.Bismillah

.Bismillah

Jumat, 14 November 2014

Sayyid Muhammad Maulad Dawilah

Sayid Muhammad Maulad Dawilah

Banyak Menerima Karunia Allah SWT
Setiap namanya disebut, maka setiap orang yang mendengar akan senang hatinya. Ia adalah sosok auliya yang paling banyak menerima karunia-karunia Allah SWT
Ia dikenal hafal separuh al-Qur’an, tetapi anehnya jika ada yang keliru dalam bacaannya pada separuh bagian kedua, maka ia dapat mengingatkan bacaan yang keliru itu, sehingga pembacanya akan mengulangi bacaan yang keliru itu.
Ulama itu adalah Sayid Muhammad Maulad Dawilah, nama lengkapnya adalah Sayid Muhammad Maulad Dawilah bin Imam Ali bin Alwi Al-Ghuyur bin Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa, dan terus bersambung nasabnya sampai Rasulullah SAW.
Muhammad Maulad Dawilah lahir dan dibesarkan di kota Tarim. Sejak kecil, ia telah ditinggal mati sang ayahnya. Sehingga ia diasuh dan dibesarkan oleh sang paman, Sayid Abdullah. Selama dalam asuhan sang paman itulah ia benar-benar mendapatkan pendidikan dan asuhan yang terbaik. Maka wajarlah bila dalam usia remaja ia telah mempunyai ilmu yang tinggi, manis budi pekerti dan ketakwaan yang tinggi.
Sebagaimana para ulama dan auliya’ dari Hadramaut. Ia juga suka berkelana ke berbagai negeri untuk beribadah dan menimba ilmu. Sewaktu menunaikan ibadah haji dan umrah, ia menyempatkan diri untuk mukim di Madinah sembari belajar agama, khususnya bidang fiqh. Tidak banyak disebutkan, ia belajar tentang dunia tulis menulis, tetapi setiap ilmu syariat yang ia pelajari maka ia selalu mengamalkannya. Karena itu, tidak heran bila ia mendapat kemuliaan seperti yang didapat para ulama kenamaan.
Ia adalah sosok ulama yang tawadhu’, banyak melatih diri dan membebaninya dengan berbagai amal kebajikan dan ibadah. Kebanyakan amalan yang ia lakukan adalah amalan yang berhubungan dengan hati, bahkan ia selalu menyembunyikan amal-amal ibadahnya dari manusia yang lain, lebih-lebih dari keluarganya sendiri.
Pada umumnya ia suka mengasingkan diri di tengah padang pasir atau di dusun yang tidak berpenghuni. Karena itu, ia banyak mendapatkan keistimewaan atau yang lebih dikenal dengan karamah dari Allah SWT. Diantara karamah yang ia miliki yakni ia dapat menuturkan berbagai masalah dalam hukum-hukum syariat dan hakekat sampai kepada akar-akarnya yang paling bawah.
Alkisah, ketika salah seorang puteranya bertanya tentang kebolehan yang ia katakan, maka ia berkata,”Kami tidak menuturkan suatu masalah kecuali kami telah melampui batas-batas alam dunia dan akhirat, pada mulanya kami lampui batas-batas alam dunia dan akhirat, kemudian alam akhirat sampai wujud keduanya terasa tidak ada di hati kami selain hanya wujud Allah, maka di saat itulah timbul rasa rindu.”
Selanjutnya, ia menuturkan bait-bait puisi, ”Ketika kami tiba di majelis untuk bersenang-senang maka terpancarlah cahaya bagi kami dari alam gaib.” Sampai di akhir bait puisinya.
