.Bismillah

.Bismillah

Jumat, 25 Desember 2015

Habib Umar Menjawab : Bagaimana Cara Mengendalikan Amarah ?

Bagaimana cara mengendalikan amarah?
Penanya :
Bagaimana cara mengendalikan amarah?

Habib Umar bin Hafidz menjawab:
Ketika puncak amarah melanda seseorang, hendaknya ia ingat marah atau murkanya Allah suatu saat yang tiada satu pun makhluk sanggup, kuat dan tahan menghadapi kemarahan-Nya. Kemudian teliti amarah yang muncul, jika kemarahan yang muncul karena dorongan hawa nafsu maka hendaknya sekuat tenaga ia tenangkan diri, karena tidak ada keberanian yang paling dicintai Allah selain menahan dirinya seseorang dari amarah karena Allah.
Barang siapa menahan amarah kelak akan disebut oleh Allah hingga akan mendapat kenikmatan memilih bidadari di surga sesuai kehendaknya. Allah SWT berfirman
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
”Orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” – (QS.3:134).

Cara-cara yang dapat meredam amarah, jika seseorang marah dalam keadaan berdiri hendaknya ia duduk, jika ia duduk hendaknya berbaring, jika dekat dengan air hendaknya ia berwudhu atau mandi. Demikian arahan dari Rasulullah SAW. Serta ucapkan kalimat ta’wudz أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ Berdoalah sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW اللهم أذهبْ غيظَ قلبي وأَجِرْنِي من مضلاتِ الفِتَن Artinya “yaa Allah hilangkanlah kemarahan hatiku dan jauhkan aku dari kesesatan fitnah”


Habib Umar Menjawab : Apakah Ujian Itu Adzab ?

Apakah Ujian Itu Azab?
Penanya:
Aku diuji oleh Allah dengan berbagai penyakit, umurku empat puluh tahun, apakah dengan hal tersebut artinya Allah sedang mengazabku?

Habib Umar menjawab:
Segala puji milik Allah yang telah memberikan kepada kita nikmat Islam. Hikmah dari itu semua Allah SWT menginginkan pahala dan balasan yang besar dari kesabaran dan keridhoan anda atas penyakit yang menimpa. Hendaknya anda terus berjuang dengan berobat pergi ke dokter serta menyerahkan seluruh kuasa kepada Allah serta banyak berdoa kepadanya.

Suatu ketika Nabi Muhammad SAW ingin melamar seorang wanita, lalu para sahabat radhiyallahu ‘anhum bermaksud ingin memuji wanita tersebut, bahwa wanita tersebut tangguh dan kuat tidak pernah sakit. Mendengar hal tersebut Rasulullah SAW membatalkan lamaran dan meninggalkan wanita tsb. Orang-orang shalih terdahulu jika berlalu waktu dan tidak tertimpa sakit merasa takut dan cemas kepada dirinya.
Diriwayatkan telah berlalu empat puluh tahun, Fir’aun tidak pernah tertimpa sakit sehingga ia mengaku sebagai Tuhan.

Wallahu a’lam 

Habib Ali Al Jufri : Keberkahan Saat Kelahiran Rasulullah SAW



Sayyidi Habib Ali al-Jufri:
Allahumma shaolli 'alaa Sayyidina Muhammad wa 'alaa aalihi wa shobihi wasallim.
Mari kita belajar dari tanda-tanda yang terjadi pada saat kelahiran Rasulullah ﷺ yang penuh berkat..








Biarkan jiwa kami menyaksikan bahwa pada saat kelahiran mu Ya Rasulullah, api para Penyihir itu padam.
Maka Biarkan api kebencian dipadamkan dari dalam jiwa kami.


Biarkan jiwa kami menyaksikan bahwa pada saat kelahiran mu Ya Rasulullah, berhala batu yang mengelilingi Ka'bah jatuh terjerembab, meskipun fakta nya seluruh patung itu berpondasi timah. 
Maka Biarkan berhala keegoisan yang terpatri dihati kami yang penuh kesombongan ikut jatuh runtuh.

Biarkan jiwa kami menyaksikan bahwa pada saat kelahiran mu Ya Rasulullah, singgasana para raja tiran terguncang.
Maka Biarkan takhta dari keegoisan kami juga ikut terguncang agar kami bisa berhenti mengangggap diri yang paling benar dan mudah menyalahkan orang lain.

Biarkan jiwa kami menyaksikan bahwa ketika engkau datang terlahir dari perut ibumu Ya Rasulullah, engkau bersujud dan kemudian mengangkat mata mu ke arah langit. 
Maka Biarkan hati kami menyadari rahasia sujud dalam keadaan penuh kerendahan hati dan kehancuran di hadapan Allah.

Allahumma sholli 'alaa Sayyidina Muhammad wa 'alaa aalihi wa shobihi wasallim.
Marilah kita meningkatkan visi spiritual kita sehingga kita lebih suka Allah atas diri kita sendiri atau makhluk lainnya di dunia ini..

Sabtu, 07 November 2015

NASEHAT UNTUK PARA SUAMI


Mutiara Nasehat indah Imam Ahmad Rahimahullah yang harus diketahui para suami :
Imam Ahmad memberikan nasehat kepada putranya saat menikah, Kamu tidak akan mendapat kebahagiaan dalam rumah tangga kecuali dengan 10 hal yang harus diberikan kepada isteri:
1- Wanita sangat suka dengan ungkapan cinta,maka Jangan pelit untuk mengungkapkannya.
2- Wanita sangat suka dengan ungkapan kasih sayang jika kamu pelit mengatakannya,akan ada penghalang, jarak dan kurang harmonis untuk keutuhan rumah tangga.
3- Wanita membenci laki-laki yang keras (diktator) dan sangat suka dengan laki-laki yang halus, lunak (bijak). Maka berikanlah sikap tersebut secara proporsional (tegas dan lunak pada tempatnya).
4- Wanita menyukai apa yang disukai suami pada istrinya: perkataan yang baik, penampilan yang bagus, pakaian bersih, badan yang wangi. Usahakan dirimu dalam kondisi seperti itu!
5- Rumah adalah kerajaan wanita, singgasananya. Wanita adalah ratunya. Janganlah kamu menghancurkan singgasananya, janganlah menggesernya dari singgasananya. Jika itu dilakukan maka sama halnya kamu mencopotnya dari kerajaannya. Tentunya seorang raja/ratu akan sangat marah ketika kekuasaannya digulingkan.
6- Wanita di satu sisi ingin berbakti kepada suaminya dan di sisi lain dia juga tidak ingin menelantarkan keluarganya. Janganlah sekali-kali kamu menjadikan dirimu dan keluarganya dalam 1 timbangan; (jangan kamu mengatakan kepada isteri) pilih saya atau pilih keluargamu?
7- Kebiasaan wanita suka mengingkari nikmat dan kebaikan suami. Sekian tahun kamu melakukan kebaikan, dan ketika kamu melakukan kesalahan (menyakitinya) walau sekali, dia menyatakan: aku sama sekali tidak mendapatkan kebaikan darimu. Kepribadian seperti ini jangan membuat kamu marah dan menjauh darinya. Jika ada yang dibenci darinya (karena sifat tersebut), maka ingatlah kebaikan sifat lainnya yang kamu sukai.
8- Wanita diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang bengkok ini merupakan rahasia keindahan dan daya tarik wanita, bukan sebuah aib. Tirai itu menjadi indah karena ada lengkungan (sesuatu yang bengkok). Ketika dia salah, janganlah dicaci dengan cacian yang membabi buta. Meluruskan yang bengkok dengan kasar adalah sama dengan mematahkannya. Mematahkannya adalah mencerainya. Luruskan dia ketika salah sehingga tidak tambah bengkok, jangan biarkan dia dalam kesalahannya. Karena hal itu akan mengakibatkan dia tidak lunak (lembut) kepadamu dan tidak akan mendengar kamu. Hiduplah bersamanya penuh kasih sayang.
9- Wanita akan melalui masa lemah fisik dan lelah secara mental. Wajar kemudian Allah menggugurkan beberapa kewajiban atasnya dalam kondisi seperti ini. Seperti digugurkan kewajiban sholat dan puasa (ketika haid dan nifas). Jadilah kamu generasi rabbani dalam mendampinginya Ketika dia dalam kondisi seperti ini. Kurangilah tuntutan dan perintah-perintahmu. Pada kondisi seperti ini sebagaimana Allah pun menggugurkan kewajiban-kewajiban kepadanya.
10- Istri adalah tawanan bagimu, sayangilah ia, maklumi kelemahannya. Dengan demikian dia akan menjadi kebaikan bagimu dan dia akan menjadi sebaik-baik teman hidup.
"Takutlah kamu semua kepada Allah, takutlah kepada Allah dalam urusan kaum wanita, karena mereka adalah amanat Allah pada kekuasaanmu. Maka siapa yang tidak memerintahkan shalat istrinya dan tidak mengajarkan (urusan agama) kepadanya, ia benar-benar berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya." (HR.Bukhari& Muslim)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النِّسَاءِ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلاَ تُخَالِفُهُ فِيْ نَفْسِهَا وَلاَ مَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ.
“Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan suami apabila ia melihatnya, mentaati apabila suami menyuruhnya, dan tidak menyelisihi atas diri dan hartanya dengan apa yang tidak disukai suaminya.” [HR.an-Nasa-i (VI/68)]
Wallahu A'lam Bishawab....

