.Bismillah

.Bismillah

Jumat, 19 September 2014

Mengenai Zakat Mal dan Penerimanya

Penjelasan Habibana Mundzir Al Musawa mengenai zakat mal :

Saudaraku yg kumuliakan, zakat pemilik perusahaan dinamakan zakat Tijarah, adalah menghitung seluruh harta benda yg dipakai bertijarah, termasuk asset mobil, bangunan, dan semua alat alat usaha, dan dikeluarkan zakatnya dari total harta perdagangan itu 2,5% setiap tahunnya jika sudah mencapai setahun.

zakat diberikan pada 8 kelompok, sebagaimana firman Allah swt pd surat Attaubah ayat 60 : Sungguh sedekah itu untuk orang orang fakir, dan orang orang miskin, dan orang orang yg bekerja membagikannya, dan para muallaf (yg baru masuk islam), dan para budak yg sedang menebus kebebasannya, dan orang orang yg terlibat hutang, dan orang orang dari pasukan berjihad dijalan Allah, dan orang orang yg tak punya uang pulang kerumahnya. (QS Attaubah 60).

1. Fuqara : Fuqara dalam hukum syariah adalah orang yg penghasilannya hanya mencukupi 40% dari kebutuhannya, seandainya kebutuhannya (atau dg keluarga tanggungannya, mungkin dg ayah ibunya dan istri anaknya), andai kebutuhannya 100 ribu sebulan, dan pendapatannya hanya 40 ribu atau kurang (40% atau kurang). inilah yg disebut fuqara, walaupun ia punya usaha, atau rumah yg dikontrakkan, atau kendaraan yg digunakan usaha, yg jelas penghasilannya hanya 40% (atau kurang). dari kebutuhan Primernya (bukan kebutuhan sekunder).
dan bila mereka mempunyai pendapatan yg minim namun mereka mempunyai harta yg bersifat Sekunder, seperti televisi, kendaraan dlsb yg bukan digunakan untuk usaha, maka mereka tidak tergolong fuqara, dan tidak berhak mendapat Zakat.

2. Masakiin : Masakiin adalah orang orang miskin, dan penjelasannya sama dengan diatas, namun perbedaannya bahwa orang miskin di dalam hukum Syariah adalah mereka yg penghasilannya hanya 80% (atau kurang), dari kebutuhannya, mereka ini taraf hidupnya diatas fuqara, namun masih berkekurangan. mereka berhak menerima zakat.
singkatnya :
- Penghasilan 0% - 40% adalah fuqara -> tidak wajib zakat, dan berhak mendapat zakat.
- 41% - 80% adalah orang miskin -> tidak wajib zakat, dan berhak mendapat zakat
- 81% - 100% -> adalah kelompok yg tidak wajib zakat dan tidak pula berhak mendapat zakat.
- 100% - hingga berlebihan -> kelompok yg diwajibkan mengeluarkan zakat dan tidak berhak menerima zakat.

3. Ghaarimiin : Orang yg terlibat hutang dan belum mampu melunasi hutangnya. mereka ini ada 4 kelompok
a). orang yg berhutang untuk mendamaikan dua kelompok yg bertentangan, ia berhak mendapat zakat untuk bantuan melunasi hutangnya yg belum mampu ia lunasi, walaupun ia seorang kaya raya. (seandainya hutangnya 100 juta, dan ia mampu melunasi nya dalam setahun, maka dalam tempo satu tahun itu ia berhak menerima zakat).
b). orang yg belum mampu melunasi hutangnya yg hutangnya adalah untuk maslahat muslimin, misalnya membangun masjid, membuat jalan, madrasah agama, majelis taklim dll. walaupun ia kaya raya, sebagaimana penjelasan diatas.
c). orang yg belum mampu melunasi hutang dirinya sendiri, selama hutangnya itu bukan untuk maksiat.
d). orang yg berhutang untuk menjamin hutang orang lain, atau menebus keselamatan seseorang, selama tidak terlibat dalam kemaksiatan.

4. Musafirun wa Ibnu Sabiil : Orang yg dalam perjalanan, dan ingin kembali kerumahnya namun ia tak punya ongkos yg cukup, sebab kerampokan atau kehilangan dlsb, walaupun ia seorang kaya raya di kampungnya. (hal seperti ini mungkin di zaman sekarang jarang terjadi karena sudah adanya handphone, rekening bank, dlsb, namun paling tidak seandainya ia terjebak dalam kecopetan dan kehilangan atau lainnya, maka dana zakat dikeluarkan paling tidak untuk menghubungi keluarganya di rumahnya untuk mengirim uang, walaupun jumlah kecil namun ia termasuk berhak zakat).

5. 'Aamiluun alaihaa : Para pekerja yg bertugas membagi bagikan zakat, walaupun ia seorang kaya raya, dengan syarat ia tidak mendapat gaji/upah dalam kerjanya, misalnya ia seorang Imam Masjid yg sudah ada penghasilan khusus dari kas masjid, maka mereka tidak berhak, ataupun petugas kelurahan yg memang sudah ditunjuk pemerintah untuk pekerja diantaranya mengurus zakat, maka mereka tidak berhak, demikian pula muazin yg sudah ada jatah upah dari masjid.

6. Mu'allafati qulubihim : Para muslim yg baru saja memeluk islam dan mereka masih memiliki iman yg lemah dan ditakutkan kembali kepada agamanya, maka mereka berhak atas zakat.

7. Ghuzaat fi sabiilillah : Para pejuang yg membela islam yg tidak mendapat upah. mereka siap tempur dan berperang membela islam kapanpun (tentara jihad), namun tidak mendapat upah/gaji penopang nafkah. mereka berhak zakat, namun kelompok ini sudah tidak ada lagi di zaman sekarang, karena ini hanya disyariahkan bagi negara yg berhukumkan Islam

8. Al Kaatibuun Kitaabah Shahihah : Mereka yg dalam penebusan diri untuk menebus kebebasan dirinya dari perbudakan, kelompok ini pun sudah tidak ada di zaman sekarang.



Maka kelompok pertama hingga nomor enam, adalah mereka yg berhak diberi zakat, namun haruslah berurutan.
Pertama uang zakat ditumpahkan pada Fuqara, bila sudah tak ada fuqara di wilayahnya, atau semua sudah terbagikan zakat, barulah meningkat ke tingkatan kedua yaitu orang orang miskin.. demikian seterusnya.
Bila dana zakat sudah terhabiskan bagi fuqara, maka tidaklah kelompok kedua dan lainnya berhak mendapat zakat. demikian seterusnya.
Bukan seperti sekarang, dimana amil zakat (para pekerja zakat) segera mengambil jatahnya lebih dahulu sebelum fuqara.