Selanjutnya ia memilih sebuah tempat terpencil di dekat pekuburan Nabi Hud As, nama tempat itu adalah Yabhar. Ia memilih tempat tersebut karena ada sebuah telaga air. Ia kemudian membangun tempat tinggal di sekitar tempat itu. Langkah ini dikuti oleh pengikut-pengikutnya, sehingga tempat yang sebelumnya di kenal sebagai tempat terpencil lambat laun kemudian berkembang menjadi ramai. Pemukiman kecil yang semula hanya terdiri dari beberapa keluarga kecil saja, makin lama berkembang menjadi sebuah desa yang maju, tempat itu dinamakan Yabhar Dawilah.
Sayid Muhammad Maulad Dawilah ini adakalanya melakukan hal-hal yang aneh. Sesekali ia mengenakan pakaian-pakaian yang mewah, seperti pakaian-pakaian yang dipakai kaum penguasa, tetapi adakalanya ia mengenakan pakaian compang-camping seperti yang dikenakan oleh kaum fakir miskin. Adakalanya ia berusaha mendekatkan diri dengan kaum penguasa, tetapi adakalanya ia menjauh dari penguasa dan mendekati orang-orang lemah yang tidak mampu.
Adakalanya ia membebani hidupnya dengan berbagai amal kebajikan dan ibadah. Diantaranya ia bangun malam dan puasa. Dikisahkan, ia melakukan shalat Subuh dengan wudhu untuk Isya’. Kebiasaan ini berjalan selama dua puluh tahun. Ia juga membiasakan berpuasa empat puluh hari berturut-turut di musim panas. Karena besarnya peningkatan ibadah-ibadahnya, maka ia mendapatkan berbagai macam karamah dan keistimewaan yang luar biasa dari Allah SWT.
Terhadap karamah dan karunia yang diterimanya itu, ia pernah berkata,”Biasa kami menyebut Allah dengan lisan dan hati. Kemudian, bentuk-bentuk huruf yang terucap dengan lisan itu lenyap, yang tersisa hanyalah cahaya yang memancar di dalam hati hingga sampai ke hadirat Allah.”
Nasehat-nasehat yang sangat bermakna diantaranya,”Sesungguhnya aku tidak takut menjadi miskin, sebab aku yakin bahwa karunia yang ada di sisi Allah lebih dekat dari apa yang ada di tanganku. Sesungguhnya aku tidak membenci kematian, sebab seseorang yang membenci kematian maka ia membenci untuk bertemu dengan Allah. Aku tidak pernah membenci tamu meskipun aku tidak memiliki sesuatu yang dapat aku berikan.”
Disebutkan suatu saat ketika ia hendak tampil menjadi imam shalat di masjid Ba’alawi, sebagian orang mencegahnya dan salah seorang dari mereka berkata dengan ketus kepadanya, ”Engkau seorang Arab dusun, engkau tidak pantas menjadi imam!”
Setelah selesai mengimami shalat, maka beliau dengan sangat tenang dan santun kemudian menerangkan sebuah surat di Al-Qur’an dengan keterangan yang mempesonakan para pendengarnya. Cara penyampaian yang penuh kelembutan dan penerangan yang gamblang membuat mereka sadar, bahwa ia adalah sosok seorang ulama yang berilmu.
Beberapa hari menjelang kematiannya, ia pernah mengucapkan bait-bait puisi tanda kecintaan kepada baginda Rasulullah SAW, ”Sesungguhnya setiap rumah yang engkau (Rasul) tempati, tidak butuh adanya lampu penerangan. Wajahmu yang bersinar adalah hujjah kami, pada hari ketika manusia mendatangkan berbagai macam hujjah.”
Dari hari ke hari ia semakin meningkatkan ketaatannya kepada Allah, sampai saatnya tiba berpulang ke rahmatullah pada hari Senin tanggal 10 bulan Sya’ban 965 H. Ia dimakamkan di pekuburan Zanbal, Tarim dan makam nya banyak dikenal dan diziarahi orang. Ia meninggalkan empat orang putera yakni Abdullah, Ali, Alwi dan Abdurahman Assegaf.

