan yang bangun malam, lalu shalat dan membangunkan suaminya. Jika sang suami menolak, ia memercikkan air di wajahnya.” (HR. Abu Daud)

6. Sarana Pengabulan permohonan ...

Allah SWT berjanji akan mengabulkan doa orang-orang yang menunaikan shalat tahajud dengan ikhlas. Rasulullah Saw Bersabda,

“Dari Jabir berkata, bahwa nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya di malam hari , ada satu saat yang ketika seorang muslim meminta kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah memberinya, Itu berlangsung setiap malam.” (HR. Muslim)

7. Penghapus dosa dan kesalahan ...

Dari Abu Umamah al-Bahili berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Lakukanlah Qiyamul Lail, karena itu kebiasaan orang saleh sebelum kalian, bentuk taqarub, penghapus dosa, dan penghalang berbuat salah.” (HR. At-Tirmidzi)

8. Jalan mendapat tempat yang terpuji ...

Allah berfirman,

“Dan pada sebagian malam bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’:79)

9. Pelepas ikatan setan ...

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Setan akan mengikat kepala seseorang yang sedang tidur dengan ikatan, menyebabkan kamu tidur dengan cukup lama. 

Apabila seseorang itu bangkit seraya menyebut nama Allah, maka terlepaslah ikatan pertama, apabila ia berwudhu maka akan terbukalah ikatan kedua, apabila di shalat akan terbukalah ikatan semuanya. Dia juga akan merasa bersemangat dan ketenangan jiwa, jika tidak maka dia akan malas dan kekusutan jiwa.”

10. Waktu utama untuk berdoa ...

Amru Ibn ‘Abasah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, “Ya Rasulullah! Malam apakah yang paling di dengar?”, Rasulullah Saw menjawab, “Tengah malam terakhir, maka shalat lah sebanyak yang engkau inginkan, sesungguhnya shalat waktu tersebut adalah maktubah masyudah (waktu yang apabila bermunajat maka Allah menyaksikannya dan apabila berdoa maka didengar doanya)” (HR. Abu Daud)

11. Meraih kesehatan jasmani ...

“Hendaklah kalian bangun malam. Sebab hal itu merupakan kebiasaan orang-orang saleh sbelum kalian. Wahana pendekatan diri pada Allah Swt, penghapus dosa, dan pengusir penyakit dari dalam tubuh.” (HR. At-Tarmidzi)

12. Penjaga kesehatan rohani ...

Allah SWT menegaskan bahwa orang yang shalat tahajud akan selalu mempunyai sifat rendah hati dan ramah. Ketenangan yang merupakan refleksi ketenangan jiwa dalam menjalani kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Allah Berfirman, “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melewati malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS. Al-Furqan: 63-64)

Keajaiban shalat tahajud sudah terbukti, maka bertahajudlah!

Mungkin masih banyak lagi keajaiban shalat tahajud yang mungkin terlewat dari tulisan ini. Yang pasti shalat tahajud merupakan shalat yang bagus sebagai ibadah tambahan bagi kita.
Subhanallah .. Shalat tahajud benar-benar dahsyat dalam meraih kebaikan dunia akhirat ..
Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah ..

Minggu, 06 Januari 2013

Waspadai Laknat di Balik Nikmat


Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Idealnya, setiap nikmat yang kita terima dari ALLAH SWT akan menambah kebahagiaan dan kesenangan dalam hidup. Sebab, ketika menggambarkan nikmat yang dilimpahkan kepada hamba-Nya, ALLAH selalu menyebutnya sebagai kesenangan ("Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." QS. Ali ‘Imran [3]: 14), berkah ("Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." QS. Al-A’raaf [7]: 96), dan karunia ("Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran)." QS. At-Taubah [9]: 76).



Namun, ada satu kondisi di mana nikmat bisa berubah menjadi laknat dan karunia yang diberikan merupakan murka ALLAH SWT. Inilah yang disebut dengan Istidraj. Istidraj adalah pemberian ALLAH kepada orang yang sering melakukan maksiat kepada-NYA.

Semakin mereka melupakan ALLAH, ALLAH tetap akan menambahkan kesenangan bagi mereka. Akibatnya, mereka semakin terjerumus dan ALLAH akan menjatuhkan siksa yang sangat pedih.

Rasulullah SAW mengingatkan, “Jika kamu melihat ALLAH memberikan kemewahan dunia kepada seseorang yang suka melanggar perintah-Nya, maka itu adalah istidraaj.” (HR Ahmad).