Demikian insya Allah penjelasan dari saya, wallahu a'lam.

sumber (Kitab Busyralkarim syarh Muqaddimatulhadhramiyyah alaa madzhabussyafi'iyyah Bab Zakaat Naqd).

Rabu, 17 September 2014

Daya Pikat Dunia yang Menipu

Oleh : Al Habib Umar bin Hafidz


Ini Risalah yang agung yang datang dari Allah subhanahu wa ta’ala. Demi Allah, setiap yang keluar dari rel-rel Risalah ini, dari segala sesuatu yang dibicarakan atau dipikirkan oleh banyak orang, atau sesuatu yang mereka ketahui, atau yang mereka ucapkan, atau sesuatu yang merisaukan mereka atau menenangkan mereka, tak lain hanyalah kesenangan sesaat yang menjerumuskan, yang dalam waktu dekat hanyalah bagai debu yang berhamburan.
Adapun bentuknya baik dhohir maupun bathin, segala sesuatu yang bertentangan dengan Risalah ini, dan yang keluar dari rel-rel Risalah ini, hanyalah permainan, sebagaimana pernyataan Al Qur’an. Dan hanyalah sesuatu yang melalaikan sebagaimana pernyataan Al Qur’an. Dan hanyalah tipuan sebagaimana pernyataan Al Qur’an. Telah berfirman Allah subhanahu wa ta’ala, Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak.
Setiap permainan, kelalaian, hiasan, berbangga-banggaan dan bermegah-megahan dalam banyaknya harta dan anak tersebut. Allah memberikan perumpamaan. Dengarlah apa perumpaan tersebut? Bagaikan hujan yang tanam-tanamannya membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering , maka engkau melihatnya menguning, kemudian hancur.
Adapun Akhirat Dan akhirat yang ada hanyalah adzab yang amat pedih dan maghfiroh (ampunan) dari Allah dan keridhoan-Nya.
Dengarkanlah ini. Firman dari Tuhan Yang Maha Penyayang. Dan Penyampainya adalah pemimpin sekalian makhluk, manusia terbaik, Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam. Ini adalah uraian singkat tentang apa yang ada di akherat. Uraian singkat kehidupan abadi mendatang. Adzab yang amat pedih dan maghfiroh (ampunan ) dari Allah dan keridhoan-Nya.
Ini adalah uraian singkat tentang kehidupan yang ada di dalamnya. Setiap tingkatan adzab, setiap derajat tinggi di sini ringkasannya. Adzab yang amat pedih dan maghfiroh ( ampunan ) dari Allah dan keridhoan-Nya. Maka apa yang ada pada kehidupan dunia ini? Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
Maka bagaimana kita bisa mendapatkan maghfiroh dan keridhoan, dan selamat dari siksa yang amat pedih? Berlomba-lombalah untuk mencapai Ampunan dari Tuhan kalian, dan Syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya. Kita (bersaksi bahwa kita) beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya, Kita (bersaksi bahwa kita) beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya, Kita (bersaksi bahwa kita) beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya.

SUMBER

Minggu, 14 September 2014

Langkah Awal Mendekatkan Diri Kepada Allah

Orang yang cerdas dan berpikiran sehat adalah mereka yang mengelola (me-manage) amal-amalnya sehingga semua kegiatan mereka menjadi sempurna.
Langkah awal yang harus diperhatikan oleh seorang hamba dalam ber-suluk adalah menyucikan dan mendidik nafs serta menyempurnakan akhlak. Bagi seorang sâlik usaha penyucian nafs lebih utama dari pada memperbanyak ibadah sunah, seperti salat sunah, puasa sunah dan sejenisnya. Karena, seorang hamba tidak layak menghadap Allah SWT dengan hati dan nafs yang kotor. Ia hanya akan melelahkan dirinya, sebab amal yang ia kerjakan mungkin justru membawanya ke arah kemunduran.

Jika seseorang tidak menangani urusannya secara arif, maka dikhawatirkan ia akan tersesat dan mengalami kemunduran. Karena itu seseorang hendaknya selalu memelihara sir-nya (nurani) dan memanfaatkan waktu yang ia miliki. Jangan sekali-kali ia membiarkan hatinya kosong dari fikr (pemikiran) yang dapat melahirkan ilmu. Dan jangan sampai ia mengerjakan suatu perbuatan tanpa niat yang benar, karena niat adalah ruh amal.
Jika hati seseorang tidak mampu mewadahi fikr (pemikiran) yang dapat melahirkan ilmu dan niat-niat saleh, maka ia seperti hewan liar. Dalam keadaan demikian manusia akan terbiasa menghabiskan waktunya untuk melakukan perbuatan yang sia-sia dan bergaul dengan orang-orang bodoh. Ia akan melakukan berbagai perbuatan buruk dan tercela. Seorang yang berakal hendaknya sadar dan memelihara hatinya.
Ketahuilah, keadaan hati yang paling mulia adalah ketika ia selalu berhubungan dengan Allah SWT. Inilah landasan amal dan sumber perbuatan-perbuatan yang baik. Cara memakmurkan batin adalah dengan selalu menghubungkan sir (nurani) dengan Allah SWT, sedangkan cara merusaknya adalah dengan selalu melalaikan-Nya. Jika hati seseorang telah memiliki hubungan yang kuat dengan Allah SWT, ia dengan mudah dapat melakukan berbagai amal dan ketaatan yang bisa mendekatkannya kepada Allah.

Ketahuilah, bahwa hati itu bagaikan cermin, memantulkan bayangan dari semua yang ada di hadapannya. Karena itu manusia harus menjaga hatinya, sebagaimana ia menjaga kedua bola matanya.
Orang yang mengkhususkan diri untuk beribadah kepada Allah hendaknya tidak bergaul dengan orang-orang yang jahat, bodoh dan suka berbuat tercela, sebab perilaku mereka akan mempengaruhi hati dan memadamkan cahaya bashiroh-nya.
Seorang pencari kebenaran hendaknya memperhatikan segala sesuatu yang dapat memperbaiki hatinya. Untuk memperbaiki hati diperlukan beberapa metode, di antaranya adalah dengan selalu mengolah fikr (pemikiran) untuk membuahkan hikmah dan asror, banyak berdzikir dengan hati dan lisan, dan juga dengan menjaga penampilan lahiriah: pakaian, makanan, ucapan, serta semua perilaku lahiriah yang memberikan pengaruh nyata bagi hati. Seorang pencari kebenaran tidak sepantasnya mengabaikan hal ikhwal hatinya.