Jumat, 08 Mei 2015

Mutiara kalam Al-Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad

Hendaklah kamu menghindari persahabatan dengan orang yang dapat membuatmu menjauh dari Allah SWT dan dari perbuatan taat kepada- Nya, atau yang membuat kamu lupa berdzikir kepada-Nya, baik yang ia lakukan dengan ungkapan terang-terangan ataupun yang tersembunyi. Menghindar dari ajakan yang melalui ucapan yang terang-terangan tentunya sudah jelas bagimu. Sedangkan menghindar dari ajakan yang tersembunyi adalah dengan menyadari bahwa untuk tidak sekalipun kamu duduk-duduk bersama seseorang yang menyembunyikan di dalam hatinya niatan untuk meninggalkan berbagai ketaatan kepada Allah, atau yang terus-menerus melakukan berbagai pelanggaran terhadap perintah-perintah- Nya. Tidaklah duduk-duduk dengan mereka kecuali akan mengalir pula dari hatinya ke hatimu suatu perasaan persetujuan, walaupun hanya sedikit, atas sikap mereka.


Maka hendaklah kamu pada jaman seperti sekarang ini, tidak memilih duduk berbincang – bincang bersama seseorang, kecuali jika kamu merasa yakin dapat memperoleh manfaat darinya dalam agamamu. Misalnya dengan duduk bersamanya, kamu bertambah kesadaran akan pentingnya jalan beragama yang kamu tempuh. Atau kamu bertambah semangat dalam upaya meraih apa yang kamu cita-citakan. Atau kamu sendiri yang justru dapat memberinya manfaat dalam agamanya. Namun semua itu tidak boleh dilakukan kecuali setelah kamu benar-benar yakin akan keselamatan diri sendiri. Camkanlah hal ini baik-baik!

