.Bismillah

.Bismillah

Minggu, 28 Desember 2014

Nabi Muhammad SAW Menjadi Rahmat Bagi Orang Mukmin dan Orang Kafir


Langit ikut turun tangan untuk menjatuhkan hukuman atas orang-orang kafir, hingga datangnya Karasulan Muhamad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam yang dapat menghentikan hukuman dari langit itu bagi orang-orang kafir di dunia ini. Hal itu disebabkan dua faktor:
Pertama, karena Nabi Muhamad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam diutus membawa rahmat kasih sayang bagi umat manusia di dunia ini mencakup orang mukmin dan orang kafir. Rahmat yang merupakan anugerah bagi setiap orang yang mempunyai hak pilih di dunia itu membuka kesempatan bagi semua orang untuk bertobat sampai detik-detik penghabisan dalam hidupnya.
Allah SWT Maha Menerima tobat dari seluruh hamba-Nya, selagi kehidupan mereka masih ada di bumi, hingga terbitnya matahari dari tempat terbenamnya sebagai tanda datangnya kiamat, atau hingga menjelang sakaratul-maut. Itu adalah suatu rahmat yang dianugerahkan kepada setiap manusia dari penghulu umat manusia junjungan kita Nabi Muhamad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Kedua, karena Allah SWT hendak memberikan kepercayaan kepada umat Nabi Muhamad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam untuk mengemban tugas menyampaikan misi dan memberikan pelajaran kepada orang-orang kafir, sesuai dengan firman Allah SWT:

 كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله

{Kamu adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk seluruh manusia, kamu mengajak ke arah kebaikan dan mecegah dari kemungkaran, dan kamu beriman kepada Allah). Qs Ali Imran : 110
Jika kita berbicara tentang keburukan dan kesengsaraan yang ada di alam raya ini, maka ada baiknya kita berbicara tentang dunia modern saat ini, sebab keburukan dan kesengsaraan di dunia saat ini telah melampaui segala zaman. Maka, apa penyebab yang tersembunyi di balik kesengsaraan itu?
Sebab-sebab timbulnya kesengsaraan itu hanya terbatas pada perbuatan manusia sendiri. Manusia telah meninggalkan aturan dan ketentuan hukum Allah, mereka mulai membuat aturan-aturan sendiri dengan istilah “Undang-undang hukum positif yang merupakan hukum perundang-undangan yang mendominasi negara-negara di dunia saat ini sebagai pengganti dari aturan dan ketentuan hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT untuk mengatur alam raya. Itulah sebab yang tersembunyi di balik kesengsaraan yang mendera seluruh dunia, kendatipun di bidang materiil dan sains mengalami kemajuan yang luar biasa.
Kita harus sadari bahwa akal pikiran manusia sangat terbatas betapapun tingginya kecerdasan dan ilmu yang dimilikinya. Memang akal pikiran manusia tahu tentang beberapa hal, namun demikian ia tetap tidak dapat menjangkau banyak hal. la tidak sanggup menampung seluruh persoalan, oleh karenanya kita dapati setiap undang-undang hukum positif baru saja berjalan beberapa tahun tiba-tiba perlu direvisi, disebabkan banyaknya kekosongan dan ketimpangan yang bermunculan satu persatu. Hal itu sebagai bukti nyata bahwa akal pikiran manusia adalah pendek dan terbatas, tidak layak untuk membuat undang-undang bagi kehidupan manusia.
Belum ada seorangpun yang sadar akan keka­cauan hukum perundang-undangan di dunia ini serta kekosongan yang masih mewarnainya, untuk selanjutnya bertanya kepada dirinya, mengapa kita tidak menerapkan hukum Allah, Tuhan Yang Maha mengetahui segala sesuatu? Yang menciptakan manusia dan mengetahui apa saja yang dapat memperbaiki keadaannya. Pencipta sesuatu adalah orang yang paling layak menetapkan undang-undang perawatannya. Kita dalam kehidupan sehari-hari jika ingin memperbaiki suatu mesin misalnya, maka kita bisa pergi ke pembuatnya langsung, atau pergi melihat katalognya yang di dalamnya oleh pembuatnya dije­laskan aturan tentang cara-cara perawatannya, atau pergi ke teknisi yang telah dilatih dan dibekali oleh pembuatnya dengan petunjuk-petunjuk tentang ca­ra-cara mereparasinya.
Kita enggan mengikuti dan menerapkan sis­tem hukum Allah sama seperti halnya ketika kita menerapkan prinsip yang kita jalankan dalam kehidupan duniawi, yakni dengan mengembalikan produk kepada pembuatnya dengan mengambil dan padanya undang-undang perawatannya yang telah ia tetapkannya dan ia Intruksikan kepada kita untuk kita jalani. Inilah sebab pertama yang membuat kita terperangkap dalam keburukan dan kesengsaraan di dunia ini.
Sebagian negara di dunia yang mengalami ke­gagalan dalam pembuatan undang-undang yang mengatur urusannya sendiri kini mulai meninjau kembali hukum perundang-undangan yang telah dibuat. Para penyelenggara negara-negara itu sebelumnya merevisi hukum Allah dan menghapuskan hukuman mati, kemudian mereka berteriak akibat melonjaknya angka kriminalitas pembunuhan di tengah-tengah masyarakat, maka tidak ada jalan lain di benak mereka kecuali rujuk kembali kepada sistem hukum Tuhan yang memutuskan hukuman mati bagi si pembunuh.
Selanjutnya mengenai perceraian, Allah SWT membolehkan perceraian (talak) dalam firman-Nya:

الطلاق مرتان فإمساك بمعروف أو تسريح بإحسان

  [Talak (yang dapat dirujuki) ada dua kali. Setelah itu boleh rujuk kembali dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik). Qs Al-Baqarah: 229
Itulah ketetapan Tuhan. Tetapi lalu gereja Katolik menghapuskan perceraian (talak) dengan mengatakan bahwa perkawinan haruslah bersifat kekal tanpa ada perceraian. Itulah ketetapan hukum duniawi. Apakah lantaran itu urusan mereka menjadi stabil? Sama sekali tidak. Muncullah berbagai kesulitan, kemalangan, kesengsaraan rumah tangga dan lain-lain, sehingga akhirnya gereja terpaksa membolehkan talak cerai. Kembalilah mereka kepada aturan hukum Tuhan itu bukan disebabkan keimanan mereka terhadap Islam, tetapi hal itu mereka lakukan karena kondisi yang memaksa, sebab kehidupan mereka tidak mungkin bisa stabil tanpa itu.
Ada beberapa problem yang timbul antara suami dan istri di mana talak merupakan cara paling aman dan pilihan paling tepat dari pada melanjutkan kehidupan rumah tangga. Maka, dengan diumumkannya pembolehan talak oleh gereja Katolik, dengan serta merta di Roma terjadi gugatan talak sebanynk 20.000 kasus hanya dalam waktu sehari.
Mengenai penyusuan, Allah SWT menetapkan ketentuannya dalam firman-Nya:

والولدات يرضعن أولادهن حولين كاملين لمن أرد أن يتم الرضاعة

(Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin penyusuan). Qs Al-Baqarah: 233
Kemudian   muncul  di  dunia   barat, orang yang mengklaim bahwa penyusuan buatan lebih baik dan lebih efektif bagi bayi. Maka dibukalah lerusahaan-perusahaan   susu   untuk anak-anak untuk memproklamirkan secara palsu bahwa hasil produknya telah memenuhi berbagai vitamin dan zat-zat penguat bagi bayi yang tidak terdapat pada Air Susu Ibu (ASI). Kemudian bermunculan sesudah itu anak-anak yang tidak menyusu dari Air Susu Ibunya selama dua tahun sempurna, tumbuh dalam kondisi terjangkit penyakit jiwa dan saraf yang mematikan. Muncul pula anak-anak yang kehilangan rasa kasih sayang ibu maupun rasa menginduk kepada keluarga sebagai anak-anak nakal kepada orang tuanya. Sebagaimana tumbuh di sana sini berbagai penyakit psikis yang menyebabkan hilangnya generasi secara keselur uhan, setelah tercampak dalam kubangan narkoba dan lain-lain. muncullah keluahan di mana-mana akibat kenakalan anak-anak kepada orang tuanya.
Mereka yang menuntut dikesampingkannya penyusuan alami kemarin, secara tiba-tiba mereka pula yang menuntut kembali kepada penyusuan secara alami hari ini. Maka melalui berbagai seminar yang diselenggarakan untuk membahas manfaat penyusuan secara alami, mereka menyerukan keha­rusan penyusuan alami dalam rangka melindungi bayi agar dapat tumbuh dalam kondisi sehat kejiwaan.
Sungguh mengherankan, kita yang hidup di dunia Islam lagi-lagi mengekor kepada barat untuk ikut kembali kepada penyusuan secara alami selama dua tahun sempurna tanpa menyadari atau teringat sendiri bahwa hal itu merupakan perintah Tuhan dalam Al-Quran yang membekali kita aturan yang aman untuk mendidik anak-anak. Tetapi kita yang seharusnya menerapkan aturan itu, justru mengekor kepada barat dalam berorientasi pada penyusuan dari selain Air Susu ibu, sehingga kita kehilangan generasi yang akibatnya kita mengeluh. Kita tidak sadari bahwa pelanggaran terhadap aturan dan ketentuan Tuhan merupakan faktor hilangnya generasi kita itu.
Marilah kita lanjutkan dengan mengemukakan puluhan contoh tentang keburukan dan kemalangan yang mendera kehidupan manusia akibat menyalahi aturan hukum Tuhan. Mereka beranggapan bahwa hukuman potong tangan pencuri merupakan ke­biadaban. Mereka lupa bahwa hukuman dalam Islam dimaksudkan untuk mencegah terjadinya tindak kejahatan dan memberikan efek jera bagi pelaku tindak kejahatan. Kalau seseorang yang hendak mencuri tahu bahwa tangannya akan dipotong, niscaya ia tidak akan berani melakukan pencurian. Karena tidak diterapkannya ketentuan Tuhan ter­sebut, maka tindak kejahatan dan komplotan pencurian merajalela di dunia yang mengancam ketenangan masyarakat dengan tindakan kekerasan yang mencederai ratusan manusia setiap hari, bahkan menewaskan jiwa yang tidak sedikit.
Seandainya kita menjalankan aturan hukum Tu­han dengan menerapkan hukuman potong tangan bagi pencuri, niscaya akan berkurang angka kejahatan pencurian di dunia ini atau bahkan tidak ada sama sekali, tetapi dengan menjalankan hukum buatan manusia, justru membuat umat manusia semakin sengsara dan menambah keterpurukan dunia tanpa dapat mencapai sesuatu.
Kesengsaraan itu akan terus berlangsung mana­kala masih terjadi pelanggaran terhadap sistem hukum Tuhan. Allah SWT dengan ilmu-Nya yang tidak berkesudahan, bagi-Nya tidak ada sesuatu yang tidak jelas, karena Dia-lah Pencipta jiwa manusia. Dia­lah pula sebaik-baik pembuat hukum perundang-undangan untuk mengatur dan memperbaiki hal ihwal manusia serta mengarahkan kehidupannya menjadi lurus.
Dunia seluruhnya berputar dan berotasi, penuh dengan keburukan dan kesengsaraan, lalu tidak menemukan jalan keluar untuk menyelesaikan ber­bagai persoalannya kecuali dengan rujuk kembali kepada ketentuan hukum Allah, baik didorong oleh semangat keimanan ataupun karena keterpaksaan.
Di penghujung Bab ini kami ingin memaparkan dua point penting;
Pertama : Banyakorangyangmembicarakantentang ketidakadilan dalam pembagian kekayaan bumi, artinya ada sebagian bangsa yang berkecukupan dalam kepemilikan kekayaan dan bahkan berlebihan di satu sisi, sementera di sisi lain terdapat bangsa yang tidak mendapatkan kekayaan untuk mencukupi kebutuhannya.
Kedua: Manusia menilai suatu kebaikan hanya dari segi harta kekayaan saja. Jadi, siapa yang dikaruniai Allah rezeki, ia berkeyakinan bahwa hal itu merupakan suatu tanda keridhaan dari-Nya, dan orang yang tidak memperoleh rezeki, ia menganggap hal itu sebagai tanda murka Allah kepadanya.
Demikian itu adalah paradigma yang keliru. Sesungguhnya Allah SWT telah menyediakan di alam raya ini segala yang mencukupi kebutuhan seluruh mahluk-Nya sampai hari kiamat. Dia menguji manusia melalui harta kekayaan. Karena itu, harta bisa menjadi bencana, bisa membuat Allah tidak ridha dan bisa menjadi penyebab kekalnya seseorang dalam kekafiran (Semoga Allah melindungi kita dari kekafiran).
Allah memberi seseorang harta kekayaan, bisa jadi agar supaya orang itu merasa tidak mem­butuhkannya, atau agar supaya ia tidak lagi mengangkat tangannya ke langit seraya memanggil “Ya Tuhanku”, atau agar supaya ia keluar dari dunia ini dalam keadaan tidak membawa kebaikan sedikitpun yang akan menolong dirinya di akhirat kelak.
Sumber : Terj. Al Khoir wa Syar
karya As-Syeikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi

Rabu, 24 Desember 2014

Kullu Syai’ Lahu Khoyr, Semua Pasti Ada Kebaikan Didalamnya

Diceritakan ada seorang raja yang suka berburu dan dia biasa berburu bersama temannya yang mana temannya ini orang yang selalu husnuddzon atau berbaik sangka. Segala hal apa pun yang terjadi dia selalu bilang “kullu syai’ lahu khoyr” semua pasti ada kebaikan di dalam nya.
Kemudian suatu hari mereka berdua berburu ke hutan seperti biasa. Kemudian sang raja melihat binatang buruan lalu raja mau menembaknya, setelah di bidik dan di tembak, tiba-tiba jari telunjuk raja terpotong depannya akibat tembakan tersebut. Si teman yang baik hati pun berkata, “Tidak apa-apa semua pasti baik semua pasti ada hikmahnya.”
Setelah mendengar kata-kata itu sang raja pun langsung marah-marah dan teriak, “Apanya yang baik jariku telah terpotong!”
Lalu karena marahnya sang raja pun memenjarakan si teman yang baik tersebut…
Raja pun melaksanakan aktivitas kesehariannya dan si teman meringkuk di dalam penjara. Sampai beberapa bulan telah berlalu, raja pun berburu lagi tapi tidak di sertai teman,Raja pun masuk ke tengah hutan untuk berburu dan sesampainya di sana tiba-tiba raja bertemu dengan kelompok kanibal.
Maka disergaplah sang raja dan di tangkap untuk di santap. Para kanibal menyiapkan bahan-bahan dan rempah-rempah untuk membuat sup raja, sup manusia. Setelah semua sudah siap mereka pun berdoa agar tidak keracunan makanan karena meraka itu juga takut dengan racun.
Di antara adat mereka tidak mau memakan makanan yang tidak sempurna. sebelum makan mereka memeriksa terlebih dahulu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tiba-tiba mereka terkejut ternyata manusia yang mau di makan ini tidak sempurna karena ada bagian tubuhnya yang hilang, yaitu ujung jari telunjuk yang terpotong.
Lalu merekapun mengurungkan niat untuk memakannya. Mereka melepaskan sang raja yang diburu, dan sang raja bersyukur kepada Allah dan berkata, “Alhamdulillah, puji sang raja, berkat jari yg potong ini badanku tidak di potong-potong dan di makan..
Lalu raja pun tersadar akan kata-kata temannya, “KULLU SYAI’ LAHU KHOYR” semuanya pasti ad kebaikan didalam takdir allah dan mengandung hikmah.
Sang raja pun bergegas langsung menuju penjara untuk minta maaf dan berterima kasih kepada temannya. Sampai di penjara raja pun bertemu temannya lalu minta maaf dan bersyukur, kemudian si teman pun jadi heran dan bingung bertanya kepada sang raja, “Ada apa dengan mu wahai raja, pulang dari berburu langsung menemuiku dan melepaskanku juga meminta maaf kepada ku?”
Kemudian raja pun menceritakn kisah perburuannya kemudian temannya pun berkata: “Wahai raja sesungguhnya saya di dalam penjara pun ada baiknya karena seandainya waktu dulu raja tidak marah memenjarakan saya, kita pasti akan berburu bersama kemudian tertangkap maka saya lah yang akan di makan karena badan saya masih utuh. Jadi saya juga berterima kasih karena raja telah memenjarakan saya.”
Iapun tersenyum dan berkata :