(Memahami Hawa Nafsu, Îdhôhu Asrôri ‘Ulûmil Muqorrobîn, Putera Riyadi)

Jika Allah Cinta Kepada Hamba-Nya

Oleh : Al Habib Umar Bin Hafidz

Segala puji bagi Allah yang mana kita telah melihat kehendak baik–Nya kepada kita, dengan sampainya seruan seruan iman dan islam, dan dengan memenuhi panggilan Ar Rahman yang di tujukan kepada hati, hingga kita dapat berkumpul dan segera memenuhi panggilan-Nya, menghadap, menghadirkan hati, berdzikir, berdoa meminta dan memohon serta menjalin hubungan dengan-Nya.
Maka bagi Allah segala pujian dan syukur. Ya Allah!!!! Berilah kesempurnaan pada kami nikmat–nikmat-Mu.
Dan kesempurnaan nikmat, adalah bertambah kuatnya keyaqinan dan keimanan, dan bertambah kuat ikatan dengan Allah Yang Maha Penyayang dan dengan kekasih-Nya Nabi Muhammad pemimpin alam semesta shallallahu alaihi wa sallam, hingga kita dapat berkumpul dalam golongan Nabi Muhammad di tempat yang tertinggi.
Sesungguhnya Al Jabbar subhanahu wa ta’ala setiap saat mempunyai kehendak terhadap hamba-Nya baik jin maupun manusia untuk mengangkat derajat hamba-Nya yang Dia kehendaki atau menjatuhkan yang Dia kehendaki, mendekatkan yang Dia kehendaki atau menjauhkan yang Dia kehendaki, mencintai yang Dia kehendaki dan memurkai yang Dia kehendaki. Sehingga tidaklah berlalu siang dan malam kecuali Allah memperlihatkan kepada seluruh penduduk langit tanda kasih sayang dan kecintaan-Nya, dan memperlihatkan tanda kemurkaan-Nya kepada hamba yang dimurkai-Nya, wal’iyadzubillah.
Maka Allah memanggil sayiduna Jibril, Ya Jibril!!! Aku cinta kepada hamba-Ku fulan, maka cintailah dia. Wahai Jibril !!! Sesungguhnya Aku cinta kepada fulan,maka betapa beruntungnya si fulan ini, dan betapa agung derajat si fulan ini. Tatkala Allah Sang Maha Pengasih mengumumkan pengumuman-Nya, Ya Jibril !!! Sesungguhnya aku cinta kepada fulan, maka cintailah dia. Jibril mendekatkan diri kepada Allah dengan kecintaan kepada si fulan tersebut. Sedangkan ia hanya manusia biasa yang berjalan di muka bumi. Renungkanlah Malaikat Jibril mendekatkan diri kepada Allah dengan kecintaannya kepada seorang hamba. Bentuknya hanya daging dan darah tetapi hakikatnya adalah anugrah dan kebesaran Allah.
Maka Jibril mencintainya kemudian Jibril diperintahkan untuk memanggil penduduk langit, Wahai penduduk langit!!! Sesungguhnya Allah telah mencintai hamba-Nya fulan bin fulan maka cintailah dia. Maka penduduk langit pun mencintainya, dan jadilah hamba tersebut orang yang di cintai di muka bumi.
Kemudian Allah memanggil Jibril, Ya Jibril !!! Sesungguhnya Aku murka pada fulan, maka murkailah dia. Maka Jibril mendekatkan diri kepada Allah dengan memurkai, membenci, dan memusuhi si fulan tersebut. Kemudian Jibril di perintahkan untuk memanggil penduduk langit, Wahai penduduk langit!!! Sesungguhnya Allah telah murka kepada fulan bin fulan, maka murkailah dia. Kita berlindung kepada Allah dari kemurkaan-Nya. Dan kita mohon kepada Allah semoga Allah mempertemukan kita dengan golongan yang di cintai-Nya dan golongan muqorrobin.
Sesungguhnya Allah paling pemurah di antara yang pemurah, dan paling penyayang di antara yang penyayang. Wahai Yang Paling Pemurah di antara yang pemurah, dan Wahai Yang Penyayang diantara yang penyayang!!! Sayangilah kami dalam kelemahan kami dan ketidak mampuan kami. Pertemukan kami dengan orang-orang yang Engkau cintai, dan ridhoilah kami, dan janganlah Engkau pisahkan antara kami dengan mereka, Wahai Yang Paling Pemurah di antara yang pemurah dengan berkat Rahmat-Mu Wahai Yang Maha Penyayang.
Alangkah mulianya hamba yang dicintai Allah yang siang dan malamnya selalu sungguh-sungguh dalam mendekat kepada Allah, dan Allah-pun ridho kepadanya. Senantiasa meneliti anggota badannya, meneliti hatinya, meneliti pandangannya, meneliti tujuan-tujuannya, meneliti tingkah lakunya, meneliti apa-apa yang ada di hatinya dari cahaya iman dan cahaya yaqin, dan dia meneliti keridhoan Allah pada dirinya dan senantiasa takut dari kemurkaan-kemurkaan-Nya, takut dan waspada akan jauh dari-Nya, dan waspada akan penyebab terhalang dari keridhoan-Nya.
Maka dia senantiasa dalam koreksi diri, dalam kewaspadaan dan penuh perhatian terhadap Allah subhanahu wa ta’ala sepanjang waktunya. Al Haq subhanahu wa ta’ala menolongnya dengan penuh kasih, memberinya, mendekatkannya, meninggikan derajatnya, membersihkan hatinya dan memilihnya. Mereka adalah orang-orang yang beruntung. Semoga Allah menjadikan kita golongan orang-orang yang beruntung, dan memberikan kepada kita anugrah-anugrah-Nya dan memperkuat hubungan dan ikatan kita dengan-Nya dan dengan utusan-Nya (Nabi Muhammad).