Senin, 04 Mei 2015

Peristiwa Isra’ Mi'raj Nabi Muhammad SAW

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠﻰَ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ، ﺍﻟْﻔَﺎﺗِﺢِ ﻟِﻤَﺎ ﺃُﻏْﻠِﻖَ ﻭَﺍﻟْﺨَﺎﺗِﻢِ ﻟِﻤَﺎ ﺳَﺒَﻖَ، ﻧَﺎﺻِﺮِ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ، ﻭَﺍﻟْﻬَﺎﺩِﻱ ﺇِﻟَﻰ ﺻِﺮَﺍﻃِﻚَ
ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﻴْﻢِ ﻭَﻋَﻠﻰَ ﺁﻟِﻪِ ﺣَﻖَّ ﻗَﺪْﺭِﻩِ ﻭَﻣِﻘْﺪَﺍﺭِﻩِ ﺍﻟﻌَﻈِﻴْﻢِ
Para habib, para sesepuh, para kyai, yang kedatangan mereka Insya Allah menambah keberkahan di majelis ini.
Hadirin rahimakumullah, kita sekarang masih di bulan Rajab, tepatnya kita berada dimalam kesembilan Rajab dan rasanya kurang afdhal jika kita tidak membahas tentang kisah Isra’ Mi’raj nya Nabi Muhammad Saw, semua yang berkaitan dengan Baginda Nabi Muhamad Saw tentu menambah kerinduan serta kecintaan kita dan ta’aluk hati kita kepada beliau Nabi Muhammad Saw, yang dengan itu menjadikan iman kita bertambah setiap ada tambahan cinta tambahan kerinduan di hati kita kepada Nabi Muhammad Saw. Maka alangkah penting nya, bahkan betapa wajib nya kita mencari tahu, mendengar dan mempelajari kejadian kejadian yang terjadi dalam kehidupan Nabi Muhammad Saw, dan diantara nya adalah kejadian Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw.
Para ulama kita seperti Al habib Salim Asyatiri, Al habib Ali al Jufri, syekh al Bhuthi jika membahas tentang Isra Mi’raj bisa memakan waktu hingga satu jam bahkan hingga dua jam. Namun dalam waktu kita yang singkat ini saya ingin menyampaikan satu bagian sejarah Isra Mi’raj Nabi Muhammad Saw yang ditulis dan dibahas oleh Al imam Abdurrahman as Suhaily, salah seorang pakar ulama di jaman dahulu , seorang ahli sirah, seorang ahli nasab, seorang ahli bahasa, di negeri Afrika Utara yaitu daerah Maghrib. Beliau mensyarahkan kitab Sirah Ibnu Hisyam menjadi sebuah syarah yang begitu istimewa yang beliau beri judul Ar Raudhul Unuf atau taman yang indah, menjelaskan sirah kehidupan Nabi Muhammad Saw yang ditulis oleh al imam Ibnu Hisyam.
Secara garis besar nya yang kita ketahui dari Isra’ Mi’raj ada dua kejadian. Isra’ arti nya perjalanan Nabi Muhammad Saw dimalam hari dari negeri Mekkah ke negeri Palestina (Baitul Maqdis) atau jaman dahulu disebut negeri Elia yaitu sekarang yang dikenal Palestina. Sedangkan Mi’raj adalah naiknya Nabi Muhammad Saw dari Baitul Maqdis menembus tujuh lapis langit, sampai nanti ke Sidratul Muntaha sampai terus naik keatas, sampai Malaikat Jibril pun berhenti tidak bisa menemani Nabi Muhammad Saw dan Nabi Muhammad Saw terus menembus tabir tabir cahaya yang begitu agung yang begitu hebat, yang malaikat Jibril mengatakan “Ya Muhammad, jika saya maju sejengkal niscaya aku terbakar, tapi jika Engkau yang naik akan mampu menembus nya”. Inilah kemuliaan Nabi kita Nabi Muhammad Saw. Walaupun beliau seperti kita yang secara dhahir nya adalah darah dan daging tapi disuatu tempat kedudukan malaikat Jibril  pemimpin para malaikat pun tidak bisa menembus tabir tabir cahaya yang begitu kuat dan begitu hebat, sehingga beliau pun mengatakan “Sampai disini batasanku Ya Muhammad” وَمَا مِنَّآ إِلَّا لَهُۥ مَقَامٌۭ مَّعْلُومٌۭ;
Masing masing kita ada maqam nya sendiri sendiri. Sampai lah Nabi Muhammad Saw menerima wahyu dari Allah Swt, yaitu perintah sholat lima waktu dan yang ingin saya sampaikan adalah satu hal yang jarang dikitab lain disebutkan tapi ini suatu hal menarik, yaitu kejadian tentang naiknya Nabi Muhammad Saw menembus langit langit yang tujuh lapis itu, sebagaimana sirah menyebutkan ketika pada langit pertama Nabi Muhammad Saw naik bersama Jibril mengetuk pintu, kemudian dibukakan oleh malaikat penjaga pintu, karena ditiap langit ada malaikat nya, masing masing malaikat punya anak buah tujuh puluh ribu malaikat, dan masing masing mempunyai anak buah lagi. Maka ketika mengetuk pintu pada langit pertama dan Nabi Muhammad Saw dipersilahkan, kemudian ditanya oleh malaikat, “Bersama siapa kau wahai Jibril ?” Maka dijawab oleh malaikat Jibril “Bersama Muhammad Saw”, “Apakah sudah diutus ?”, Dijawab kembali sudah diutus, maka dipersilahkan Ahlan Wa sahlan disambut oleh malaikat penjaga langit pertama. Kemudian disitu Nabi Muhammad Saw berjumpa dengan Nabi Adam as Abul Basyar, maka disambut Ahlan wa sahlan, selamat datang wahai anak yang sholeh dan Nabi yang sholeh. Karena Nabi Adam adalah moyang dari seluruh manusia dan moyang dari  Nabi Muhammad Saw
Kemudian naik lagi kelangit kedua dan mengetuk pintu langit kedua, kemudian ditanya oleh Malaikat penjaga, siapa? (yang mengetuk pintu langit) dijawab aku Jibril, “Bersama siapa kau wahai Jibril ?” Maka dijawab oleh malaikat Jibril “Bersama Muhammad saw”. “Apakah sudah diutus?” Yang dimaksud diutus disini adalah diutus untuk Isra Mi’raj sebab para malaikat tahu Nabi Muhammad Saw sudah diutus di muka bumi, sudah diangkat menjadi Nabi Muhammad Saw tapi mereka juga tahu bahwa nanti suatu waktu Bahwa Nabi Muhammad Saw akan dipanggil oleh Allah Swt untuk Isra dan Mi’raj.
Dan demikian di pintu langit kedua di bukakan dan masuklah Nabi Muhammad Saw, disambut oleh para malaikat disana dan juga berjumpa dengan dua orang sepupu  yaitu Nabi Isa As dan Nabi Yahya As, dimana Nabi isa dan Nabi Yahya ibunya ini adik kakak. Nabi Muhammad Saw disambut selamat datang wahai Nabi yang sholeh dan saudara yang sholeh, dan bercakap cakap lah para Nabi dan dilangit ketiga berjumpa dengan Nabi Yusuf As yang Rasulullah Saw menyampaikan, telah diberi separuh ketampanan serta kecantikan manusia seluruhnya, bahwa ketampanan dan kecantikan manusia seluruh nya baik laki laki atau perempuan jika dikumpulkan semuanya maka hanya separuh nya itu ada dan terwujud dalam wajah Nabi Yusuf As. Rasulullah Saw menyampaikan ketika melihat Nabi Yusuf As bagaikan melihat bulan purnama. Dan demikian pula pada langit keempat dan dilangit keempat berjumpa dengan Nabi Idris As, dalam Al Quran Allah Swt berfirman
وَرَفَعْنَٰهُ مَكَانًا عَلِيًّا
Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (Qs : Maryam ayat 57)
“Kami angkat dia tempat yang tinggi”  dimana menurut sirah dan atsar hadit bahwa Nabi Idris As pernah dinaikkan kelangit yang keempat dan diwafatkan disana.
Dan kemudian dilangit kelima berjumpa dengan Nabi Harun As, yang Jibril mengatakan  .. “Orang yang sangat dicintai oleh kaumnya”. Kaum bani israil ketika diutus Nabi Musa As dan Nabi Harun mereka tahu kedudukan Nabi Musa As lebih tinggi dan Nabi Harun pun tunduk kepada Nabi Musa As Kalimullah Ulul Azmi, tapi kecintaan mereka lebih kepada Nabi Harun karena Nabi Musa As itu keras dan tegas sedangkan Nabi Harun As lemah lembut.
Pada langit keenam berjumpa dengan Nabi Musa As Kalimullah, yaitu Nabi yang membawa syariat taurat kitab yang lengkap, segala sesuatu ada dalam Taurat. Sebagaimana Al Quranul Karim   demikian juga Taurat, walaupun tentu Al Quran lebih mulia dan lebih sempurna. Nabi Musa As adalah Nabi peperangan, pemimpin peperangan.
Kemudian dilangit ketujuh berjumpa dengan Nabi Ibrahim As yang sedang duduk berandar pada dinding menghadap Baitul Makmur yaitu adalah suatu bangunan di langit yang ketujuh, yang arahnya sejajar dengan Ka’bah atau tepat diatas Ka’bah. Disitu setiap hari masuk tujuh puluh ribu malaikat , beribadah kepada Allah swt siang malam setiap waktu sampai hari kiamat tak keluar keluar, tujuh puluh ribu setiap hari. Demikian di Ka’bah setiap detik tidak pernah putus orang yang bertawaf di Ka’bah. Jika putus mungkin itu pertanda akan datangnya kiamat.
Al imam As Suhaili membahas tentang rahasia, kenapa dalam tiap langit itu berjumpa hanya dengan Nabi Nabi tertentu saja dan kenapa bukan Nabi Yang lain sedangkan Nabi banyak sekali, bahkan ketika masih di Baitul Maqdis Nabi berjumpa dengan semua Nabi yang pernah diutus oleh Allah Swt dan ditegakkan sholat berjamaah dan Rasulullah Saw menjadi Imam mereka. Bahkan sebagian menyebutkan berjumlah seratus dua puluh empat ribu Nabi dan Rasul.
Dan kenapa di khususkan hanya mereka, Nabi nabi yang dijumpai oleh Rasulullah Saw dan bukan Nabi yang lain nya, dan terdapat perbedaan penafsiran tentang hal ini, Al Imam As Suhaili memberikan penafsiran yang begitu bagus dari beliau sendiri, beliau mengatakan, Barang kali ini penafsiran yang diambil ilmu Ru’yah, tabir Ru’yah ilmu menfasirkan mimpi . Dalam kalangan Ahli mimpi, jika seseorang mimpi jumpa seorang Nabi, misalnya mimpi Berjumpa Nabi Ibrahim, dan yang berkaitan Nabi Ibrahim adalah ibadah haji, maka itu bisa pertanda bahwa orang terebut akan pergi haji.
Beliau mengatakan, barangkali makna rahasia Nabi Muhammad Saw berjumpa dengan para Nabi nabi pada tiap langit itu dikaitkan dengan ilmu Ta’biru Ru’yah, Ta’bir mimpi.
Ketika Nabi Muhammad Saw naik kelangit pertama berjumpa dengan Abul Basyar, ayah nya semua manusia. Kenapa Nabi Adam ada di langit pertama, karena Nabi Adam As adalah Nabi yang pertama kali berada di surga, kemudian keluar dari surga dan meninggalkan surga yang penuh dengan kenikmatan yang dicintai oleh Nabi adam As  dan tinggal di bumi.