Ada tiga golongan yang potensial ditimpa istidraj. Pertama, orang-orang yang diberi nikmat kekuasaan, lalu ia menjadi sombong dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Maka, ALLAH memperpanjang masa kekuasaannya sehingga ia semakin terjerumus dalam kesombongan dan kesewenang-wenangan tersebut.

Golongan ini di antaranya tepersonifikasi lewat sosok Fir’aun. Ketika ALLAH memberinya kekuasaan, Fir’aun sering bertindak semena-mena. Lalu, ALLAH tambahkan kekuasaannya, dan Fir’aun semakin takabur hingga mengaku dirinya sebagai tuhan. Dan ALLAH akhirnya menjatuhkan azab yang sangat pedih dengan menenggelamkan Fir’aun di Laut Merah.

Dalam sejarah modern, banyak pemimpin yang mengulang kesalahan Firaun. Sekalipun dalam skala yang berbeda. Dan ALLAH pun menjatuhkan mereka lewat proses yang sangat menyakitkan.

Kedua, orang-orang yang diberi nikmat ilmu. Baik ilmu dunia maupun ilmu agama. Bagi yang diberi nikmat ilmu dunia, pertanda istidraj adalah ketika ilmu mereka banyak menimbulkan kerusakan, bukan membangun. Ilmunya menjadi mudarat, bukan manfaat.

Sementara yang diberi kelebihan ilmu agama, istidraaj bisa berawal dari popularitas. Ketika mereka terbuai oleh popularitas itu, ALLAH pun menjatuhkan mereka dengan cara yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Ketiga, orang-orang yang diberi nikmat harta. Kisah Qarun dan Tsa’labah bin Hathib adalah cermin terang bagaimana ALLAH SWT menimpakan istidraj kepada orang-orang yang membalas nikmat ALLAH dengan kemaksiatan. Sehingga, sekalipun ALLAH terus mengucurkan nikmat duniawi kepada mereka, sesungguhnya di balik itu semua adalah laknat dan murka ALLAH SWT ..

Na’udzubillah....

Wallahu A'lam Bishawab ...
Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah. ..

Sabtu, 05 Januari 2013

GARA-GARA MENYIKSA SEEKOR KUCING



Hadits berikut jadi pelajaran bagi kita bagaimana seorang muslim diajarkan untuk menebarkan kasih sayang. Walaupun pada seekor binatang seperti kucing harus tetap memberikan kasih. Lihatlah ada yang disiksa di neraka gara-gara menyiksa binatang seperti ini.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Seorang perempuan disiksa gara-gara seekor kucing. Dia mengurung kucing itu sampai mati. Karena itulah dia masuk neraka. Perempuan itu tidak memberi makan dan minum kepadanya -tatkala dia kurung-. Dan dia pun tidak melepaskannya supaya bisa memakan serangga atau binatang tanah.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini menunjukkan diharamkannya membunuh kucing dan diharamkan mengurungnya tanpa diberi makanan dan minuman. Adapun dimasukkannya dia ke dalam neraka adalah karena perbuatan itu. Zahir hadits menunjukkan bahwa perempuan tersebut beragama Islam, meskipun demikian dia masuk neraka gara-gara menyiksa seekor kucing.” (lihat Syarh Muslim [7/347])
Beliau juga menegaskan, “Maksiat ini bukanlah dosa kecil, bahkan dia bisa berubah menjadi dosa besar apabila dilakukan secara terus-menerus.” (lihatSyarh Muslim [7/348])
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash radhiyallahu’anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sayangilah [sesama] niscaya kalian pun akan disayangi. Berikanlah ampun/maaf maka niscaya kalian pun akan diampuni oleh Allah…” (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Tidaklah dicabut rasa kasih sayang kecuali dari orang yang celaka.” (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad)
Dari Jarir radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak menyayangi manusia maka Allah ‘azza wa jalla tidak akan menyayanginya.” (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad)
Imam Ibnu Baththal rahimahullah berkata mengomentari hadits ini, “Di dalamnya terkandung dorongan untuk menaruh kasih sayang kepada segenap makhluk, tercakup di dalamnya orang beriman dan orang kafir, serta binatang yang dimilikinya maupun binatang yang bukan miliknya.” (lihat Syarh Shahih al-Adab al-Mufrad [1/490])
Sebagian tabi’in mengatakan, “Barangsiapa yang banyak dosanya hendaklah dia suka memberikan minum. Apabila dosa-dosa orang yang memberikan minum kepada seekor anjing bisa terampuni, maka bagaimana menurut kalian mengenai orang yang memberikan minum kepada seorang beriman lagi bertauhid sehingga hal itu membuatnya tetap bertahan hidup!” (lihat Syarh Shahih al-Adab al-Mufrad[1/500])

Semoga Allah menanamkan jiwa kasih sayang ke dalam diri kita.