“KULLU SYAI’ LAHU KHOYR”
Inilah sedikit kisah mudah-mudahan ada hikmahnya. Dan ingatlah wahai kawan berbaik sangkalah sebab dengan berbaik sangka tidak ada ruginya.
Terutamah berbaik sangka pada Allah karena semua pasti ada hikmanya yang tersembunyi..
Mari kita biasakan ketika terjadi sesuatu :
“KULLU SYAI’ LAHU KHOYR”
Mudah mudahan kita di beri hidayah sehingga bisa bersifat husnudhon….
Amieeeen…….
Amieeeen…….


Kehidupan Dunia Hanyalah Panggung Sandiwara

Allahuma sholi wa salim ala sayyidina muhammad wa ala ali sayyidina muhammad saw.
Ketahuilah oleh kita bahwa kehidupan dunia ini hanyalah panggung sandiwara, Allah berfirman didalam alquran: Allah swt memberitahu, mengatakan kepada setiap manusia yang muslim & yang non muslim, bahwa dunia dan semua isinya Allah swt yang menciptakan nya dan Allah menciptakan dunia untuk berkhitmat kepada manusia dan manusia diciptakan oleh Allah swt untuk berkhitmat kepada Allah swt. Lalu Allah berfirman lagi : Sesungguh nya hidup di dunia ini hanyalah sebuah permainan, membuat engkau lupa akan akherat, hari pembalasan, yang halal & haram akan di hisab oleh Allah swt, dunia adlah perhiasan bagi mereka orang orang kafir.

Sedangkan untuk orang orang muslim, dunia adalah tempat mereka untuk mendekat dengan Allah, untuk menuju tempat yang abadi di sisi Allah, yaitu alam akherat. Habib Abdulah bin Alwi Alhaddad beliau mengatakan “Kehidupan di dunia ini bukan tempat yang kekal, hanya sebuah perjalanan menuju tanah air kita dan kita transit sebentar sebelum kita menuju tujuan hidup kita yaitu Allah swt, dan celakalah untuk mereka orang orang yang tidak bertakwa kepada Allah”.
Kita hidup di dunia ini di beri modal oleh Allah yaitu umur, maka janganlah kita menyia nyiakan modal yang Allah kasih hanya untuk menyibukan diri dengan dunia dan isi nya. Berbangga bangga dengan dunia dan isinya, atas harta, jabatan. Dikatakan didalam Alqur’an yaitu: Mereka memperbanyak harta & keturunan, mereka terkagum kagum dengan kehidupan dunia ini, sebagaimna tanaman yang dituruni hujan dan mereka senang melihat tanaman mereka yang hijau, subur, bagus, sampai akhirnya Allah mengeringkan tanaman mereka, pada saat itulah mereka sadar kalau dunia itu hanyalah tipu daya. Sementara akherat adalah siksaan untuk orang orang yang kufur, dan pengampunan untuk orang orang yang beriman kepada Allah swt.
Nabi Muhammad saw berkata “Orang yang cerdas adalah orang yang dapat menahan hawa nafsu nya, dan dia beramal di dunia untuk menuju khidupan yang kekal di akherat nanti, hidup selama lamanya”, di katakan bagi orang orang penghuni surga bahwa Allah tidak akan pernah mati, dan penduduk surga pun tidak akan pernah mati. Seperti malam ini kita hadir di majelis ini, kita tinggal kan nafsu nafsu dunia untuk nonton tv, tidur dirumah, berkumpul dengan teman, tetapi kita memilih untuk hadir disini, padahal besok kita harus kerja, sekolah. Tapi ketika orang lain saat ini sedang mengingat dunia dan kita pun mengingat Allah swt.
Mereka orang orang soleh tidak pernah merasa bangga atas amalan amalan mereka, malah mereka merasa kurang atas segala amalan mereka padahal banyak amalan amalan yang mereka lakukan. Adapula manusia yang merasa bangga atas amalan amalan mereka yang menurut mereka banyak padahal amat sedikit. Dan adapula manusia yang merasa dikit dengan amalan mereka karena memang sedikit kenyataan nya. Tapi mereka berusaha untuk memperbanyak amalan mereka. Orang orang soleh mereka lebih memperhatikan Qobulul akmal mereka dari pada banyak nya amalan mereka.
Seperti syech Umar Muhdor bin Abdurahman Assegaf beliau berkata “Apabila aku mengetahui, yakin bahwasanya Allah menerima amalan ku hanya dengan satu tasbih “subhanaallah” dan itu dapat memenuhi timbangan amal ku maka akan aku jamu semua orang tarim selama 8 hari dengan harisah (Gandum yang dikasih daging)”.
Itulah mereka orang orang yang dekat dan mengenal Allah, mereka lebih memikirkan amalan yang di terima Allah swt dari pada banyak nya amalan mereka. Pernah suatu saat Rasulullah lewat di suatu masjid dan terdengar suara keras seseorang sedang bertasbih kepada Allah swt, lalu sahabat berkata kepada Rasulullah saw “Ya rasulullah sesungguh nya orang itu sedang ria memamerkan amalanya”, lalu rasulullah berkata “Tidak, sesungguhnya yang dia lakukan karena ia sedang dekat dengan Allah swt dan memuji tuhan nya”. Sebab ada orang yang melakukan amal nya dengan diam diam dan ada juga orang yang memamerkan amalanya agar orang lain dapat menngikuti apa yang dia lakukan. Sebab ikhlas adalah masalah hati dan cukup Allah yang mengetahui. Alhamdulillah sebentar lagi datang bulan yang mulia, bulan kelahiran baginda besar Nabi Muhammad saw, persiapkan hati, jiwa dan raga kita. Kita ambil semua keberkahan dan pahala nya, semoga kita dapat melihat dan berjumpa dengan Rasulullah saw.aminn
Jika kalian ingin melihat wajah Rasulullah dalam tidur kalian atau berjumpa dengan sadar, maka perbanyak salawat dan melakukan sunnah sunnahnya Rasulullah, sebab Rasulullah berkata “Barang siapa yang melihat aku dalam tdur nya, maka sesungguh nya ia benar benar melihat aku, karena syetan tidak dapat menyerupai ku”. Karna nur atau cahaya Rasulullah dapat memadamkan api syetan.
~ Masjid almunawwar,  Jalsatul isnain, Syech Ridwan Al amiri ~