Demikian pada Nabi Muhammad Saw yang pertama kali tinggal di Mekkah,vnegeri yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad Saw, tanah haram nya Allah Swt yang disitu terdapat Ka’bah ada Baitul Haram, sangat berat Nabi Muhammad Saw meninggalkan nya untuk Hijrah meninggalkan Mekkah, tapi  karena terpaksa dan karena siksaan serta gangguan juga permusuhan bahkan upaya pembunuhan dari kaum Kafir Qurais, maka Nabi Muhammad Saw terpaksa hijrah ke Madinah yang sebelumnya beliau perintahkan para sahabat untuk hijrah ke Madinah terlebih dahulu. Ketika keluar dari Mekkah Nabi Muhammad Saw mengatakan  , “Wahai Mekkah sungguh demi Allah tidak ada suatu negeri yang lebih aku cintai daripada engkau, kalaulah bukan karena kaum mu kaum Qurais maka aku tidak akan meninggalkan engkau”.
Jadi berkata Al imam As Suhaili, bahwa itu adalah isyarat ketika Nabi Muhammad Saw Isra dan Mi’raj beliau diperlihatkan Nabi Adam As dilangit pertama, ini adalah isyarat bahwa Nabi Muhammad Saw akan keluar dari tempat yang beliau cintai yaitu Mekkah untuk hijrah meninggalkan Mekkah, sebagaimana kejadian ketika Nabi Adam As keluar dari surga, tempat segala kenikmatan , tapi Nabi Adam As turun ke muka bumi atas perintah Allah Swt.
Kemudian dilangit kedua Nabi Muhammad Saw berjumpa dengan  dua orang sepupu yaitu Nabi Isa As dan Nabi Yahya bin Zakaria dan ini merupakan bisyarah bahwa ketika nanti Nabi Muhammad Saw berhijrah dari Mekkah ke Madinah mendapatkan gangguan dari kaum Yahudi disekitar mereka, hasud nya mereka, cacian mereka, penghianatan bahkan upaya pembunuhan dari mereka kepada Nabi Muhammad Saw seperti yang terjadi pada Nabi Isa As dan Nabi Yahya As, yang kedua Nabi ini walaupun tinggal bersama suku mereka kaum Bani Israil namun tetap ada upaya pembunuhan dari kaum yang hasud kepada kedua Nabi ini, Nabi Yahya As berhasil dibunuh oleh mereka, mati syahid dibunuh oleh Bani Israil dan Nabi Isa As pun mau dibunuh tapi Allah swt angkat kelangit dan nanti Allah swt akan turukan di akhir zaman.
Disini ada Nabi Muhammad Saw upaya pembunuhan Nabi Muhammad Saw berkali kali tapi selalu gagal karena Allah swt selamatkan Nabi Muhammad Saw sebagaimana Nabi Isa As diselamatkan oleh Allah Swt.
Dan sebagaimana Nabi Yahya As dibunuh oleh Bani Israil dan Nabi Muhammad Saw pun pernah diracun oleh seorang perempuan Yahudi yang memberikan hadiah kambing bakar yang telah diracun kepada Nabi Muhammad Saw dan Nabi Muhammad Saw memakan nya bersama sebagian sahabat, tapi Rasulullah Saw perintahkan untuk dikeluarkan untuk dimuntahkan daging itu, dan Rasulullah Saw menyampaikan bahwa, Sesungguhnya daging kambing ini telah berkata kepadaku, Jangan kau memakan ku Ya Rasulullah Saw karena aku beracun. Namun telah ada sebagian yang tertelan oleh Rasulullah Saw dan ada satu sahabat yang meninggal langsung karena racun yang begitu ganas dan berbahaya. Sehingga Rasulullah saw perintahkan menangkap perempuan Yahudi tersebut dan ditanyakan, kenapa engkau berbuat begini, meracuni Nabi Muhammad Saw? maka dia berkata keadaan ku hancur diperangi oleh umat Islam. Sebenarnya itu juga karena sebab khianat mereka sendiri maka nya diperangi dan perempuan itu berkata, maka jika aku meracuni engkau dan engkau bukanlah Nabi atau Nabi palsu maka memang pantas untuk mati dan selesai semua nya, tapi jika seandainya engkau Nabi yang benar engkau pasti selamat . Dalam satu riwayat perempuan itu dibebaskan oleh Nabi Muhammad Saw.
Rasulullah Saw diracuni walaupun tidak sampai menyebabkan wafat, tapi Rasulullah Saw berkata bahwa bekas racun itu selalu sesekali datang atau kambuh bahkan terasa hingga Nabi Muhammad Saw wafat, Rasulullah berkata, ini adalah karena sebab racun itu dan sekarang memutus urat nadi saya. Jadi Allah Swt berikan Nabi Muhammad Saw mati syahid juga, walau memang derajat beliau memang telah jauh mulia daripada para syuhada, tapi untuk menyempurnakan kedudukan dan kemuliaan Nabi Muhammad Saw.
Adapun dilangit ketiga berjumpa dengan Nabi Yusuf As, yang mana Nabi Yusuf As pernah dihasud oleh kaumnya dan saudara saudara nya sendiri . Dalam surat Yusuf, Allah Swt kisahkan bagaimana saudara saudara Nabi Yusuf yang hasud dan iri kepada Nabi Yusuf As karena lebih dicintai oleh ayah nya. Maka mereka berusaha berbuat makar dan ingin membuang Nabi yusuf As, sampai akhirnya dibuang kesumur, diambil oleh musafir dan dijual dimesir dan diperkerjakan oleh orang kaya pembesar negeri hingga segala kejadian lain nya, dengan Zulaikha dengan raja mesir sampai akhir nya kemudian Allah Swt angkat derajat nya menjadi pembesar di kerajaan Mesir, sampai datang musim paceklik yang orang orang dari negeri lain berdatangan minta makanan dan gandum dari raja Mesir yang terkenal mempunyai simpanan hasil panen yang banyak, maka bertemulah disitu Nabi Yusuf dengan saudara saudara nya yang datang sampai mereka mengenali Nabi Yusuf As dan mengaku bahwa mereka bersalah  “Sungguh Allah telah melebihka engkau daripada kami, kami mengaku bersalah, maafkan kami”. Maka Nabi Yusuf As mengatakan  “Tidak ada lagi celaan bagi kalian, Allah ampuni dosa dosa kalian”. Nabi Yusuf dihina, dimusuhi tapi begitu berkuasa  dan saudara saudaranya tunduk dan lemah namun dengan besar hati Nabi Yusuf As memaafkan nya.
Demikian pula pada Nabi Muhammad Saw disakiti oleh kaumnya sendiri oleh kaum Qurais, berupa cacian bahkan upaya pmbunuhan dan lain sebagainya tapi ketika Rasulullah Saw sudah berkuasa mendatangi Mekkah dan tunduk kota Mekkah tanpa pertempuran yang sebelumnya dikuasai oleh orang kafir Qurais, Rasulullah Saw membawa sepuluh ribu pasukan dan orang orang Qurais pun menyerah. Dan Rasulullah saw memberikan jaminan, bahwa siapa yang masuk masjidil Haram maka ia akan aman, siapa yang masuk dalam rumah nya maka ia aman, siapa yang masuk rumah pemimpin mereka Abu Sofyan maka aman dan tak akan diganggu, maka masuklah Rasulullah Saw bersama sahabat dan pasukan ke Mekkah tanpa pertempuran. Lalu Rasulullah Saw bertawaf di Ka’bah dan  dikumpulkan orang orang Qurais, dan mereka menyadari bahwa dulu mereka telah berbuat jahat kepada Nabi Muhammad Saw. Rasulullah Saw berkata, “Wahai kaum Qurais apa yang kalian kira apa yang kalian sangka tidak akan kulakukan kepada kalian”. Jika pun Nabi Muhammad saw mau membunuh mereka maka beliau mampu dan mereka juga dulu berlaku jahat atas Nabi Muhammad Saw, namun mereka juga mengetahui Akhlak Nabi Muhammad Saw yang selalu menyambung silaturrahim,
“Tentu kebaikan dari engkau wahai saudara kami yang mulia dan anak saudara kami yang mulia”, demikian kata orang Qurais yang dahulu begitu jahat namun ketika telah tunduk lemah mereka tunduk dan berkata pada Nabi Muhammad Saw, “Wahai saudara kami yang mulia”. Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Aku berkata sebagaimana perkataan Yusuf saudaraku,  Pergilah tidak ada celaan dan kalian bebas”.
Dan pada langit keempat berjumpa dengan Nabi Idris As yang Allah Swt angkat sampai kelangit ke empat menurut riwayat, demkikan juga pada Nabi Muhammad Saw mendapat kemuliaan lebih dari itu  yaitu menembus tujuh lapis langit bahkan mendapat kemuliaan melihat langung Dzat Allah Swt.  Begitu juga kedudukan yang tinggi yang diperoleh  Nabi Idris As dan beliau adalah manusia pertama yang menulis buku dengan pena. Dan Nabi Muhammad Saw juga menulis atas pertintah beliau untuk menulis surat kepada para Raja raja untuk masuk Islam, raja Mesir , kaisar Persia, kasiar Romawi, raja Arab, raja Bahrain untuk masuk Islam,  masuk lah Islam maka engkau akan selamat.
Dan Allah Swt angkat nama Rasulullah Saw begitu mulia dan hingga sampai kemana mana, bahkan tiap kali adzan diseluruh permukaan bumi disebut Asyhadu alla ilaaha illallah , Asyhadu anna Muhamadurraulullah.
Langit kelima Nabi Muhammad Saw berjumpa dengan Nabi Harun As yang sangat dicintai oleh kaumnya, begitu juga Nabi Muhammad Saw yang dahulu dibenci oleh orang orang Arab, dibenci oleh kaum Qurais, namun berubah menjadi orang yang paling dicintai oleh orang Qurais bahkan oleh orang Arab bahkan seluruh penjuru dunia muslim mencintai Nabi Muhammad Saw.
Allahumm shalli wasalim alaih.
Jika cinta Nabi Muhammad Saw maka seringlah bershalawat.
Pada langit keenam berjumpa dengan Nabi Musa As, Nabi yang bertempur dan berperang. Dan demkian juga Nabi Muhammad Saw Aku adalah Nabi (pemimpin) pertempuran tapi juga Nabi yang rahma. Bertempur berperang berjihad untuk menegakkan kalimat Allah Swt, yang tadi nya seluruh permukaan bumi ini penuh dengan kegelapan, kufur dan syirik yang menyembah api, menyembah berhala, berubah semua menyembah Al haqq al wahidul qahar. Yang mentauhidkan kalimat La ilaaha illallah ini adalah jasa Nabi Muhammad Saw dan para sahabat.
Dan pada langit ketujh Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Ibrahim As yang mengazaskan Ka’bah, yang mengumumkan untuk pergi haji, begitu juga pada Nabi Muhammad Saw yang pada akhir hayat beliau kembali ke Mekkah untuk berpuasa dan mengumumkan haji bagi umat Islam. Akhir hayat Nabi Muhammad Saw seperti akhir hayat Nabi Ibrahim As beliau mengumumkan haji dan beliau pergi haji wada’ setelah haji dan hanya beberapa bulan beliaupun wafat. Ini adalah suatu isyarat dari Allah Swt  kepada Nabi Muhammad Saw bahwa keadaan Rasulullah Saw akan seperti Nabi Nabi sebelumnya.
Semoga menambah kepahaman dan kecintaan kita kepada biografi Nabi Muhammad Saw.
Semoga Allah tanamkan kecintaan atas Nabi Muhammad Saw pada hati kita, sanubari kita, akal fikiran kita sehingga selalu lidah kita menyebut Baginda Nabi Muhammad Saw
Allahumma shalli ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala ali Muhammad.
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Jasaltu Itsnain Majelis Rasulullah
Senin  27 April 2015, Masjid Raya Almunawar Pancoran
~ Habib Hamid Barakwan ~