SUMBER

Bertasawuf Yang Benar

Dua orang ulama besar pernah hidup pada satu zaman. Keduanya dikenal sebagai ahli fiqih dan sekaligus ahli makrifat. Yang satu bernama Syech Sofyan Al-Tsawri. Ia dikenal sebagai pendiri mazhab fiqih besar di zamannya; tetapi dalam perkembangan zaman, fiqihnya kalah populer dengan fiqih-fiqih yang lain, satunya lagi adalah Imam Ja’far Al- Shadiq, salah satu di antara “bintang” cemerlang dalam silsilah tarikat.
Pada suatu hari Syech Sofyan Al-Tsawri mendatangi Imam Ja’far Al-Shadiq dan di dapatinya Imam Ja’far dalam pakaian yang indah gemerlap, hingga tampak bagi Al-Tsawri sangat mewah. Ia merasa, Imam yang terkenal sangat salih dan zahid, tidak pantas untuk memakai pakaian seperti itu. Ia berkata, “Busana ini bukanlah pakaianmu!”. Imam Jakfar Al-Shadioq menimpali ucapan Al-Tsawri dengan berkata, “Dengarkan aku dan simak apa yang akan aku katakan padamu. Apa yang akan aku ucapkan ini, baik bagimu sekarang dan pada waktu yang akan datang, jika kamu ingin mati dalam sunnah dan kebenaran, dan bukan mati di atas bid’ah. Aku beritakan padamu, bahwa Rasulullah saw hidup pada zaman yang sangat miskin. Ketika kemudian zaman berubah dan dunia datang, orang yang paling berhak untuk memanfaatkannya adalah orang-orang salih, bukan orang-orang yang durhaka; orang-orang mukmin, bukan orang-orang munafik; orang-orang Islamnya bukan orang-orang kafirnya. Apa yang akan kau ingkari, hai Al- Tsawri? Demi Allah, walaupun kamu lihat aku dalam keadaan seperti ini sejak pagi hingga sore, jika dalam hartaku ada hak yang harus aku berikan pada tempatnya, pastilah aku sudah memberikannya semata-mata karena Allah.”
Pada saat itu datanglah rombongan orang yang” bergaya sufi”. Mereka mengajak orang banyak untuk mengikuti kehidupan mereka yang sangat sederhana. Mendengar ucapan Imam Ja’far, mereka berkata, “Tampaknya sahabat kami ini tidak mampu membalas pembicaraan Tuan dan tidak dapat menyampaikan hujah.” Imam Ja’far berkata, “Tunjukkan hujah kalian.” Mereka menyahut, “Kami punya hujah dari Kitab Allah.” Kata Imam, “Tunjukkan dalil-dalilnya, karena Kitab Allah lebih wajib untuk diikuti dan diamalkan.ketimbang selainnya” Mereka berkata, “Allah swt mengabarkan sekelompok sahabat Nabi saw: di dalam kitab-Nya; Dan mereka mendahulukan orang-orang lain di atas diri mereka sendiri sekali pun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu; siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr; 9) Allah memuji mereka. Kemudian Allah berfirman dalam ayat yang lain; Mereka memberikan makanan yang mereka cintai kepada orang miskin, yatim, dan tawanan. Cukuplah bagi kami semua keterangan ini.”
Di antara yang hadir dalam majelis itu ada seseorang yang segera menukas, “Kami tidak melihat kalian (dengan maksud orang yang “Bergaya sufi” itu) menahan diri untuk tidak makan makanan yang baik. Malahan kalian memerintahkan orang lain untuk mengeluarkan harta mereka supaya kalian bersenang-senang dengan memanfaatkan harta mereka.” Imam berkata pada orang itu, “Tinggalkan olehmu apa yang tidak bermanfaat bagi kamu.” Setelah itu Imam berkata kepada mereka yang menyampaikan dalil-dalil dari Al- Quran itu, “Hai saudara-saudara, ceritakan kepadaku apakah kalian tahu nâsikh-mansûkh dalam Al-Quran, muhkam dan mutasyâbih-nya? Karena di sinilah umat ini banyak yang tersesat atau binasa.” Mereka menjawab: “Sebagian memang kami ketahui. Tetapi sebagian yang lain tidak.”
Dengan bertanya seperti itu, Imam Ja’far bermaksud untuk mengajarkan mereka untuk berhati-hati menafsirkan Al-Quran, tanpa bantuan ilmu yang memadai. Karena di dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang berlaku dalam konteks tertentu tetapi tidak pada konteks yang lain (nâsikh-mansûkh). Di dalamnya juga ada yang sangat jelas maknanya dan ada yang sekilas tampak ambigu (muhkam mutasyâbih). Setelah itu, Imam Ja’far berkata:“Apa yang kalian sebut sebagai keterangan dari Al-Quran tentang orang yang mendahulukan orang lain, walaupun diri mereka dan keluarga mereka kepayahan, perbuatan mereka itu hanyalah hal yang diperbolehkan bukan hal yang dilarang. Mereka mendapat pahala di sisi Allah. (Tidak ada perintah untuk melakukan perbuatan seperti itu. Mereka boleh saja melakukan hal demikian). Tetapi Allah setelah itu memerintahkan mereka untuk melakukan hal yang bertentang dengan apa yang mereka lakukan. Perintah Tuhan itu menjadi nâsikh (menghapuskan) bagi perbuatan mereka. Allah melarang mereka untuk berbuat demikian sebagai ungkapan kasih sayangnya kepada kaum mukmin. Supaya mereka tidak menyengsarakan dirinya dan keluarganya. Mungkin ada di antara mereka anak-anak kecil yang lemah, anak-anak, orang tua renta, orang yang sudah sangat tua yang tidak sanggup lagi menahan lapar. Jika aku menyedekahkan makananku kepada orang lain, padahal padaku tidak ada lagi makanan selain itu, pastilah semua keluargaku ditelantarkan dan binasa dalam keadaan lapar.
Karena itulah Rasulullah saw bersabda: Jika ada lima butir kurma atau lima dinar atau dirham yang dimiliki seseorang, kemudian ia ingin mengekalkan uang itu, maka yang paling utama ialah ia memberikannya kepada kedua orangtuanya, kemudian kepada dirinya dan keluarganya, kemudian kepada kerabat dan saudaranya kaum muslim, kemudian kepada tetangganya yang miskin, dan terakhir pada ranking kelima, ia mensedekahkannya di jalan Allah.