Rabu, 10 Desember 2014

Hakikat Tarim

* KOTA TARIM - HADRAMAUT ADALAH SALAH SATU KOTA DUNIA SURGA *
"Andai saja mereka melihat hakikat kota Tarim,maka mereka akan mengatakan, Syurga Dunia adalah Tarim"
( Al Imam Ahmad Bin Abil Hubb ).
"Setetes ilmu di Tarim lebih baik dari pada lautan ilmu di luar Tarim"
( Al Imam Al Qutb Abdurrahman Assegaf ).
"Andai saja engkau mengeluarkan seluruh hartamu untuk mengunjungi kota Tarim, maka apa yang engkau dapatkan akan lebih banyak daripada yang kau keluarkan"
( Al Imam Al Qutb Abdullah Bin Alwi Al Haddad ).
"Di maqbaroh Zanbal dimakamkan lebih dari 10000 wali, 80 diantaranya adalah Qutb".( Tingkatan Wali Tertinggi).
(Al Imam Al Qutb Abdurrahman Assegaf),
"Jumlah ini sekitar 600 tahun lalu, sebelum wafatnya Imam Assegaf, Al Aidrus, Imam Al Muhdor,Imam Al Haddad, mungkin sekarang jumlah aulia' di Zanbal sudah mencapai ratusan ribu (kesimpulannya katsir jiddan), di Zanbal juga terdapat Makam Makam sahabat Nabi yaitu ahlu Badr,Ahlu Tarim bukan malaikat tapi mereka lebih baik dari malaikat"
( Al Imam Al Qutb Ali Bin Muhammad Al Habsyi ).
"3 hal yang diperlukan mereka yang tinggal di Tarim : Tawadhu', Adab, dan hidup Sederhana"
( Al Imam Al Qutb Ahmad Bin Hasan al Atthos ).
"Siapa yang tetap dengan adab dan akhlak diTarim, maka Tarim akan menjadikannya bintang,bulan, atau bahkan matahari yang menerangi manusia dengan Ilmu dan Nurnya"
( Al Imam Alwi Bin Syihab)
"Tidak ada tempat di dunia ini yang lebih baik dari Tarim setelah al masajid ats tsalatsah
(Makkah,Madinah, Aqsha)"

( Al Imam Al Qutb Abdullah Bin Alwi Al Haddad ).
سبحانالله
YAA TARIM WA AHLAHA...


Minggu, 07 Desember 2014

Hukum Nikah Mut'ah

Hukum Nikah Mut’ah
Hukum nikah mut’ah adalah haram, dengan kesepakatan para ulama salaf (terdahulu) dan khalaf (terkemudian). Kecuali menurut orang-orang Syi’ah, dan khilaf dengan mereka sama sekali tidak diang­gap dalam hal ini dikarenakan Madzhab Syi’ah adalah aqidah dan ajaran yang menyimpang dan sesat.
Sedangkan, mengenai sebuah riwa­yat dari Ibnu Abbas RA, yang memboleh­kannya, para ulama menjelaskan bahwa pada waktu itu beliau belum mengetahui bah­wa hadits yang beliau riwayatkan su­dah dinasakh (dihapus oleh riwayat lain­nya). Setelah mengetahuinya, beliau me­narik kembali pendapatnya, sebagai­mana diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair RA, Ibnu Abbas RA pernah berpidato lalu berkata, “Ketahuilah bahwa mut’ah sama hukumnya seperti makan bangkai, darah, maupun daging babi.” Dari sini da­pat dihukumi bahwa mut’ah hukum­nya haram dengan kesepakatan para ulama.
Adapun jika ada golongan yang mem­bolehkan, ketahuilah bahwa go­long­an tersebut adalah golongan yang sesat, karena bertentangan dengan ijma’ para ulama’, baik salaf maupun khalaf.
Dasar hukum haramnya nikah mut’ah, selain ijma’ para ulama’, adalah hadits Rasulullah SAW di bawah ini:
Dari Saburah Al-Juhani, dari ayah­nya, dari kakeknya, ia berkata, Rasul­ullah SAW memerintahkan kami untuk ber­mut’ah ketika kami masuk kota Mak­kah pada tahun Fathu Makkah, kemudi­an sebelum kami keluar dari kota Mak­kah kami sudah dilarang untuk ber­mut’ah (HR Muslim).
Bahwasanya Rasulullah berkata, “Wahai manusia, sungguh aku pernah mem­bolehkan kalian untuk melakukan mut’ah pada wanita-wanita ini, ketahui­lah sesungguhnya Allah telah mengha­ramkan hal itu sampai hari Kiamat.” (HR Ibn Majah).
Nikah Mut’ah di Masa Awal Islam
Pada permulaan masa Islam, mut’ah diperbolehkan karena beberapa hal. Yang pertama, jumlah kaum muslimin pada waktu itu masih sedikit, sedangkan Allah dan Rasul-Nya memerintahkan me­reka untuk berjuang memerangi kaum musyrikin. Perjuangan yang me­reka lakukan acap menjadikan mereka tak dapat menanggung nafkah istri dan mengurusi keluarga, apalagi saat itu kondisi keuangan kaum muslimin sangat tidak mendukung.
Kedua, mereka adalah para muallaf yang baru masuk Islam. Sebelumnya, mereka memeluk agama atau keper­caya­an jahiliyah, yang membolehkan se­se­orang kawin dengan siapa saja dan be­rapa saja, juga mengawini dan men­ce­raikan sesuka hati mereka. Dapat di­bayangkan bagaimana keadaan me­reka yang seperti itu ketika berperang, dengan tidak membawa serta istri-istri mereka, sedangkan syahwat kepada perempuan merupakan fithrah setiap manusia.
Agama Islam membolehkan perni­kah­an mut’ah di awal masa perkem­bang­an karena situasi yang masih serba darurat pada waktu peperangan terse­but. Setelah hilang kedaruratannya, hu­kum nikah mut’ah menjadi haram untuk selama-lamanya sampai hari Kiamat.