Kamis, 23 April 2015

Habib Umar bin Hafidz Mensifati Pasarnya Ummat Islam

Habib Umar bin Hafidz mensifati Pasarnya Ummat Islam Dahulu Kala
Pasarnya ummat Islam dahulu bersinar penuh cahaya keluhuran. Di riwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra “Pasarnya ummat Islam layaknya sebuah mushallah tempat orang melaksanakan shalat”. Karena dalam lingkungan pasar akan kita jumpai syariat Islam, amanah, adab, akhlak, dzikir serta tilawah Alqur’an. Bahkan konon dahulu kala akan kita dapati para pedagang yang menjaga toko selalu membaca Qur’an dan kitab Dalail Khairat di waktu senggangnya. Al Imam Junaid bin Muhammad rahimahullah seorang ulama shufi memiliki kebiasaan tidak membuka toko terkecuali setelah melaksanakan shalat sunnah tiga ratus rakaat di dalam tokonya. Saat ini marilah kita tengok bagaimana keadaan masjid kita? Adakah orang yang melaksanakan shalat hingga tiga ratus rakaat di dalam masjid?
Dahulu pasar di Kota Tarim menjadi salah satu pusat kajian ilmu, para pedagang selalu meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukan berdagang dengan mengadakan pengajian rutin, membahas kitab Minhaj Thalibin Fiqh mazhab Imam Syafi’i karya Imam Nawawi. Sehingga kita mengenal sebuah makalah “Jalanan di Kota Tarim adalah guru bagi siapa saja yang tidak memiliki guru” dalam artian banyaknya orang yang beraktivitas di jalanan di baluti dengan dzikr, nasihat yang secara tidak langsung mengajari dan mengajak kita untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Sayyidina Umar bin Khattab ra punya standart “Tidak boleh berdagang di pasar ummat Islam terkecuali mereka yang memiliki pemahaman fiqh jual beli yang mumpuni”. Sebuah  pemandangan indah yang sulit kita jumpai di pasar-pasar yang ada saat ini, alangkah baiknya kita lestarikan kebiasaan baik orang-orang terdahulu, jika tidak mampu melaksanakan secara keseluruhan laksanakanlah sebagian, mulailah dari yang terkecil. Waffaqakumullah li ma yuhiibuh wa yardhah.
Disarikan dari Ceramah Habib Umar bin Hafidz


Minggu, 22 Februari 2015

قرأنا فى الضحی

قرأنا فى الضحی ولسوف یعطیك فسر قلوبنا ذاك العطاء
Telah kami baca di dalam Surah Dhuha "Dan kelak kamu akan diberi karunia" Maka gembira hati kami atas kurniaan itu