Seorang Anshar memerdekakan lima atau enam orang budak sebelum matinya, padahal ia tidak punya harta lain selain itu. Ia meninggalkan anak-anak kecil. Nabi saw pernah berkata kepada sahabatnya: ‘Sekiranya kalian memberitahukan kepadaku keadaan dia, aku tidak akan membiarkan kalian menguburkannya di pekuburan muslimin. Ia menelantarkan anak-anak kecil dan membiarkan mereka mengemis kepada orang lain.’ Kemudian Imam berkata: ‘Ayahku menyampaikan kepadaku dari Nabi saw bahwa ia bersabda; Mulailah dari tanggunganmu yang paling dekat, kemudian yang paling dekat, dan seterusnya!’
Kemudian, inilah yang difirmankan dalam Al-Quran, yang menolak argumentasi kalian dan diwajibkan kepada kalian oleh Tuhan yang Maha Mulia dan Maha Bijaksana; Dan orang-orang yang apabila membelanjakan hartanya, mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqan; 67). Tidakkah kalian perhatikan bahwa Allah mengecam orang yang berlebih-lebihan dalam menginfakkan hartanya? Pada ayat lain Allah swt berfirman, “Sesungguhnya Ia tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan” (QS. Al-An’am; 141, QS. Al-A’raf; 31). Tuhan melarang mereka berlebihan dan melarang mereka kikir. Yang benar itu ialah yang berada di tengah-tengah. Seseorang tidak boleh memberikan seluruh hartanya, lalu setelah itu, ia berdoa agar Tuhan memberinya rezeki. Doa seperti itu tidak akan dikabulkan.
Rasulullah saw bersabda: Ada beberapa kelompok dari umatku yang doanya tidak akan dikabulkan; Doa seorang anak yang disampaikan untuk mencelakakan orang tuanya, doa seseorang untuk mencelakakan pengutangnya padahal ketika ia membuat transaksi tidak ada saksi, doa seorang lelaki untuk mencelakakan isterinya padahal Allah sudah menyerahkan tanggungjawab memelihara isteri itu di tangannya, dan doa seseorang yang duduk di rumah lalu ia tidak henti-hentinya bermohon: ‘Tuhanku berilah rezeki padaku’; kemudian ia tidak keluar rumah untuk mencari rezeki. Allah swt akan berkata kepadanya: ‘Wahai hamba-Ku, bukankah Aku sudah memberi jalan bagimu untuk mencari rezeki dan berusaha di bumi dengan modal tubuhmu yang sehat? Supaya kamu tidak bergantung pada orang lain. Jika Aku kehendaki, Aku akan memberi rezeki. Jika Aku kehendaki, Aku batasi rezeki kamu. Dan alasanmu Aku terima.’
“Selain itu, doa orang yang tidak akan Aku dengar adalah doa seseorang yang mendapat rezeki yang banyak dari Allah swt. Ia mengeluarkan semuanya kemudian ia kembali sambil berdoa: ‘Ya Rabbi, berilah aku rezeki’. Tuhan berfirman: ‘Bukankah Aku telah memberimu rezeki yang banyak. Kenapa kamu tidak berhemat seperti yang Aku perintahkan? Mengapa kamu berlebih-lebihan seperti yang Aku larang?’ Kemudian terakhir, doa yang tidak akan didengar Tuhan adalah doanya orang yang memutuskan silaturahim.’
“Allah mengajari Nabi-Nya bagaimana cara berinfak. Di suatu hari, pada diri Rasulullah saw ada beberapa uang emas. Ia tidak ingin tidur bersama uang itu. Kemudian ia mensedekahkannya. Pagi hari ada seseorang yang datang meminta bantuan kepadanya. Tapi Rasulullah tidak punya apa pun. Peminta itu kecewa karena Nabi saw tidak membantunya. Rasulullah saw juga berduka cita karena tidak dapat memberinya apa pun, padahal Nabi saw adalah orang yang sangat santun dan penuh kasih. Allah swt lalu mendidik beliau dengan firman-Nya: Janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu di kudukmu, jangan juga engkau buka selebar-lebarnya, nanti kamu duduk dalam keadaan menyesal dan rugi (QS. Al-Isra 29).”
Sofyan Al-Tsawri, bisa dibilang, mewakili pandangan sekelompok orang yang meyakini bahwa kesucian harus dicapai dengan mengorbankan segala-galanya, meninggalkan pekerjaan, memberikan seluruh harta, meninggalkan keluarga, mengasingkan diri, dan menjauhkan diri dari dunia. Konon, karena cinta dunia itu sumber segala kejahatan, akhirnya mereka memilih untuk membenci dunia.
Mujahadah dan Riyadhah.gaya Al-Tsawri, tidak bisa dibilang salah, karena memang ada segolongan orang yang karena “ kondisi tertentu harus menjalani model itu”, tetapi tidak dapat diterapkan sepenuhnya kepada semua orang, karena jika demikian, siapakah di antara kita yang harus membayar zakat, melakukan ibadah haji, mengurus orang yang lemah, membiayai pendidikan, melakukan penelitian ilmiah dan sebagainya ?, hanya melihat kehidupan tasawuf model ini, bisa melahirkan pendapat yang keliru dalam memandang tasawuf dan kehidupan Sufi yang oleh sebagian penentangnya, diidentikkan dengan kemiskinan, kelusuhan, dan bahkan kekotoran. Bisa bisa membuat orang takut belajar tasawuf dan menjalani kehidupan sufi karena kuatir menjadi miskin.
Imam Ja’far menunjukkan dengan argumentasi yang sangat fasih, bahwa tasawuf sejati tidak demikian. Ia menjelaskan bahwa kemiskinan yang disamakan dengan kesalihan berasal dari kekeliruan dalam memahami Al-Quran dan hadis. Tasawuf sejati bukan tidak memiliki dunia tetapi tidak dimiliki dunia. Sufi bukan berarti tidak mempunyai apa-apa, tetapi tidak dipunyai apa-apa.( Laisa Zuhud bian La tamlika Syaian , Innama Zuhud an laa yamlikaka dzalikas syaik), seperti hal ini ditegaskan oleh Imam Abil Hasan Ali Assadzili
Seorang sufi boleh saja, malah mungkin harus, memiliki kekayaan yang banyak; tetapi ia tidak akan melupakan kewajiban diri maupun hartanya, dalam meraih dan mendistribusikannya dan ia tidak meletakkan kebahagiaan pada kekayaannya. Hatinya tidak bergantung pada harta dan kekayaannya melainkan kepada ALLAH yang memberinya anugrah harta dan kekayaan itu.dan kepadanya sepenuhnya ia bersujud dan menumpahkan puji syukur.
Update : 14 / Oktober / 2005
Edisi 16 Th. 2-2005M/1426H
Silakan mengutip dengan mencantumkan nama almihrab.com