ALLAH TIDAK PERNAH MENINGGALKANMU


Ketika orang lain melihat kekuranganmu boleh jadi oranglain akan menjauhimu..

Dan Ketika oranglain tau aibmu maka boleh jadi oranglain akan meninggalkanmu..

Tapi tidak dengan Allah,selama kau mau datang dan tetap berharap pada NYA,maka ALLAH akan selalu ada dekat denganmu dengan Kasih sayang NYA..

Dan Allah tidak akan meninggalkanmu sebagaimana manusia dapat meninggalkanmu..

Maka tetaplah berharap hanya pada ALLAH dengan segala Rahmat-NYA,dan janganlah menjauh dari-NYA..

Karena tiada sahabat yang paling baik dan yang lebih memahamimu serta mampu menenangkan dan memberikan yang terbaik untukmu kecuali ALLAH Tuhanmu..

Tempat berserah dan bergantung semua makhluk..

TANGISAN RASULULLAH SAW MENGGONCANGKAN ARASY


Bismillahirrohmanirrohim


Dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah s.a.w. sedang asyik bertawaf di Ka’bah, beliau mendengar seseorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: “Ya Karim! Ya Karim!”


Rasulullah s.a.w. menirunya membaca “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu lalu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi: “Ya Karim! Ya Karim!” 

Rasulullah s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!” Merasa seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. 

Orang itu lalu berkata: “Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku, kerana aku ini adalah orang Arab badwi? Kalaulah bukan kerana ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”

Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah s.a.w. tersenyum, lalu bertanya: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?” “Belum,” Jawab orang itu. “Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?”

“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya, sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya,” kata orang Arab badwi itu pula.

Rasulullah s.a.w. pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat!” Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya.

“Tuan ini Nabi Muhammad?!” “Ya” jawab Nabi s.a.w. Dia segera tunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah s.a.w. Melihat hal itu, Rasulullah s.a.w. menarik tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya:

“Wahal orang Arab! janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan serupa itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada tuannya, Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabbur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi membawa berita gembira bagi orang yang beriman, dan membawa berita menakutkan bagi yang mengingkarinya.”

Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit dia berkata: “Ya Muhammad! Tuhan As-Salam mengucapkan salam kepadamu dan berfirman : “Katakanlah kepada orang Arab itu, agar dia tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahawa Allah akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar!” 

Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Maka orang Arab itu pula berkata:

“Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengan-Nya!” kata orang Arab badwi itu. 

“Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan Tuhan?” Rasulullah bertanya kepadanya. 

‘Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran maghfirah-Nya,’ Jawab orang itu. 

‘Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa keluasan pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa kedermawanan-Nya!’

Mendengar ucapan orang Arab badwi itu, maka Rasulullah s.a.w. pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badwi itu, air mata beliau meleleh membasahi Janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata:

“Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu, dan berfirman: Berhentilah engkau dari menangis! Sesungguhnya karena tangismu, penjaga Arasy lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga la bergoncang. Katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya. Allah sudah mengampuni semua kesalahannya dan la akan menjadi temanmu di syurga nanti!” 

Betapa sukanya orang Arab badwi itu, apabila mendengar berita tersebut. la lalu menangis karena tidak berdaya menahan keharuan dirinya. 

Pahala Menunggu Kebaikan



Dikatakan oleh guru mulia Al Habib Umar bin Hafizh bahwa kesabaran mempunyai banyak macam yang diantaranya sabar atas hal yang tidak kita inginkan, dan sabar atas hal yang kita inginkan namun belum tercapai. Sebagaimana kehidupan kita ini dipenuhi oleh hal-hal yang tidak kita inginkan, begitu juga dipenuhi dengan hal-hal yang kita inginkan namun belum terjadi. Demikianlah kehidupan di siang dan malam kita yang selalu membutuhkan kesabaran, namun manusia terkadang memiliki batas kemampuan kesabaran maka satu-satunya hal yang harus selalu dilakukan adalah berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala, dimana Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu merubah setiap kejadian dan ketentuan-ketentuan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّّ الدُّعَاءُ


“ Tidak ada yang dapat merubah qadha’ (keputusan Allah) kecuali doa”

Doa seorang hamba kepada Allah subhanahu wata’ala dapat menjadikannya dikasihani oleh Allah subhanahu wata’ala. Sungguh Allah tidak membutuhkan hamba-hambaNya, mereka yang baik atau pun mereka yang jahat, sebagaimana firmanNya dalam hadits qudsi :

ياَ عِبَادِيْ إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوْا ضُرِّيْ فَتَضُرُّوْنِيْ وَلَنْ تَبْلُغُوْا نَفْعِيْ فَتَنْفَعُوْنِيْ يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتقى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَازَادَ ذلِكَ فِي مُلْكِيْ شَيْئًا، يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفجر قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا

“Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya perbuatan buruk kalian kepadaKu tidaklah merugikanKu, dan perbuatan baik kalian kepadaKu tidaklah bermanfaat untukKu. Wahai hamba-hambaKu seandainya orang yang pertama dan terakhir dari kamu, jin dan manusia dari kalangan kalian berada pada hati seseorang yang paling taqwa diantara kalian, hal itu tidak menambah kerajaanKu sedikit pun. Wahai hamba-hambaKu, seandainya orang yang pertama dan yang terakhir dari kalian, manusia dan jin dari kalangan kalian berada pada hati orang yang paling jahat dari kalian niscaya hal itu tidaklah mengurangi kerajaanKu barang sedikitpun.”

Maka perbanyaklah doa dan munajat, yang mana hal itu dapat merubah masa depan kehidupan kita menjadi lebih baik dan lebih cerah di dunia dan akhirat dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala. Disebutkan bahwa sayyidina Ali Zainal Abidin As Sajjad, beliau disebut As Sajjad karena dalam setiap malamnya ia melakukan shalat sebanyak 1000 sujud. Disebutkan dalam kitab Al Ghurar bahwa Al Imam Thawus Ar mengatakan bahwa suatu waktu di sepertiga malam ketika ia mendekati maqam Ibrahim untuk melakukan shalat disana, namun ia mendapati seseorang yang terus menerus melakukan shalat di tempat hingga mendekati waktu Subuh kemudian ia berhenti melakukan shalat dan berdoa, dengan doa berikut yang di ulang-ulang :

عَبْدُكَ بِفِنَائِكَ، مِسْكِيْنُكَ بِفِنَائِكَ، فَقِيْرُكَ بِفِنَائِكَ، سَائِلُكَ بفنائك

“ HambaMu di halamanMu (dihadapanMu), hambaMu yang miskin di hadapanMu, hambaMu yang faqir di hadapanMu, hambaMu pengemis dihadapanMu”

Dan orang tersebut adalah sayyidina Ali Zainal Abidin. Kemudian Al Imam Thawus berkata : “Tidaklah aku membaca doa tersebut dan aku berada dalam kesulitan kecuali kesulitan tersebut disingkirkan oleh Allah subhanahu wata’ala”. Demikianlah doa yang sangat agung yang dilantunkan oleh sayyidina Ali Zainal Abidin As Sajjad, begitu pula didikan beliau kepada keturunan beliau yaitu Al Imam Muhammad Al Baqir, dimana sebagaimana yan disampaikan oleh putranya : “Ayahku ketika berdoa di malam hari ia berkata :

اَللَّهُمَّ أَمَرْتَنِيْ فَلَمْ أَأْتَمِرْ وَنَهَيْتَنِيْ فَلَمْ أَنْزَجر، هَا أناَ عَبْدُكَ بَيْنَ يَدَيْكَ مُذْنِبٌ مُخْطِئٌ مُقِرٌّ بِذَنْبِيْ فَلاَ أَعْتَذِرْ

“ Wahai Allah, Engkau telah memberiku perintah namun tidak aku kerjakan, dan Engkau memberiku larangan namun tidak aku tinggalkan, inilah aku hambaMu dihadapanMu dalam keadaan berdosa dan bersalah serta mengakui akan dosaku dan tidak menutupinya dengan alasan apapun”

Dan disebutkan bahwa Al Imam Muhammad Al Baqir ketika berdoa ia menyebut nama Allah hingga nafasnya terputus, kemudian kembali menyeru nama Allah hingga nafasnya habis. Demikianlah keadaan para shalihin dan indahnya munajat dan doa mereka kepada Allah subhanahu wata’ala. Kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga Allah melimpahkan rahmat dan kebahagiaan kepada kita, dan mengangkat segala kesulitan dari kita, amin allahumma amin.


Petikan Tausyiah Habibana Munzir Bin Fuad Al Musawa di Masjid Al Munawwar, Jakarta Selatan.
Senin, 29 Oktober 2012