(Disarikan dari buku Alawiyyin, Asal-Usul dan Peranannya karya Alwi ibnu Muhammad ibnu Ahmad Balfaqih, PT LENTERA BASRITAMA, 1999)


Nasehat Habib Umar bin Hafidz - Jangan Jadikan Waktu Kita Untuk Mengikuti Permainan Orang-Orang Dzholim

Kutipan Khutbah Jumat di Masjid Jami` Nur Muhammad Kemang, Jakarta Selatan 21 Muharram 1436 H
Diterjemahkan oleh Ad-Da`i Ilallah Habib jindan.
Jangan jadikan waktu yang kita miliki, umur yang kita miliki ,kehidupan kita miliki dari yang yang sangat sedikit ini jangan kita jadikan sebagai halaman untuk permainan orang -orang yang berbuat dholim kepada Allah subhanallahu wata`ala, orang-orang yang berbuat kejahatan orang-orang tersebut ingin menjadikan diri kita ,dzat kita, waktu kita,hidup kita sebagai tempat permainan mereka, tempat mereka membuang kotoran . Walyaudzubillahi min dzalik
Allah Subhanallahu wa Ta`ala berfirman : “Seandainya kalian mengikuti kebanyakan orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan membuat engkau tersesat dari jalan Allah Subhanallahu wa Ta`ala.”
Beliau Al Habib ‘Umar bin Hafidz menasehati untuk menjaga pandangan ,pendengaran, Lisannya. menjaga pandangan dari hal-hal yang bukan urusannya, menjaga pendengarannya dari hal-hal yang bukan urusannya, menjaga hal-hal dari menyaksikan yang bukan urusannya, menjaga lisannya dari perkataan-perkataan yang bukan urusannya ,menjaga hal-hal yang fudhul yang bukan urusannya apalagi dari hal yang di haramkan oleh Allah Subhanallahu wa Ta`ala.
Sebab dengan menjerumuskan matanya, pendengarannya, lisannya dalam hal-hal yang bukan urusannya maka ia telah menodai kemanusiaan/menghinakan kemanusiaan. Walyaudzubillahi min dzalik
Barang siapa yang istiqomah di dalam pandangannya, istiqomah di dalam pendengarannya, istiqomah di dalam lisannya maka akan berujung pada istiqomahnya Hati, berujung pada Beristiqomah pada ketaqwaan kepada Allah Subhanallahu wa Ta`ala.
Allah Subhanallahu wa Ta`ala berfirman : “Sesungguhnya pendengaran kita,penglihatan kita kelak akan diintegorasi oleh Allah Subhanallahu wa Ta`ala”
Dengan menjaga pendengaran kita dari hal-hal yang tidak baik, menjaga penglihatan kita dari hal-hal yang tidak baik maka akan terjaga pula hati kita.
Gunakanlah pandangan kita untuk memandang kaum mukiminin dengan kasih sayang, gunakan pandangan mata kita untuk melihat alam ini untuk bertafakkur
Jangan sampai pandangan mata kita kelak akan menjadi penyesalan kelak di hari kiamat.
Jangan sampai musuh-musuh Allah mereka berkuasa di mata kita, jangan sampai musuh-musuh Allah ,mereka menjadi penguasa di mata kita, mereka berkuasa di pendengaran kita. 
Mereka musuh-musuh Allah Subhanallahu wa Ta`ala merebut itu semua bukan dengan kekuatannya akan tetapi karena lemahnya semangat kita, lemahnya semangat kita terhadap syariat dan peneladan terhadap Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Sehingga mereka (musuh-musuh Allah ) menjadi penguasa di mata kita ,di telinga kita mereka yang berkuasa di dalam ucapan kita,di dalam rumah tangga kita. Mereka semua yang mengatur apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita ucapkan yang sesungguhnya menyimpang dari ajaran Allah dan ajaran Rasulullah shalallahu ‘Alaihi wasallam.
Yang mana kalau itu semua kita biarkan saja, kita cuekin saja kita anggap biasa saja maka kelak di hari kiamat mata ini menjadi TERHARAMKAN melihat Allah Subhanallahu wa Ta`ala.
Sifat kaum mukimin mereka mendengar pada hal yang baik, mereka melihat pada hal yang baik, manakala di perdengarkan di hadapan mereka hal-hal yang tidak baik yang membuat lupa kepada Allah Subhanallahu wa Ta`ala mereka (kaum mukminin) segera berpaling menjauh tidak mau mendengarkan hal-hal yang tidak baik tersebut.
sehingga dikatakan dalam firman Allah Subhanallahu wa Ta`ala : “Manakala kalian mendengarkan ucapan-ucapan orang tersebut mengatakan perkataan-perkataan yang tidak baik maka jangan kalian duduk bareng bersama mereka,jika kalian duduk bareng bersama mereka, mendengarkan perkataan-perkataan mereka, maka kalian sama saja dengan mereka, kalian masuk ke dalam kelompok mereka, kalian masuk di dlm barisan mereka.” walyaudzubillahi min dzalik.
Kalau kita mau mendengar ,dengarkan ucapan para Aulia, dengarkan ucapan para anbiya, dengarkan ucapan Nabi Muhammad shalallahu ‘Alaihi wasallam. Sehingga hal itu menjadi bekal kita persiapan kita untuk mendengar ucapan khitob yaitu ucapan cinta dari Allah yang di tujukan kepada hamba-hamba-Nya kelak di hari Kiamat.
Sebab di hari kiamat Allah Subhanallahu wa Ta`ala memanggil hamba-Nya, berbicara kepada hamba-Nya, dan juga ada juga hamba-hamba tertentu yang di murkai oleh Allah Subhanallahu wa Ta`ala tidak disapa, tidak ditegur oleh Allah Subhanallahu wa Ta`ala besok di hari kiamat .Walyaudzubillahi min dzalik.
Karenanya gunakanlah telinga kita untuk mendengar yang baik, gunakan mata kita untuk melihat yang baik ,yang bukan di haramkan oleh Allah Subhanallahu wa Ta`ala
Ketahuilah dimanapun kita berada , bila kita berempat yang kelimanya adalah Allah Subhanallahu wa Ta`ala, kita ber enam yang ke tujuhnya adalah Allah Subhanallahu wa Ta`ala. Allah Subhanallahu wa Ta`ala mengetahui diskusi yang terjadi diantara mereka , Allah Subhanallahu wa Ta`ala mengetahui apa yang mereka ucapkan, Allah Subhanallahu wa Ta`ala mengetahui apa yang mereka rahasiakan.
Sesungguhnya Allah Subhanallahu wa Ta`ala menciptakan diri kita mulia, dzat kita mulia , jangan kita kotori , jangan kita hinakan diri kita, dzat kita , pada telinga kita, mata kita
jangan kita jadikan diri kita, dzat kita menjadi tempat permainan dari musuh-musuh Allah Subhanallahu wa Ta`ala ,sehingga kita menjadi orang-orang yang tertipu di dalam diri kita, tertipu di dalam keluarga kita, tertipu oleh bujukan-bujukan musuh-musuh Allah Subhanallahu wa Ta`ala
Di hari Jum’at dan di malam Jum’at sudahkah kita membaca dan mendengarkan al quran? sudahkah kita membaca surat alkahfi? sudah berapa banyak kita bersholawat kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘Alaihi wasallam?
Jadikan pendengaran, mata lidah untuk hal-hal yang di ridhoi Allah Subhanallahu wa Ta`ala sehingga pendengaran kita, mata kita , lidah kita menjadi patut dan layak untuk berkhitob kepada Allah Subhanallahu wa Ta`ala besok di hari kiamat
Semoga Allah Subhanallahu wa Ta`ala memperbaiki keadaan kaum muslimin

Allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad nuuri-kas saari wa madaadikal jaari wajma’nii bihi fi kulli athwaari wa ‘ala alihi wa shahbihi yannuur