SUMBER

Kamis, 11 September 2014

Kemuliaan Makam Rasulullah SAW

Sayyidina Umar bin Khattab ra adalah salah seorang pecinta Rasul saw, beliau ra selalu tak ingin berpisah dengan Rasul saw, maka ketika ia telah dihadapan sakratulmaut, Yaitu sebuah serangan pedang yg merobek perutnya dengan luka yg sangat lebar, beliau tersungur robo dan mulai tersengal sengal beliau berkata : ?dekatkan aku susu?, alangkah mulianya Amirulmukminin ini, beliau masih ingat sunnah Nabinya saw yg menyukai susu, maka saat susu itu diminumkan, segera susu itu tumpah dari luka diperutnya, maka ia memahami bahwa ia sudah diambang sakratulmaut, ia menoleh dan berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar ra), "Pergilah pada ummulmukminin, katakan padanya aku berkirim salam hormat padanya, dan kalau diperbolehkan aku ingin dimakamkan disebelah Makam Rasul saw dan Abubakar ra", maka ketika Ummulmukminin telah mengizinkannya maka berkatalah Umar ra : "Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu (dimakamkan disamping makam Rasul saw), maka bila aku wafat, usunglah aku kesana, dan ucapkan lagi salam, dan mohonkan izin lagi pada Ummulmukminin, bila beliau mengizinkan maka kuburkan aku, kalau beliau menolak maka tolaklah aku ke pekuburan muslimin" (Shahih Bukhari hadits no.1328).
Mustahil Umar ra meminta berkali-kali untuk diizinkan dimakamkan disebelah makam Rasul saw dan Abubakar ra, kenapa?, apakah sekedar iseng belaka?, melainkan bukti bahwa Makam Rasul saw mempunyai kemuliaan, demikian pula Makam Abubakar Shiddiq ra, sehingga Umar ra dalam sakratulmautnya masih sempat mengucapkan kalimat bahwa tak ada yang lebih diperdulikannya selain pembaringan disebelah mereka.
Demikianlah Mahabbah (cinta) kepada Rasul saw, dan setelah Rasul saw wafat, diriwayatkan bahwa peninggalan-peninggalan pakaian Rasul saw disimpan oleh para sahabat, sebagaimana cincin beliau saw dipakai oleh Anas bin malik, lalu pindah ketangan Abubakar ra, lalu pindah ketangan Umar bin Khattab ra, lalu pindah ketangan Usman bin Affan ra, lalu terjatuh ke sumur Aris, dan berkata Anas bin malik : Aku mencarinya bersama usman bin Affan selama 3 hari dan kami tak juga menemukannya (Shahih Bukhari hadits no.5540). Betapa mereka menjaga barang barang peninggalan Rasul saw, kalau seandainya cincin itu tak ada nilai mahabbah, maka tak perlulah Usman bin Affan mencarinya hingga 3 hari, ini menunjukkan barang peninggalan Rasul saw dimuliakan dan dicintai oleh para sahabat besar, radhiyallahu 'anhum,
Lalu siapa pula yang mengingkari Abubakar Shiddiq ra?, siapapula yang mengingkari Umar bin Khattab ra?, Usman bin Affan ra?, Ali bin Abi Thalib kw?, mereka kesemuanya seperti yang disebutkan Imam Bukhari dan para muhadditsin besar lainnya, demikian mereka ini dan para penerusnya dari zaman ke zaman, para pecinta Rasul saw terus ada dan terus mengenang sang nabi saw, puji-pujian pada Nabi saw terus digandrungi, dan Rasul saw bersabda : "Orang yang dahsyat Cintanya padaku di ummat ini, adalah mereka yang hidup setelah aku wafat, namun hati mereka lebih condong untuk melihatku lebih daripada harta dan keluarga mereka" (Shahih Muslim hadits no.2832)
Wahai para pemuda bangkitlah.. kenalkan dirimu.. katakan pada mereka, dan jangan kau malu dan ragu, katakan pada semua temanmu.. : "Kalian ber idola lah dengan idola kalian, idolaku adalah Muhammad Rasulullah saw..!", bangkitlah dengan mencintai sunnah beliau saw, mengenalkan sunnah beliau saw kepada teman teman, Maka mereka yang menolak memuji Rasul saw, dan melarang orang memuji Rasul saw di masjid-masjid, mereka adalah pengkhianat nabi saw, mereka membawa ajaran sesat dari bisikan syaitan, dan bahwa telah terjadi di zaman Rasul saw seorang lelaki menyeramkan dengan jenggot memanjang dan dahi menjorok kedepan, mata membelalak, dan berkepala sulah, menegur Rasul saw seraya berkata : "Bertakwalah kepada Allah wahai Rasul..!", maka murkalah Rasul saw dan berkata : "Bukankah aku yang paling berhak atas ketakwaan dimuka bumi ini..?", maka berkata Khalid bin walid ra : Izinkan aku menebas lehernya Wahai rasulullah..!, maka berkatalah Rasul saw : "Jangan.. barangkali dia ini shalat", maka berkata Khalid : berapa banyak orang yang shalat dan hatinya tidak shalat?, maka Rasul saw menjawab : "Aku tidak diutus untuk membelah dada mereka untuk memeriksa iman mereka", lalu Rasul saw terus memandangi lelaki buruk akhlak itu seraya bersabda : "akan lahir dari sulbi orang ini suatu kaum yg membaca Kitabullah dengan lembab, tidak melewati tenggorokannya (tidak diamalkan/tidak memahami kemuliaan Alqur'an, hanya sekedar hafal lalu menghina orang lain), mereka menjauh dari agama sebagaimana menjauhnya anak panah dari busurnya, bila aku menjumpai mereka aku akan memerangi mereka sebagaimana memerangi kaum tsamud" (Shahih Muslim hadits no.1063,1064).
Muncullah wabah akidah dizaman kita, mereka banyak menghafal Alqur'an namun pula bibir mereka kotor dengan menuduh Musyrik pada orang muslimin. Wahai Allah.. terbitkan matahari Mahabbah dan cinta kami pada Idola kami Muhammad saw?, curahkanlah hidayah pada semua muslimin yang terperangkap oleh perangkat sesat ini, palingkan hati mereka untuk mencintai Nabi Muhammad saw. Sebagaimana para sahabat mencintai nabi saw, amiin ..amiin..

Image

Cara Menangkal Sihir dan Gangguan Jin


Berikut jawaban Habib Munzir Al Musawa mengenai caranya menangkal sihir, pelet dan pengaruh jin :



Anda jangan risau, Nabi kita Muhammad saw telah mengajari penangkalnya, anda membacalah surat Al Baqarah, memang surat itu panjang, namun anda bisa membacanya sedikit sedikit, bila selesai misalnya dua halaman, maka tiupkan di air, teruslah demikian hingga sempurna surat Al Baqarah,atau anda mengajak beberapa orang teman sama sama membaca didepan air yg terbuka atau botol air terbuka, bila selesai maka anda minumkan pada ayah anda, tanpa perlu ia ketahui, misalnya anda masukkan di wadah airnya, atau Bak mandinya, atau yg sekiranya akan diminum olehnya atau tersentuh dg tubuhnya.Cobalah saudaraku, resep agung ini selalu mujarab, bila anda menemui kendala teruslah konsultasi dg saya mengenai kelanjutannya,

Penangkal sihir dengan resep nawabiy adalah sabda beliau saw : “Barangsiapa yg setiap hari di pagi hari memakan 7 kurma Ajwah, maka tak akan bisa ditembus dengan sihir dan tak akan dicelakai racun (Shahih Bukhari).atau surat AL Baqarah, sabda Rasulullah saw, Rumah yg dibacakan padanya surat Albaqarah akan membuat semua syaitan dan jin jahat menghindar” (Shahih Muslim).