و أحسن منك لم تر قط عیني و أجمل منك لم تلد النساء
Dan yang lebih baik darimu belum pernah telihat oleh mata. Dan yang lebih indah darimu belum pernah dilahirkan para wanita


 حشاك یارسول الله ترضی وفینا من یعذب أو یساء 
Tidak sesekali wahai Rasulullah akan kau ridho Sedangkan diantara kami ada yang diazab dan diperlakukan keburukan keatasnya


 خلقت مبرأ من کل عیب گأنك قد خلقت گما تشاء 
Engkau diciptakan bebas dari segala aib Seakan-akan engkau dicipta seperti yang mana yang kau inginkan dirimu diciptakan 


نبي ھاشمي أبطحي شمائلھ السماحة والوفاء 
Nabi dari Bani Hasyim dari Abtah (sebuah tempat di Mekkah) Keperibadiannya lemah lembut dan penuh kasih dan sayang


Jumat, 20 Februari 2015

Dari Constantinople Menjadi Islambul

“Niscaya kelak Konstantinopel akan ditaklukkan... rajanya adalah sebaik-baik raja dan prajuritnya sebaik-baik prajurit.”
Istambul yang kita kenal kini adalah salah satu kota terpenting bagi identitas negara Republik Turki. Kota yang memiliki sejarah panjang terkait riwayat pe­nama­annya ini juga merupakan kota pelabuh­an terbesar di Turki. Kota ini memiliki ke­unikan geografi; sebagian masuk benua Eropa dan sebagiannya lagi masuk be­nua Asia, dengan dihubungkan oleh se­buah jembatan yang melintasi Selat Bosporus.
Istambul bermula dari sebuah kota bernama Bizanthium, yang dibangun bangsa Yunani pada kira-kira abad ke-7 SM. Pada tahun 330 M, kota ini dijadikan ibu kota Kekaisaran Romawi oleh Kaisar Constantine The Great. Kota ini kemudian diubah namanya oleh sang kaisar menjadi Konstantin, yang dalam bahasa Romawi disebut Konstantinopel (Constantinople). Namun pada tahun 395 M, ketika Kekaisaran Romawi ter­pecah, kota ini menjadi ibu kota Kekai­sar­an Romawi Timur dengan nama Bizantium. Sedangkan pecahan lainnya, Romawi Barat, beribu kota Roma.
Romawi Timur, yang memusatkan ke­kuasaannya di Bizantium atau Kon­stantinopel, kemudian membangun kota tersebut dengan berbagai bangunan mo­numental, seperti gereja Aya Sophia dan benteng Golden Horn. Tak pelak lagi, bangunan-bangunan monumental terse­but serta letaknya yang strategis sebagai pintu gerbang Asia-Eropa maupun se­baliknya menarik perhatian dunia.

Nubuwwah Nabi SAW
Nabi Muhammad SAW mengimpi­kan, kelak suara adzan akan menggema di negeri itu. Melalui isyarat yang Allah Ta’ala sampaikan kepada beliau, di ha­dapan para shahabatnya, beliau bersab­da, sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad, “Latuftahannal qasthanthiniyyah... falani’mal amir amiruha wa lani’mal jaisy dzalikal jaisyu....”(Niscaya kelak Kon­stantinopel akan ditaklukkan... rajanya adalah sebaik-baik raja dan prajuritnya sebaik-baik prajurit).
Delapan abad setelah itu, perkataan Nabi benar-benar terjadi. Benteng Kon­stantinopel, yang terkenal kuat dan tang­guh, akhirnya dikuasai kaum muslimin. Para ulama, di antaranya Ibnu Taimiy­yah, membenarkan kabar Nabi ini seba­gai dalil min dalail an-nubuwwah, salah satu tanda bukti kebenaran kenabian Nabi Muhammad SAW, yakni mem­beritakan kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa depan.
Berkali-kali usaha menggemakan adzan di bumi tonggak kebesaran Eropa ini dilancarkan, di antaranya di masa Muawiyah bin Abi Sufyan. Meski upaya itu belum berhasil, Abu Ayyub Al-An­shari, sahabat Rasulullah SAW yang ga­gah berani, bersumpah, jika ia wafat da­lam pertempuran itu, ia meminta agar di­makamkan tepat di bawah tembok ben­teng Konstantinopel, agar jasadnya ke­lak menjadi saksi kemenangan yang te­lah dikabarkan Nabi SAW itu.
Sebagaimana upaya yang sama di­lakukan para khalifah Bani Umayyah lain­nya, di masa Abbasiyyah, misi itu juga terus dilanjutkan. Setelah jatuhnya Baghdad 656 H/.... M, usaha menakluk­kan Konstantinopel diteruskan oleh ke­rajaan-kerajaan kecil di Asia Timur, ter­utama Kerajaan Seljuk. Berkat kegigihan Dinasti Seljuk, sebagian besar wilayah kekaisaran Roma takluk.
Kemudian beberapa usaha untuk me­naklukkan Konstantinopel juga di­lakukan oleh para pemimpin Daulah Utsmaniyyah, sejak masa raja pertama mereka, Utsman bin Ertogrul, hingga masa raja keenam, Murad II.
Akhirnya Allah SWT mewujudkan impian kaum muslimin untuk menakluk­kan benteng tersebut melalui tangan pe­mimpin ketujuh, Sultan Muhammad II, yang dikenal tangguh, shalih, dan ama­nah di mata rakyatnya.
Dikisahkan, tentaranya tidak pernah meninggalkan shalat wajib sejak baligh dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan shalat Tahajjud sejak ba­ligh. Di samping ketaqwaan Sultan dan tentaranya kepada Allah, mereka juga memiliki semangat jihad yang tinggi, pantang menyerah, dan tidak takut mati. Mereka juga berhasil memainkan taktik perang yang luar biasa.
Penaklukan ibu kota Kekaisaran Ro­mawi Timur itu berada langsung di bawah komando Sultan Muhammad II, yang kala itu baru berumur 21 tahun. Sedangkan pihak lawan, yang bertahan dari gempur­an dahsyat itu, dikomandoi Kaisar Bizan­tium Konstantinus XI. Pengepungan ber­langsung dari Jum’at, 6 April 1453, hingga Selasa, 29 Mei 1453, berdasarkan Ka­lender Julian, yang bertepatan dengan 7 Jumadal Akhirah 857, menurut perhitung­an kalender Islam, ketika kota itu akhirnya takluk di tangan Muhammad II beserta prajuritnya.
Penaklukan Konstantinopel menan­dai berakhirnya Kekaisaran Romawi, negara adidaya, yang telah berlangsung selama hampir 1.500 tahun. Itu juga merupakan pukulan besar untuk Kristen. Di sisi lain, untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, Sultan dan pa­sukannya bisa membuat kapal-kapal laut berjalan di atas daratan. Rute darat yang dilalui kapal-kapal Turki bukanlah rute yang mudah. Selain harus melewati jalan yang terjal, jarak yang harus ditempuh pun tidak pendek. Di samping itu, mereka juga telah memperkenalkan teknologi peledak massal sejenis meriam atau bom dalam peperangan kolosal itu.

Kota Islam
Konstantinopel adalah salah satu ban­dar terkenal di dunia. Semenjak di­diri­kan oleh maharaja Bizantium yakni Constan­tine I, kota ini  sudah menyita per­­hatian masyarakat dunia. Wilayahnya luas, ba­ngunannya besar, arsitekturnya megah dan indah­, kedudukannya  strategis.
Kon­stantinopel juga dikenal memiliki perta­hanan militer yang terkenal kuat. Di sam­ping benteng raksasa yang berdiri ko­koh, para prajuritnya pun selalu siap de­ngan berbagai macam senjatanya me­nyambut setiap pasukan yang hendak me­nyerang benteng itu. Tidak keting­gal­an galian parit yang besar membentang mengitari benteng ini, semakin menam­bah kesan bahwa kota ini mustahil di­taklukkan. Cukuplah ketidakberhasilan ekspedisi jihad umat Islam sebelumnya untuk menguasai kota ini sebagai bukti akan ketangguhan pertahanannya.
Namun semua ini berakhir lewat jerih pa­yah Sultan Muhammad II, yang ke­mudian diberi gelar Al-Fatih, “Sang Pe­nakluk”. Dan sejak penaklukan itulah, Konstantinopel diganti namanya menjadi Islambul, yang artinya “Kota Islam”.
Mengenai penamaan ini, dalam buku berjudul Fi Zhilali Surah at-Taubah, Dr. Abdullah Yusuf Azzam menulis bahwa, setelah membebaskan Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih mengubah nama kota ini menjadi Islambul, yang berarti “Kota Islam”. Maka, sebetulnya bukan Istanbul. Penyebutan “Istanbul” muncul dari orang Barat, yang setelah diindo­nesia­kan menjadi “Istambul”.
Pengindonesiaan “Istanbul” menjadi “Istambul” bukannya tanpa dasar. Kon­sonan “m” dipilih karena “m” secara fo­netis (ilmu yang mempelajari bunyi ba­hasa) sejenis dengan “b”, yakni bilabial, dua bibir terkatup.
Jadi, pemilihan nama “Istambul”, se­cara ilmiah, linguistik (ilmu yang mem­pelajari bahasa), bisa dipertanggung­jawabkan. Dan bukankah pengucapan “Istambul” lebih mudah daripada “Istan­bul” karena bunyi “m” lebih dekat ke bunyi “b” daripada bunyi “n”? Ya, linguis­tik, sebagai ilmu, peranti, memang tu­gas­nya membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah.

Kamis, 19 Februari 2015

Wafatnya Sang Penggagas Maulid

Ia bagaikan seorang ibu yang khawatir kehilangan anak. Ia memantau setiap pertempuran tentaranya, bergerak dari satu penjuru ke penjuru yang lain, membangkitkan semangat tentaranya supaya benar-benar berjihad di jalan Allah, dan sanggup pergi berdakwah ke berbagai pelosok dengan mata yang berlinang keharuan untuk mengobarkan semangat umat Islam agar bangkit membela Islam. 
Anda yang pernah menonton film Kingdom of Heaven, sebuah film garapan sutradara Ridley Scott, yang di­pro­duksi pada tahun 2005, pasti tahu ba­gaimana kolosalnya film tersebut. Sang penulis skenario dan sutradara yang mengarahkannya begitu apik menam­pil­kan sisi-sisi humanis beberapa tokoh di da­lamnya. Sinopsis film tersebut men­ceri­takan bagaimana saat-saat genting terjadi di tanah Yerusalem saat Perang Salib ketiga mencuat. Hubungan umat Islam dan Nasrani dipertaruhkan oleh beberapa oknum terdekat di istana ke­kuasaan Raja Baldwin IV demi kekuasa­an. Sedangkan sang raja yang berhati lem­but namun sakit-sakitan tahu betul sikap tegas kawan sekaligus lawannya, Sultan Saladin.

Meski buatan Barat, film yang di­garap pasca-Peristiwa 9-11 ini ba­nyak dipuji oleh pemerhati film dari dunia Islam, lantaran penggambaran tokoh ksatria Islam di dalamnya secara obyek­tif dan tak mendiskreditkan sang tokoh, terutama Sultan Shalahuddin. Orang-orang Barat seakan memafhumi bahwa film ini dihadirkan untuk merajut kembali terkoyaknya hubungan Barat-Timur pas­ca-peristiwa tersebut.
Perang Salib ketiga itu telah menem­patkan sosok Saladin alias Shalahuddin Al-Ayyubi, raja sekaligus panglima pe­rang Kesultanan Ayyubiyyah Mesir, se­bagai sosok yang sangat dihormati ka­wan maupun lawan. Shalahuddin men­da­pat reputasi besar di kalangan Kristen Eropa. Kisah perang dan kepemimpin­an­nya banyak ditulis dalam karya puisi dan sastra Eropa. Di antaranya adalah The Talisman (1825), karya Walter Scott, Saladin: All-Powerful Sultan and the Uniter of Islam, karya Sir Stanley Lane-Poole. Sebagian besar kisah panglima Shalahuddin atau Saladin yang tersebar baik di Barat dari sejarah Perang Salib yang panjang di abad ke-12 M itu ber­cerita tentang seorang yang pemberani dalam pertempuran, yang sebenarnya tak ingin menumpahkan darah.

Maulid dan Jihad
Shalahuddin bin Yusuf Al-Ayyubi lahir dari keluarga Kurdi kota Tikrit, sisi Sungai Tigris, 140 KM barat laut kota Baghdad, pada tahun 1137 M. Keluarga­nya tidak diizinkan tinggal di kota Tikrit oleh rezim Baghdad kala itu, Bani Ab­basiyah, karena dituduh pengkhianat.
Dalam perjalanan pengungsian ke Aleppo, Damaskus, Shalahuddin dilahir­kan. Tatkala kelahirannya, ayahnya ber­kata, “Anakku ini dilahirkan ketika aku da­lam kesusahan. Aku bimbang kelahir­an­nya membawa sial.” Namun siapa me­nyangka, bayi lelaki itu di kemudian hari menjadi pahlawan yang agung?
Masa kecil Shalahuddin selama se­puluh tahun dihabiskan belajar di Da­maskus, di lingkungan keluarga Sultan Nuruddin Az-Zanji, penguasa Dinasti Zanj yang memerintah Syria yang mem­beri perlindungan bagi pengungsi Kurdi.
Selain belajar ilmu-ilmu Islam, Sha­lahuddin pun mempelajari ilmu-ilmu ke­militeran dari pamannya, Asaduddin Syirkuh, seorang panglima perang Turki Seljuk. Mulanya ia bekerja sebagai pa­sukan tentara berkuda Sultan Nuruddin. Kemudian ia diperintahkan untuk pergi ke Mesir bersama pamannya.
Shalahudin sempat merasa berat hati berangkat ke Mesir, karena lebih suka di Aleppo bersama keluarganya. Namun, bersama pamannya, Shalahud­din menjadi banyak menempa ilmu pe­perangan serta turut berperang pada era duwaylat (negara-negara kecil), sehing­ga berhasil menguasai dan menum­bang­kan Kesultanan Fathimiyah, yang berpaham Syi’ah, di Mesir.
Tatkala Shalahuddin dinobatkan menjadi sultan di Mesir, putra Nuruddin Az-Zanji, Shalih Ismail, bersikeras me­nolaknya. Pasca-wafatnya Sultan Nu­rud­din, Shalih Ismail bersengketa soal ga­ris keturunan terhadap hak kekhali­fahan di Mesir. Akhirnya Shalih Ismail dan Shalah­uddin berperang dan Damas­kus bisa dikuasai Shalahuddin. Shalih Ismail terpaksa menyingkir dan terus melawan kekuatan dinasti baru hingga terbunuh pada tahun 1181. Shalahuddin memim­pin Syria sekaligus Mesir serta mengem­balikan Islam di Mesir kepada jalan Ah­lussunnah wal Jama’ah (Aswaja).
Perannya mengembalikan Aswaja di bumi Mesir semakin terasa lengkap tat­kala ia menggelar sayembara penulisan syair puji-pujian bagi Baginda Nabi Mu­hammad SAW dan perayaan peringatan Maulid Nabi SAW secara besar-besaran. Idenya berangkat dari usulan iparnya, Muzhaffaruddin Qatburi, bupati (ata­begh) di Irbil, Syiria. Motifnya sungguh mulia, yakni mengobarkan kembali ke­cintaan kepada Rasulullah dan para sa­habat serta jalan perjuangan mereka yang tak kenal lelah untuk menegakkan kalimah Allah di atas muka bumi. Di tambah lagi, suasana politik antara umat Islam dan Kristen tengah memanas aki­bat konflik berkepanjangan di Yerusalem.
Pada mulanya gagasan Shalahuddin ditentang oleh para ulama, sebab sejak zaman Nabi peringatan seremonial seperti itu tidak pernah ada. Akan tetapi Shalahuddin menegaskan bahwa pe­rayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bu­kan perayaan yang bersifat ritual, se­hingga tidak dapat dikategorikan bid’ah yang terlarang.
Ketika Salahuddin meminta pan­dang­­an dan persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Baghdad, ternyata Khalifah setuju. Maka, pada ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 H, Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, sebagai penguasa tanah Hara­main (Makkah dan Madinah), menyeru­kan kepada seluruh jama’ah haji agar jika kembali ke kampung halaman ma­sing-masing segera mensosialisasikan kepada masyarakat Islam di mana saja berada bahwa mulai tahun 580 H/1184 M pada setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi de­ngan diisi berbagai kegiatan yang mem­bangkitkan semangat umat Islam.
Salah satu kegiatan peringatan yang diadakannya pertama kali di tahun itu adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-puji­an bagi Nabi dengan bahasa yang se­indah mungkin. Seluruh ulama dan sas­tra­wan diundang untuk mengikuti kom­pe­tisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja‘far Al-Barzanji. Karyanya yang dikenal sebagai kitab Barzanji sampai sekarang sering dibaca masyarakat di berbagai belahan negeri pada peringatan Maulid Nabi.
Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Shalah­uddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam dalam Perang Sa­lib bergelora kembali. Ia bersama pasuk­annya berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 583 H/1187 M Yerusalem direbut dari tangan bangsa Barat dan Masjid Al-Aqsha menjadi masjid kembali hingga hari ini.
Sir Stanley Lane-Poole mencatat, Shalahuddin mengubah cara hidupnya ke­pada yang lebih keras, disiplin, di­barengi sifat wara‘ dan sederhana. Ia menepikan corak hidup senang seperti kebanyakan para penguasa, dan men­jadi contoh bagi tentara dan rakyatnya, bahkan di kemudian hari juga bagi la­wan-lawannya. Ia juga menyerahkan diri sepenuhnya untuk berjihad di jalan Allah.
Bahauddin, juru tulisnya, sebagai­mana dikutip Lane-Poole, mencatat, se­mangat sang panglima senantiasa ber­kobar untuk bicara jihad dalam menen­tang tentara Salib, yang mengusir kaum muslimin dari Yerusalem. Ia luangkan seluruh tenaganya untuk memperkuat pasukannya serta menyeleksi kekuatan dan senjata. Jika ada yang mengajaknya berdiskusi tentang strategi perang, ia akan penuh perhatian menyimaknya. Sehubungan dengan ini ia lebih banyak tinggal di dalam kemah perang ketim­bang duduk di istana bersama keluarga.
Siapa saja yang menyokongnya akan mendapat kepercayaannya. Dalam medan peperangan, ia bagaikan se­orang ibu yang khawatir kehilangan anak. Ia akan bergerak dari satu penjuru ke penjuru yang lain dalam usaha mem­bangkitkan semangat tentaranya supaya benar-benar berjihad di jalan Allah. Ia sanggup pergi berdakwah ke berbagai pelosok dengan mata yang berlinang keharuan untuk mengobarkan semangat umat Islam supaya bangkit membela Islam. Ketika perang berlangsung, ia lebih suka berpuasa meskipun sedang sakit, seperti pada Pertempuran Acra.
Masih menurut catatan Bahauddin, tabib pribadi sultan pernah berkata bah­wa Sultan Shalahuddin hanya berbuka dengan beberapa suap makanan, kare­na tidak mau perhatiannya pada pepe­rangan terganggu. Inilah contoh seorang pemimpin umat dan panglima tentara yang belum kita jumpai hingga kini.
Kemenangan Peperangan Hittin te­lah membuka jalan mudah kepada Shalahuddin untuk menguasai Baitul Maqdis. Bahauddin, sang sekretaris, mencatat bahwa Shalahuddin sangat berkepentingan untuk merebut Baitul Maqdis, dan hajatnya itu tercapai pada hari Jum’at, 27 Rajab 583 H/1187 M, tepat pada hari Isra Mi’raj, dan ia berhasil me­masuki Masjid Al-Aqsha.
Hari kemenangan ini menjadi titik awal atas kemenangan-kemenangan berikutnya. Banyak orang, para ulama, pem­besar, hingga rakyat jelata, berda­tangan dari Mesir dan Syria untuk meng­ucapkan selamat kepada Shalahuddin dan merayakan kemenangannya. Gaung takbir pun menggema di seluruh angka­sa Syiria, Mesir, hingga Tanah Suci.
Kisah Perang Salib kedua dan ketiga mencatat dengan apik kiprah sang pang­lima Islam yang melegenda ini dengan catatan yang membuat kagum semua pihak. Kisah ini bukan saja ditulis oleh para penulis muslimin, tetapi juga penu­lis orientalis dan Barat, yang dengan penuh hormat mengakui kehebatannya.

Sederhana hingga Akhir Usia
Shalahuddin, sebagaimana telah di­sebutkan, punya pola hidup sederhana. Ia tidak tinggal di istana megah, sebagai­mana kaum bangsawan di mana saja. Ia justru tinggal di sebuah masjid kecil ber­nama “Al-Khanqah”. Dari tempat ini pula ia mengatur segala kebijakannya, baik urusan pemerintahan maupun pe­rang, hingga tutup usia. Dan ia sangat meng­hindari korupsi, yang sering meng­hinggapi para raja pemenang perang.
Sultan Shalahuddin bin Yusuf Al-Ayyubi wafat pada 15 Shafar 589 H/4 Maret 1193 M di kota Damaskus. Saat jenazahnya diurus, para pembantu dan keluarga dekatnya sempat terperangah ka­rena ternyata sang sultan tidak mem­punyai harta berharga. Ia hanya memiliki selembar kain kafan lusuh yang selalu dibawanya dalam setiap perjalanan dan uang senilai 66 dirham Nasirian (mata uang Suriah waktu itu) di dalam kotak besi­nya. Sehingga untuk mengurus penguburan panglima kharismatis ini, me­reka harus berutang terlebih dahulu.
Dalam hidupnya yang tergolong sing­kat, 55 tahun, Shalahuddin telah me­norehkan catatan kehidupannya sebagai inspirasi kehidupan bagi siapa saja hing­ga kini. Bahkan, kata Sir Stanley Lane-Poole, orang Eropa takjub bagaimana Islam bisa melahirkan orang sebaik dia.
Satu wasiat yang disampaikannya kepada anaknya, Az-Zahir, sebelum wa­fatnya, “Anakku, janganlah kau tumpah­kan darah... sebab darah yang terpercik ke muka tak akan bisa membuatmu ter­tidur.”