Di dalam Mukasyafah Al Qulub
yang juga riwayatnya teriwayatkan didalam Shahih Bukhari secara ringkas. Ketika
seorang wanita tidak mempunyai kemampuan untuk menafkahi anak – anaknya
sehingga ia terjebak kepada kebutuhan dan ia mengetuk pintu seorang penguasa.
Seorang kaya – raya dan seorang kaya – raya membuka pintu “apa niatmu wahai wanita?” wanita itu berkata “aku butuh uang untuk anak - anakku” maka orang kaya itu berkata “kalau kau butuh uang padaku maka boleh
saja tapi aku mau berzina denganmu dan berkumpul denganmu. Kuberikan apa yang
kau mau”. Wanita
itu menolak dan pulang, sampai dirumah melihat anaknya yang lapar. Minta kesana
– kemari tidak ada yang memberi dan akhirnya ia putus asa dan kembali. Kembali
kepada pria itu dan berkata “ya
sudah kalau begitu, aku pasrah saja”. Pria
itu berkata “aku
akan bantu kau dengan lebih yang kau minta”. Tapi ketika ia sudah didekati oleh pria itu,
bergetarlah wanita ini dengan gemetar yang dahsyat. “Kenapa kau ini”, kata pria itu. Wanita itu berkata “aku takut pada Allah”. Ucapan itu menggetarkan jiwa sang pria yang
kaya – raya ini karena keluar dari hati yang penuh iman. Kalau hati yang penuh
iman kau berucap menggetarkan orang lain. Maka wanita yang tidak berdaya dan
miskin berkata “aku
takut pada Allah”. Pria
kaya ituberkata “kau ini
sudah miskin, cobaanmu berat, sudah sulit hari – harimu, mau menjual dirimu
tidak mau karena takut pada Allah. Sedangkan aku diberi kenikmatan yang banyak
oleh Allah, aku mestinya lebih takut dan risau daripada engkau. Sudah ini uang
aku berikan kau pulang dan aku taubat pada Allah”. Ini riwayat Shahih Bukhari.
Dalam riwayat lainnya Kitab
Mukasyafah Al Qulub oleh Imam Al Ghazali, ketika seorang pria senang dengan
seorang wanita. Ingin dekat dengannya dan ingin lebih dari itu. Diikutilah
kemana wanita ini pergi. Sewaktu – waktu wanita ini ingin pergi ke tempat yang
jauh (kalau zaman dahulu namanya kafilah) kalau sekarang pakai bus atau kereta
api atau pesawat atau kapal laut. Ini dengan kafilah (rombongan), wanita ini
ikut ia juga ikut. Satu malam sepi, banyak orang sudah tidur. Perempuan ini
belum tidur, didekati olehnya. Kenalan, mulai hal yang lebih wanita itu berkata “sebentar – sebentar saudaraku sebelum
kita teruskan kemauan kita”, kata
sang wanita “lihat
dulu apa semua orang sudah tidur”. Pria
dengan senangnya kesana – kemari “semua
sudah tidur”. Wanita
berkata “apa ada
yang melihat kita?”, “tidak ada yang melihat, semuanya sudah tidur”. Wanita itu berkata “apakah Allah tidur?”, pria itu kaget dan ia berkata “Allah tidak tidur”. Lalu wanita itu berkata “apakah Allah tidak melihat?”, pria semakin terdesak dan ia menjawab “Allah melihat”, “lalu kau mau terus
berbuat dan Allah melihatmu?”. Pria
itu menangis dan berkata “aku
bertaubat pada Allah Swt”.Berapa minggu kemudian terdengar kabar oleh sang
wanita bahwa pria itu wafat. Iamimpi didalam tidurnya jumpa dengan pria itu
didalam kenikmatan. “Engkaukah
pria yang jumpa di malam itu? hampir saja kita berbuat dosa dan tidak jadi”,
“iya betul”. “Koq sekarang kau begitu mulanya setelah kau wafat?”, ia berkata “terima
kasih wahai wanita yang sejak kau menegurku itu, aku bertaubat pada Allah dan
Allah membimbingku pada kemuliaan”. Demikian indahnya taubat dan demikian Allah menaungi mereka.