Lanjutkan dzikir ratib al haddad tersebut, penangkal jin sudah terkandung padanya, yaitu akhir sura AL Baqarah dan ayat Kursi, barangsiapa yg membacanya maka semua jin akan menyingkir,
saya sarankan anda mendawamkan ratib alattas, ia adalah salah satu kumpulan dzikir nabawiy yg sangat kuat menentang dan melawan sihir atau kekuatan penunduk dari sihir

Selasa, 09 September 2014

Cara Agar Khusyu Dalam Sholat

Oleh Habibana Munzir Almusawa.

Rahmat dan kesejukan sanubari semoga selalu mengiringi hari hari anda,

saudaraku yg kumuliakan,
Selamat datang di ajang para pecinta Rasulullah saw didunia maya..
1. Khusyuk adalah suatu kemuliaan yg ada awalnya namun tiada pernah ada akhirnya, dan awal dari khusyuk adalah konsentrasi pada Allah swt atau apa apa yg mengingatkan kita pada Allah, ap
akah neraka, sorga, kematian, kemuliaan alam, atau apa saja dafri lintasan pemikiran yg mengarah pada Allah semata

lalu tingkatan khusyuk yg lebih tinggi adalah konsentrasi pada makna apa apa yg kita ucapkan dalam bacaan shalat itu, dan tingkatan lebih tinggi lagi adalah tenggelam dalam makna makna itu dengan melupakan seluruh pemikiran yg lainnya,

lalu tingkat selanjutnya adalah sirnanya seluruh nama, seluruh pemikiran, seluruh warna dan bentuk, seluruh keinginan, kesedihan dan kegembiraan dan semua keduniawian, yg ada hanyalah hamba yg sedang berhadapan dengan Pencipta Nya swt, ia merasa tak ada alam semesta, hanya berdua dg Allah semata, dan lalu tingkatan khusyuk makin meningkat dan meningkat..

2. sebagian ulama berpendapat demikian, namun bukan mustahil orang menemukan khusyuknya ditengah atau di akhir shalat,

3. salah satu caranya adalah dimulai dengan saat berwudhu, jangan berbicara dg siapapun saat berwudhu, tenanglah saat berwudhu, hadirkan hati anda untuk menyucikan jiwa dan raga dg mutiara dan berlian yg diciptakan Allah untuk bersuci yaitu air,

dan adapula teriwayatkan doa doa dalam berwudhu, bila tidak hafal maka usahakanlah hati terus berdoa dalam wudhu, terus bermunajat, mensucikan nama Allah dan memuji Allah dg berbagai kenikmatan, lalu berdoalah lagi selepas wudhu, lalu masuklah dalam shalat dan usahakan jangan bercanda, jangan berbicara dg siapapun kecuali seperlunya saja, dan bila ada pakailah siwak, asesoris shalat lainnya, minyak wangi bila ada, sajadah, dan hal hal yg bersifat religius lainnya yg menambah kekhsuyuan dan konsentrasi kita, lalu mulailah shalat, dengan menafikan dan melupakan segala pemikiran, runtuhkan semua nama dan pemikiran, tinggalkan semuanya, sisakan Nama Nya yg Maha Tunggal..

ingatlah anda akan terbujur kaku, diusung dan dishalatkan dg berkafan putih semata, dan ditanamkan di kuburan dan ditimbun sendiri, bayangkan tubuh anda diusung oleh teman teman dan keluarga yg menangisi anda untuk diantar kepemakaman, tanah yg basah dan ditinggalkan sendiri… maka bertakbiratul ihram lah.. mulailah shalat, anda akan menemukan kemudahan untuk terus asyik berduaan dg Allah swt, teruslah asyik dalam rukuk dan sujud, ingatlah bahwa nanti pun anda akan berduaan dengan Nya swt saja, tanpa ditemani seluruh kekasih ataupun musuh, jadikanlah Dia swt sebagai kekasih..

nah.. umumnya kemuliaan khusyuk dicapai dg yg demikian ini..

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam rahmat Nya swt selalu,

Wallahu a’lam

SUMBER





Peringatan Bagi Yang Suka Tertawa Terbahak-bahak

Rasulullah Saw. adalah orang yang paling banyak tertawa. Namun tertawa beliau Saw. adalah senyum lebar yang sangat cerah namun tidak bersuara, apalagi terbahak-bahak. Sebagaimana riwayat Anas Ra.: “Seseorang berbicara membalik penafsiran dan berucap dengan ucapan-ucapan konyol menyebabkan tertawa keras, maka ia akan tersungkur di neraka jahannam selama 70 tahun.”
Dan berkata Imam an-Nawawi: “Banyak tertawa adalah penyebab gelap dan kerasnya hati.” Rasulullah Saw. membenci tertawa terbahak-bahak, sebagaimana hadits: “Barangsiapa yang terbahak-bahak dalam shalatnya maka ia mengulang wudhunya dan shalatnya.” Maka menurut madzhab Hanafi tertawa terbahak-bahak membatalkan wudhu. (Faidh al-Qadir juz 4 halaman 259).

Berkata pula Ali bin Husein Ra.: “Barangsiapa yang tertawa terbahak-bahak, maka runtuhlah sebagian dari ilmunya.” (Sunan ad-Darimi no. 583). Dan masih banyak lagi riwayat mengenai hal ini.
Namun sebagian para da’i di negeri kita menganggap tertawa saat menyampaikan ceramah merupakan suatu cara agar masyarakat awam asyik dengan pembahasan, asyik dengan syariah, dan mereka bermaksud agar hadirin tidak mengantuk, dan dipakailah hal-hal yang lucu untuk menarik perhatian orang yang belum menyukai majelis taklim.
Secara pribadi saya (Habib Mundzir al-Musawa) tidak setuju. Karena menarik perhatian muslimin tidak perlu dengan tawa terbahak-bahak, cukuplah badut di tv-tv, tak pantas pula terbahak-bahak di majelis taklim. Sebab tak pantas bagi orang muslim yang berakal untuk menjadikan ayat-ayat al-Quran sebagai bahan lelucon, dan terlebih lagi di masjid-masjid. Namun barangkali boleh-boleh saja menjadikan sedikit lelucon untuk melebur ketegangan, tapi tak sepantasnya dengan tawa terbahak-bahak apalagi berkelanjutan.
Sebagian muslimin sudah keasyikan dengan mengundang da’i yang sekaligus badut, walaupun ia habib atau kyai, ia tetap dalam kesalahan yang fatal bila menjadikan al-Quran sebagai bahan badut. Dan lebih mnyedihkan lagi adalah majelis taklim yang setiap minggunya merupakan medan tawa terbahak-bahak. Na’udzubillah dari keadaan muslimin yang seperti ini. Maka bagi kita untuk saling mengingatkan agar tak menjadikan masjid-masjid kita sebagai majelis tawa dan lelucon.

Sabtu, 06 September 2014

Nasihat Habib Umar bin Hafidz Kepada Wanita Muslim



Siapakah yang kalian ikuti?! Wahai putri-putri dan wanita mu’minat, siapakah yang kalian ikuti dan jadikan contoh?! Kalian mengikuti orang kafir, Yahudi, Nasrani, para pelacur, wanita yang dilaknat Allah, wanita yang jauh dari jalan Allah!

Bagaimana kalian bisa sampai terjerumus, wahai mu’minah! Dan siapa yang menjerumuskan kalian?! Wahai mu’minah, wahai muslimah, siapakah yang kalian ikuti?! Wahai mu’minah, wahai muslimah, siapakah yang kalian ikuti??? Siapakah yang telah kalian contoh dan jalan siapa yang telah kalian ikuti?! Dengan siapa kalian telah menukar teladan kalian?! Kalian telah menukar Sayyidah Ahlil Jannah dengan kaum kafir! Kalian telah menukar Sayyidah Khadijah yang memperoleh salam dari Allah, dengan kaum yang dilaknat Allah SWT

Apakah yang telah menimpa kita?! Berpikirlah secara benar dan serius. Perkara ini bukanlah sebuah lelucon, mainan, atau gurauan. Ini perkara agama yang berkaitan dengan akhirat kita! Juga berkaitan dengan keadaan menjelang maut, di dalam kubur, di barzah dan hari kebangkitan.
Perkara agama ini juga tergantung pada amal perbuatan kalian dalam kehidupan, adat, perkataan dan sikap kalian.

Siapa suri tauladan kita?? Siapa suri tauladan kita?? Siapa suri tauladan kita?? Kita telah menukar dan meninggalkan suri tauladan Al-Batul, salah satu bagian dari Rasulullah yaitu Sayyidah Nisa’ Ahlil Jannah dalam adat dan kehidupan beliau. Dengan siapa?! Dengan siapa?! Ya mu’minah, ya mu’minah…!! Lalu bagaimana? Apa yang terbetik di benak kita?
Sesungguhnya hal yang memalukan dan aib bagi muslimah dan mu’minah untuk tidak memperdulikan siroh (sejarah) Sayyidah Fatimah az-Zahra, akhlak dan adat kebiasaan beliau! Sedangkan kita mencontoh lainnya! Terutama untuk dzurriyat Rasulullah SAW. Bahkan melupakan siroh, akhlak, tata cara mu’amalah, dan amal perbuatan beliau lalu mengikuti para pelacur dan kaum kafir.. !

Ya mu’minah, bagaimanakah kehidupan kita? Tahun demi tahun berlalu dan sekarang kita memasuki tahun Baru Hijriah. Sampai kapan kita dalam kelalaian ini? Kita telah menukar ulama dan pembesar dengan kaum kafir, para pelacur, dan orang yang jauh dari Allah SWT.

Ya mu’minah, pesta perkawinan dilaksanakan dengan adat kaum kafir. Mereka saling membanggakan dengan mengadakan pesta perkawinan di gedung-gedung. Perkawinan semacam itu adalah sesuatu yang buruk, menyimpang dari syariat, menimbulkan bala’ (kerusakan), dan tidak ada barokahnya bagi kedua mempelai dan keluarga mereka.
Jika mereka tetap menyelenggarakan perkawinan yang mewah untuk saling berbangga diri yang didalamnya terdapat tari-tarian dan musik, maka mereka akan mendapatkan kesusahan di dunia dan akhirat. Dan katakan kepada mereka, Setelah penjelasan ini maka tidak ada udzur untuk tetap menjalaninya wahai mu’minah.!

Indonesia dahulu terang bercahaya dengan adanya kaum sholihin dan orang yang bertakwa. Mereka datang dari negara-negara yang baik. Tanpa adanya mereka, kondisi Indonesia tak sebaik sekarang dan kita tak akan dapat berjalan-jalan seaman sekarang.
Anugerah ini didapatkan bukanlah dengan mengikuti adat Yahudi dan Nasrani, kelalaian kepada agama Allah SWT atau memberati diri untuk mencari sesuatu yang fana. Namun karena berkah orang sholeh dan usaha orang-orang yang shiddiq.
Keadaan Indonesia yang baik ini adalah anugerah yang besar dari Allah SWT karena berkatnya mereka. Ini adalah sesuatu yang membanggakan. Marilah kita kembali ke jalan mereka, mengikuti ajaran serta akhlak mereka dan meninggalkan susupan syetan dan para pembantunya.
Kita tak boleh bangga dengan tari-tarian, pakaian yang ketat menampakkan bentuk tubuh, dan penyelenggarakan perkawinan di gedung-gedung. 

Apakah kalian tidak tahu pesta perkawinan Sayyidah Fatimah Zahra di gedung apa? Menggunakan tata cara siapa?
Siroh Sayyidah Fatimah Zahra telah terhapus di benak kalian. Apakah kalian melihat diri kalian lebih agung dari beliau?! Apa saja yang dipersiapkan Rasulullah SAW untuk perkawinan putri beliau?
Dengan cara begitu, apakah turun derajat Sayyidah Fatimah?! Di akhirat nanti seluruh wanita, sejak awal penciptaan hingga akhir, akan menundukkan kepalanya karena beliau akan melewati jalan cahaya. Ketika di padang mahsyar, akan terdengar suara dari Arsy Allah, Tundukkan kepala kalian dan pejamkan mata karena Fatimah binti Muhammad SAW akan melewati shiroth.
Apakah kalian tidak ingin berada di belakang beliau, lewat di Shiroth bersama beliau dan mengikuti beliau ?!
Kalian telah menukar beliau dengan lainnya. Ketika Rasulullah SAW ditanya, Apa yang terbaik bagi wanita? Sayyidah Fatimah menjawab, Yang paling baik bagi wanita adalah tidak melihat dan tidak dilihat oleh laki-laki. Kemudian Rasulullah SAW mencium kening Sayyidah Fatimah dan berdoa, Semoga Allah SWT memberkati anak keturunannya.

Ya mu’minah ingatlah, karena suatu peringatan itu bermanfaat. Jauhilah adat-adat yang fana tersebut dan jangan memaksakan diri sampai-sampai berhutang. Seperti di dalam hadits Rasulullah SAW , Barang siapa yang memakai pakaian untuk dipamerkan maka di akhirat nanti akan dihinakan oleh Allah SWT.
Janganlah berbangga dengan pakaian sutra dan emas. Sesungguhnya orang kafir diberi Allah SWT kenikmatan dunia, namun itu adalah kenikmatan yang fana. Mengikuti Fatimah Al-Batul Az-Zahra lebih mulia.

-Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz