.Bismillah

.Bismillah

Rabu, 02 Oktober 2013

Takut Kepada ALLAH SWT

Di dalam Mukasyafah Al Qulub yang juga riwayatnya teriwayatkan didalam Shahih Bukhari secara ringkas. Ketika seorang wanita tidak mempunyai kemampuan untuk menafkahi anak – anaknya sehingga ia terjebak kepada kebutuhan dan ia mengetuk pintu seorang penguasa. Seorang kaya – raya dan seorang kaya – raya membuka pintu “apa niatmu wahai wanita?” wanita itu berkata “aku butuh uang untuk anak - anakku” maka orang kaya itu berkata “kalau kau butuh uang padaku maka boleh saja tapi aku mau berzina denganmu dan berkumpul denganmu. Kuberikan apa yang kau mau”. Wanita itu menolak dan pulang, sampai dirumah melihat anaknya yang lapar. Minta kesana – kemari tidak ada yang memberi dan akhirnya ia putus asa dan kembali. Kembali kepada pria itu dan berkata “ya sudah kalau begitu, aku pasrah saja”. Pria itu berkata “aku akan bantu kau dengan lebih yang kau minta”. Tapi ketika ia sudah didekati oleh pria itu, bergetarlah wanita ini dengan gemetar yang dahsyat. “Kenapa kau ini”, kata pria itu. Wanita itu berkata “aku takut pada Allah”. Ucapan itu menggetarkan jiwa sang pria yang kaya – raya ini karena keluar dari hati yang penuh iman. Kalau hati yang penuh iman kau berucap menggetarkan orang lain. Maka wanita yang tidak berdaya dan miskin berkata “aku takut pada Allah”. Pria kaya ituberkata “kau ini sudah miskin, cobaanmu berat, sudah sulit hari – harimu, mau menjual dirimu tidak mau karena takut pada Allah. Sedangkan aku diberi kenikmatan yang banyak oleh Allah, aku mestinya lebih takut dan risau daripada engkau. Sudah ini uang aku berikan kau pulang dan aku taubat pada Allah”. Ini riwayat Shahih Bukhari.



Dalam riwayat lainnya Kitab Mukasyafah Al Qulub oleh Imam Al Ghazali, ketika seorang pria senang dengan seorang wanita. Ingin dekat dengannya dan ingin lebih dari itu. Diikutilah kemana wanita ini pergi. Sewaktu – waktu wanita ini ingin pergi ke tempat yang jauh (kalau zaman dahulu namanya kafilah) kalau sekarang pakai bus atau kereta api atau pesawat atau kapal laut. Ini dengan kafilah (rombongan), wanita ini ikut ia juga ikut. Satu malam sepi, banyak orang sudah tidur. Perempuan ini belum tidur, didekati olehnya. Kenalan, mulai hal yang lebih wanita itu berkata “sebentar – sebentar saudaraku sebelum kita teruskan kemauan kita”, kata sang wanita “lihat dulu apa semua orang sudah tidur”. Pria dengan senangnya kesana – kemari “semua sudah tidur”. Wanita berkata “apa ada yang melihat kita?”, “tidak ada yang melihat, semuanya sudah tidur”. Wanita itu berkata “apakah Allah tidur?”, pria itu kaget dan ia berkata “Allah tidak tidur”. Lalu wanita itu berkata “apakah Allah tidak melihat?”, pria semakin terdesak dan ia menjawab “Allah melihat”, “lalu kau mau terus berbuat dan Allah melihatmu?”. Pria itu menangis dan berkata “aku bertaubat pada Allah Swt”.Berapa minggu kemudian terdengar kabar oleh sang wanita bahwa pria itu wafat. Iamimpi didalam tidurnya jumpa dengan pria itu didalam kenikmatan. “Engkaukah pria yang jumpa di malam itu? hampir saja kita berbuat dosa dan tidak jadi”, “iya betul”. “Koq sekarang kau begitu mulanya setelah kau wafat?”, ia berkata “terima kasih wahai wanita yang sejak kau menegurku itu, aku bertaubat pada Allah dan Allah membimbingku pada kemuliaan”. Demikian indahnya taubat dan demikian Allah menaungi mereka.



Kisah Sedekah Sembunyi - Sembunyi

Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika salah seorang yang mengumpulkan hartanya yang banyak untuk bershadaqah sembunyi – sembunyi. Ia kumpulkan uang sampai berjumlah sekian ribu dinar dalam 1 tahun. Kerja khusus untuk bershadaqah tapi sembunyi – sembunyi. Sudah terkumpul, pergi keluar malam hari. Dilihat ada seorang wanita tidur di jalanan. “Wah ini orang susah”, kasih uang ia menutup wajahnya memberikan bungkusan uang itu dan lari supaya tidak diketahui wajahnya. Pagi hari gempar di kampung. Ada pelacur diberi shadaqah oleh orang sembunyi – sembunyi. Ia berkata “Subhanallah!! Salah beri, aku kira wanita susah ternyata pelacur”, “Ya Rabb aku setahun mengumpulkan uang untuk dapat pahala shadaqah yang sembunyi – sembunyi ternyata uangku untuk pelacur”.

Tapi ia tidak putus asa, ia kumpulkan lagi uang sampai setahun yang jumlahnya sekian ribu dinar. Sekarang aku tidak mau tertipu, pilih – pilih dulu. Dilihatnya orang sedang duduk diam saja di satu tempat yang gelap. “ini pasti orang susah”, diberi padanya lalu lari. Paginya gempar lagi, pencuri sedang ingin mencuri mendapat uang shadaqah dengan jumlah uang yang besar. “Ya Rabb 2 tahun aku bekerja khusus untuk memberi nafkah orang yang susah dengan sembunyi – sembunyi. Tahun pertama pelacur, tahun kedua pencuri”.

Ia tidak jera, kumpulkan lagi sampai 1 tahun. “Ya Rabb ini yang terakhir, kalau sudah masih lagi sampai shadaqah bukan kepada mustahiq, selesai Ya Rabb aku tidak mampu lagi”. Dia lihat orangtua tengah malam jalan sendiri dengan tongkatnya tertatih – tatih. “Wah ini orang yang pasti berhak, malam – malam begini orangtua jalan malam - malam dengan tongkat pasti orang susah”. Dilemparnya uang itu “ini untukmu” dan ia pun pergi. Pagi hari gempar lagi kampung, “ada kabar apa?” orang paling kaya dan paling kikir dapat uang semalam oleh orang yang shadaqah sembunyi – sembunyi. “Ya Rabb yang pertama pelacur, yang kedua pencuri, yang ketiga orang paling kaya dan paling kikir di kampungnya. Ya Rabb apa arti dari perbuatanku?”.

Ia pun diam, sekian tahun kemudian... 20 tahun kemudian, Allah Swt sampaikan kabar padanya ada dua orang ulama besar adik kakak. Muridnya puluhan ribu dan ia termasuk orang yang asyik dengan ulama itu. Ini ulama adik kakak dua – duanya orang yang sangat luar biasa ilmunya luas, pengikutnya puluhan ribu. Ia berkata “Subhanallah!! ini ulama adik kakak siapa ayahnya?”. Kasak – kusuk tanya kesana – kemari ternyata 2 orang anak itu adalah ibunya seorang pelacur dulu tapi tengah malam ada yang memberi shadaqah sembunyi – sembunyi. Ibunya itu melacur untuk nafkah anaknya maka ia taubat dari pelacurannya dan ia sekolahkan kedua anaknya dengan hartanya itu. Allah jadikan dengan harta itu anak ini jadi orang baik menjadi ulama besar dan pahalanya kembali padanya. Airmatanya mengalir, ternyata yang kuberikan 20 tahun yang lalu Allah menjadikannya berlipat ganda sampai muncul 2 orang ulama shalih sampai puluhan ribu orang yang beribadah mengikuti ilmunya dan pahalanya untuk dia. Ini keikhlasan seseorang.
Tidak lama kemudian ia dengar lagi ada seorang wali shalih wafat. Masya Allah ratusan ribu yang mengantar jenazahnya. Siapa orang itu? Orang itu dulu pencuri, saat ia sedang mencuri ia berdoa kepada Allah “Ya Rabb beri aku keluhuran kalau aku dapat rizqi malam ini aku taubat”. Ada yang melemparinya uang lantas ia bertaubat ia bershadaqah, ia masuk ibadah dan ia tidak keluar dari tempat ibadahnya sampai Allah angkat ia menjadi orang yang shalih.

Lantas ia (orang ygersedekah yg terharu atas dua kabar itu berkata) berdoa “Ya Rabb tinggal yang ketiga, bagaimana dengan orangtua yang paling kaya dan kikir di kampung kami”. “oo orang itu sudah wafat tapi ia pindah ke tempat lain berwasiat mengirimkan seluruh hartanya untuk membangun Baitul Maal bagi para anak yatim sampai sekarang itu hartanya masih makmur”.Kenapa? gara – gara dia malu tengah malam katanya, dia yg kaya kikir, tengah malam ada yang sedekahi. Dia berkata “ini orang sedekah padaku, sementara aku tidak pernah shadaqah. Aku nafkahkan seluruh hartaku dan harta ini untuk baitul maal” dan untungnya terus berlipat ganda sampai 20 tahun tidak berhenti. Ini pelipatgandakan di dunia dan pahalanya di hari kiamat dinaungi oleh Allah SWT.



Selasa, 24 September 2013

Seorang Muslim Yang Baik



Ditulis Oleh: Al Habib Munzir Almusawa
Sunday, 21 August 2011




قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : 
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِه، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw : “Orang muslim yang baik adalah yang muslim lainnya aman dari ganguan ucapannya dan tangannya, dan orang yang Hijrah (tergolong kelompok Muhajirin) adalah yang meninggalkan apa apa yang dilarang Allah" ((Shahih Bukhari).


بسم الله الرحمن الرحيم حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَاجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ (صحيح البخاري)


Hadits ini memiliki makna yang sangat luas, diantaranya bahwa seorang muslim yang sejati adalah muslim yang mana orang-orang muslim lainnya selamat dari perbuatan lidah dan tangannya. Dimana kejahatan lidah (mulut) tidak hanya terbatas dengan umpatan atau cacian, namun kejahatan lidah bisa juga dengan mengadudomba, memfitnah dan lainnya. Begitu pula kejahatan tangan tidaklah hanya terbatas dengan pukulan namun bisa juga disebabkan karena jabatan, kekuasaan, kekuatan, atau harta. Maka seorang muslim yang baik adalah seorang muslim yang ketika orang muslim lainnya selamat dari perbuatan (kejahatan) lidah dan tangannya, ia tidak mencelakai muslim yang lain dengan lidah atau tangannya. Akan tetapi makna yang lebih agung dari hadits ini, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Hafizh, bahwa seorang muslim yang baik adalah ketika orang muslim yang lain selamat karena lidah dan tangannya. Mungkin lidahnya (ucapan) yang berupa nasihat membuat orang lain selamat dari perbuatan jahat atau semisalnya , mungkin tangannya (perbuatannya) membuat orang lain selamat dari kejahatan atau musibah, seperti contoh ketika seseorang melihat orang faqir yang kesusahan kemudian ia mengumpulkan dana dari teman-temanya untuk membantu orang tersebut karena khawatir jika ia dibantu oleh orang lain yang memiliki kekuasaan atau kekuatan ia akan menghamba kepada orang yang membantu tersebut. Maka seorang muslim yang seperti ini adalah muslim yang sejati dimana telah menyelamatkan muslim lainnya dengan ucapan dan perbuatannya. Dan tidak ada yang lebih selamat di dunia dan di akhirah lebih dari sang pembawa keselamatan, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan tidak satu pun makhluk yang dicipta Allah di segala penjuru barat dan timur dari golongan malaikat, jin atau manusia akan selamat jika bukan karena makhluk yang dicipta Allah yang mendapatkan bagian dari rahmat Allah, dan rahmat itu adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
(الأنبياء : 107 )
“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam”. (QS.Al Anbiyaa: 107)


Oleh karena itu berpeganglah erat pada rahmat itu, rangkullah keindahan cinta kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semakin kita dekat kepada Allah subhanahu wata’ala dengan kedekatan yang sebenarnya, maka kita pun akan semakin dekat dan cinta kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan seluruh makhluk di alam semesta ini tunduk kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan izin Allah subhanahu wata’ala. Dahulu di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam, suatu ketika seorang baduwi lewat dihadapan Rasulullah kemudian beliau bertanya: “wahai fulan, hendak kemanakah engkau?” dia menjawab : “pergi untuk bersilaturrahmi ke rumah si fulan”, maka Rasulullah shallallalhu ‘alaihi wasallam berkata: “Maukah engkau kuberi sesuatu yang lebih berharga daripada hal itu?”, orang baduwi itu berkata : “apa itu?”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهَ وَإِنِّي مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله
“Engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku adalah Muhammad utusan Allah”


Kemudian orang baduwi itu bertanya : “apa yang akan aku dapatkan jika aku mengucapkannya, dan apa yang bisa membuktikan bahwa kalimat itu benar?”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “lihatlah pohon yang sangat besar itu, hampirilah pohon itu dan katakan padanya : “wahai pohon! Engkau dipanggil oleh Muhammad”. Orang baduwi itu pun merasa ragu untuk menjalankan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena dia menganggap hal yang mustahil terjadi, namun akhirnya ia melaksanakannya dan berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:“Aku akan panggil pohon itu, namun jika pohon itu tidak mengikuti perintahmu maka akan kutebas lehermu”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “baik, lakukanlah”. Maka orang baduwi itu berjalan menuju pohon besar itu, dan ketika samapi didepan pohon itu ia berkata : “wahai pohon! engkau dipanggil oleh Muhammad”, maka dalam sekejap pohon itu pun mulai menarik akar-akarnya sehingga seluruh akarnya keluar dari dalam bumi lalu berjalan menuju kehadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan pohon itu berkata :

السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
“Salam sejahtera atasmu wahai nabi serta rahmat dan keberkahan-Nya”

Melihat kejadian tersebut, orang baduwi itu terpaku antara sadar dan tidak karena telah melihat pohon yang sangat besar menyeret akar-akarnaya dari dalam bumi kemudian berjalan menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu mengucapkan salam kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka orang baduwi itu hendak menguji Rasulullah lagi dengan meminta beliau shallallahu ‘alaihi wasallam agar memerintah pohon itu untuk kembali pada tempatnya, si baduwi itu mengira jika beliau shallallahu ‘alaihi wasallam hanya mampu memanggilnya saja, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memenuhi permintaan baduwi itu dan berkata : “wahai pohon! kembalilah engkau ke tempatmu!”, maka pohon itu pun menyeret semua akar-akarnya dan kembali ke tempatnya, seakan telah dibantu oleh bumi untuk kembali ke tempat asalnya. Kemudian orang baduwi itu berkata :

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”

Hal yang seperti adalah hal yang sangat mudah bagi sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana dalam peperangan Uhud ketika ada seorang sahabat yang terpotong tangannya oleh kaum musyrikin, maka ia datang kepada Rasulullah dengan membawa potongan tangannya dan berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “wahai Rasulullah tanganku terpotong oleh kaum musyrikin”, maka Rasulullah pun mengambil potongan tangan sahabat tersebut kemudian mengembalikannya pada semula sehingga sahabat tersebut dapat kembali berperang. Suatu waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi salah seorang sahabat yang berusia 40 tahun, lalu ia berkata : “wahai Rasulullah, doakanlah wajahku”, lantas Rasulullah mengusap wajahnya dan berkata: “Ya Allah perindahlah wajahnya”, akhirnya sahabat itu wafat dalam usia 80 tahun namun wajahnya seperti wajah anak berusia 15 tahun, hal-hal yang seperti itu merupakan mu’jizat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.


Dahulu sayyidina Hassan bin Tsabit sering memuji nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan syair-syairnya dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah marah atas pujian-pujian tersebut. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam marah dan tidak menyukai pujian-pujian yang diucapkan oleh orang-orang munafik, sehingga di zaman sekarang hal ini digunakan sebagai dasar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak suka dipuji, padahal hal itu adalah dalil bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak suka dipuji oleh orang munafik, mengapa? karena mereka (orang-orang munafik) hanya sekedar suka memuji beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tanpa mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana ketika ada peperangan mereka para kaum munafik tidak mau ikut serta dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan pengikutnya, bahkan mereka para kaum munafik menginginkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat dalam peperangan tersebut sehingga tidak kembali lagi, dan mereka memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanyalah agar aman dan selamat dari pedang sayyidina Umar bin Khattab dan para pembesar kaum muslimin yang lainnya, maka hal itulah yang tidak disukai oleh Rasulullah karena pujian dan cinta mereka tidaklah sebenarnya.


Terdapat dalam riwayat Shahih Al Bukhari, ketika sayyidina Hassan bin Tsabit membaca qasidah/nasyidah didepan kubah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di masjid An Nabawi, maka ketika itu datanglah sayyidina Umar bin Khattab RA dan berkata : “wahai Hassan bin Tsabit, tidak adakah tempat lain untuk engkau membaca qasidah selain di tempat ini?”, maka sayyidina Hassan berkata: “Dahulu aku telah membaca qasidah di tempat ini dan ketika itu ada orang yang lebih mulia daripada engkau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakanku dengan berkata :“semoga Allah subhanahu wata’ala menjaga bibirmu”, yang disaat itu ada Abu Hurairah ada bersama mereka ditanya oleh sayyidina Umar bin Khattab Ra : “Benarkah demikian wahai Abu Hurairah?” , maka Abu Hurairah menjawab dan membenarkan hal itu.
Dan setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat pun masih banyak orang yang membaca qasidah di makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga abad ke-18 ini, jangankan membaca qasidah di makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap ke makam beliau pun dilarang.


Dahulu di masa seorang penyair hebat dan sangat terkenal yaitu syaikh Farazdaq dimana beliau selalu asyik memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau mempunyai kebiasaan melakukan ibadah haji setiap tahunnya. Suatu waktu ketika beliau melakukan ibadah haji kemudian datang berziarah ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan membaca qasidah di makam beliau shallallahu ‘alaihi wasallam,dan ketika itu ada seseorang yang mendengarkan qasidah pujian yang dilantunkannya, setelah selesai membaca qasidah orang itu menemui syaikh Farazdaq dan mengajak beliau untuk makan siang ke rumahnya, beliau pun menerima ajakan orang tersebut dan setelah berjalan jauh hingga keluar dari Madinah Al Munawwarah hingga sampai di rumah orang tersebut, sesampainya di dalam rumah orang tersebut memegangi syaikh Farazdaq dan berkata: “sungguh aku sangat membenci orang-orang yang memuji-muji Muhammad, dan kubawa engkau kesini untuk kugunting lidahmu”, maka orang itu menarik lidah beliau lalu mengguntingnya dan berkata : “ambillah potongan lidahmu ini, dan pergilah untuk kembali memuji Muhammad”, maka Farazdaq pun menangis karena rasa sakit dan juga sedih tidak bisa lagi membaca syair untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian beliau datang ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berdoa : “Ya Allah jika shahib makam ini tidak suka atas pujian-pujian yang aku lantunkan untuknya, maka biarkan aku tidak lagi bisa berbicara seumur hidupku, karena aku tidak butuh kepada lidah ini kecuali hanya untuk memuji-Mu dan memuji nabi-Mu, namun jika Engkau dan nabi-Mu ridha maka kembalikanlah lidahku ini ke mulutku seperti semula”, beliau terus menangis hingga tertidur dan bermimpi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkata : “aku senang mendengar pujian-pujianmu, berikanlah potongan lidahmu”, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil potongan lidah itu dan mengembalikannya pada posisinya semula, dan ketika syaikh Farazdaq terbangun dari tidurnya beliau mendapati lidahnya telah kembali seperti semula, maka beliaupun bertambah dahsyat memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hingga di tahun selanjutnya beliau datang lagi menziarahi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kembali membaca pujian-pujian untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan di saat itu datanglah seorang yang masih muda dan gagah serta berwajah cerah menemui beliau dan mengajak beliau untuk makan siang di rumahnya, beliau teringat kejadian tahun yang lalu namun beliau tetap menerima ajakan tersebut sehingga beliau dibawa ke rumah anak muda itu, dan sesampainya di rumah anak muda itu beliau dapati rumah itu adalah rumah yang dulu beliau datangi lalu lidah beliau dipotong, anak muda itu pun meminta beliau untuk masuk yang akhirnya beliau pun masuk ke dalam rumah itu hingga mendapati sebuah kurungan besar terbuat dari besi dan di dalamnya ada kera yang sangat besar dan terlihat sangat beringas, maka anak muda itu berkata : “engkau lihat kera besar yang di dalam kandang itu, dia adalah ayahku yang dulu telah menggunting lidahmu, maka keesokan harinya Allah merubahnya menjadi seekor kera”. Dan hal yang seperti ini telah terjadi pada ummat terdahulu, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :


فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
( الأعراف :166 )
“Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang, Kami katakan kepada : “mereka jadilah kalian kera yang hina”. ( QS. Al A’raf : 166 ).


Kemudian anak muda itu berkata: “jika ayahku tidak bisa sembuh maka lebih baik Allah matikan saja”,maka syaikh Farazdaq berkata : “Ya Allah aku telah memaafkan orang itu dan tidak ada lagi dendam dan rasa benci kepadanya”, dan seketika itu pun Allah subhanahu wata’ala mematikan kera itu dan mengembalikannya pada wujud yang semula.


Dari kejadian ini jelaslah bahwa sungguh Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang suka memuji nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena pujian kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam disebabkan oleh cinta dan banyak memuji kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berarti pula banyak mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan semakin banyak orang yang berdzikir, bershalawat dan memuji nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalla, maka Allah akan semakin menjauhkan kita, wilayah kita dan wilayah-wilayah sekitar dari musibah dan digantikan dengan curahan rahmat dan anugerah dari Allah subhanahu wata’ala.

وصلى الله على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين



Kamis, 19 September 2013

Merindukan Allah


Ditulis Oleh : Al Habib Munzir Al Musawa
Minggu, 16 Oktober 2005


  



Ketika malam telah larut, alam fikiranku melayang mengembara kearah kegelapan malam, fikiranku menerawang kesebuah kuburan yang kaku, gundukan tanah merah yang dingin, perut bumi yang menjadi kediamanku kelak, didalamnya tak lain cacing dan serangga pemakan bangkai, tubuhku yang tak mampu menepis binatang yang menggerogotiku dan menjadikan tubuhku sarang dan tempat bertelur, alangkah tak berdayanya tubuh ini, sahabatku meninggalkanku, anak istriku meninggalkanku, orangtuaku meninggalkanku, semua orang yang kukenal melupakanku, mereka tak mau ikut mati bersamaku, mereka tak mau tahu lagi apa yang menimpaku dikuburku, mereka tak mau walau hanya menepiskan cacing yang menggerogoti tubuhku, mereka tak perduli lagi tubuhku membusuk sedikit demi sedikit, hingga tubuhku hancur dan berbau, hingga tubuhku menjadi tulang, lalu habis musnah menjadi tanah?, kemana aku akan pergi, ruhku akan melayang memenuhi panggilan Penciptaku.


Wahai Allah, tak ada selain Mu, Engkaulah yang akan menepiskan semua serangga yang mendekati tubuhku, akan Kau jaga tubuhku yang masuk dalam perut Bumi, Engkau mendengar jeritan hatiku yang merindukan Mu, maka dengarlah Wahai yang menciptakan harapan, wahai yang menciptakan segala kerinduan, wahai yang menciptakan keinginan untuk mengadu, kulontarkan kalimat yang kini hampir memecahkan kalbuku, Aku tak mempunyai selain Mu untuk mengadu, untuk menolong, untuk memberi, untuk diharapkan, untuk bergerak, untuk bernafas, untuk berucap, untuk bersuara, untuk mendengar, untuk melihat, untuk melangkah, untuk bergerak, untuk berfikir, untuk makan, untuk minum, untuk tersenyum, untuk bergembira, untuk segala galanya, selain Mu, semua yang kumiliki, dan yang tak kumilki adalah milik Mu, tubuhku milik Mu, makananku milik Mu, semua yang kulihat milik Mu, semua yang kudengar Milik Mu, semua yang kuuucapkan milik Mu, semua langkahku milik Mu, setiap nafasku milik Mu, setiap detak jantungku milik Mu, perasaanku milik Mu, kerinduanku milik Mu, harapanku milik Mu, kesedihanku milik Mu, kegembiraanku milik Mu, alangkah indahnya wahai Rabb, Karena Engkau memilikiku, Engkau menggenggam diriku, Engkau mengaturku, Engkau menjagaku, Engkau melindungiku, Engkau mengayomiku, Engkau melimpahkan kelembutan Mu padaku, aku merindukan Mu wahai Allah, Engkau memanggilku agar aku dekat kepada Mu wahai Allah?


Wahai yang menciptakan cinta kasih di seluruh kalbu hamba Nya, Engkau menghendaki aku mencintai Mu wahai Allah.., wahai yang menciptakan lidah saling menyebut nama nama hamba Nya, Engkau menghendaki aku menyebut nama Mu wahai Allah?, wahai yang menciptakan segala yang indah, keindahan yang terlihat dan yang tak terlihat, keindahan yang terdengar dan tak terdengar, keindahan yang terucapkan dan tak terucapkan, keindahan yang terasa dan tak dapat dirasa, keindahan yang diketahui dan yang tak diketahui, keindahan yang tersaksikan dan yang tersembunyi, semua keindahan itu berasal dari keindahan Mu wahai Allah, maka betapa indahnya Engkau .., betapa lembutnya Engkau ?


Maka Wahai Pencipta Keindahan, Wahai Pencipta Kelembutan, Wahai Pencipta Kasih sayang, sebagaimana Engkau perlihatkan keindahan yang ada pada makhluk Mu, sebagaimana Engkau perlihatkan kelembutan yang ada pada makhluk Mu, sebagaimana Engkau perlihatkan kasih sayang yang ada pada makhluk Mu, maka perlihatkan padaku Keindahan Mu wahai Allah?, perlihatkan kelembutan Mu wahai Allah.., perlihatkan kasih sayang Mu wahai Allah?, walau hanya berupa harapan, walau hanya berupa sangkaan, walau hanya berupa khayalan, walau hanya berupa kerinduan, walau hanya berupa keinginan, walau hanya berupa airmata, walau hanya berupa pemberian, walau hanya berupa lamunan, walau hanya berupa kemudahan, walau hanya berupa pertolongan, asalkan aku mengetahui bahwa itu datang dari kelembutan Mu, datang dari kasih sayang Mu, datang dari keindahan Mu, alangkah kecewa hamba yang hanya memiliki harapan, hamba yang hanya memiliki khayalan, hamba yang hanya memiliki lamunan, hamba yang hanya memiliki kerinduan, hamba yang hanya ingin dekat, hamba yang hanya mendambakan kelembutan, hamba yang hanya mendambakan ayoman, hamba yang hanya mendambakan kasih sayang, sedangkan modal semua harapanku hanyalah airmata, apakah ia harus dikecewakan oleh yang Maha tak mengecewakan, alangkah hancur perasaannya kalau kerinduannya ditolak oleh yang Maha tak menolak kerinduan, alangkah berkeping kepingnya kecintaannya, bila keinginannya untuk dekat tertolak oleh yang Maha tak menolak hamba Nya yang ingin dekat, itu semua tak ada pada dzat Mu, itu semua tak ada dalam sifat Mu, itu semua tak ada pada perbuatan Mu, apalagi yang membuatku tertolak sedangkan Engkau yang Maha menerima, apalagi yang membuatku tersingkir sedangkan Engkau yang Maha merangkul, apalagi yang membuatku terjauhkan, sedangkan Engkaulah yang maha mendekatkan, salahkah aku merindukan Mu, sedangkan Engkaulah yang menciptakan kerinduanku pada Mu, salahkah aku menginginkan dekat pada Mu, sedangkan Engkaulah yang menciptakan keinginanku untuk dekat kepada Mu, salahkah aku merasa tenggelam dalam samudra Kelembutan Mu, sedangkan Engkaulah yang menciptakan perasaa itu dihatiku.



Wahai Allah.., wahai yang menamakan diri Nya Allah?, wahai yang menginginkan nama Nya dipanggil Allah, wahai yang menginginkan lidahku memanggil Dzat Nya dengan panggilan Allah, wahai yang menginginkan aku mengharapkan Nya dg mengingat nama Allah, wahai yang menciptakan lidahku bergetar menyebut Nama Allah?, wahai yang memberikan kemampuan pada jemariku menuliskan nama Allah.., maka dengan kemauan Mu kusebut namamu Allah.., dengan keinginan Mu kurindukan Engkau Allah.., dengan einginan Mu aku ingin dekat kepada Mu wahai Allah?, salahkah aku berkeinginan, salahkah aku merindukan, salahkah aku ingin dekat, sedangkan semua getaran kalbuku itu adalah keinginan Mu wahai Allah?, maka sebagaimana Kau jadikan cacing merangkak tanpa tangan dan kaki, maka jadikan aku merangkak kepadamu tanpa hambatan, sebagaimana Kau jadikan anjing najis bertasbih mensucikan Mu, maka jadikan aku pendosa hina yang mendambakanmu, sebagaimana kaujadikan air mengalir menjadi beku, maka jadikan harapanku mengalir kearah Mu dan membeku dipintu Mu, sebagaimana Kau jadikan gunung batu menjadi debu, maka jadikan seluruh kesalahanku menjadi debu dihadapan Keagungan Mu, sebagaimana Kau jadikan bumi perkasa terinjak injak, maka jadikan hawa nafsuku terinjak injak kerinduanku kepada Mu, sebagaimana Kau jadikan Raja berwibawa terkalahkan dan terhinakan, maka jadikan kesombonganku terhinakan oleh kewibawaan Mu, sebagaimana kau jadikan sesuatu yang bergerak menjadi diam, maka jadikan tubuhku yang bergerak berubah diam dari segala yang tak Kau ridhai, sebagaimana kau jadikan semua yang ada menjadi fana, maka jadikanlah gunung dosa ini fana dalam kelembutan Mu, sebagaimana kau jadikan yang tak mungkin menjadi kepastian, maka Jadikan semua ketidak mungkinanku untuk dekat menjadi janji kepastian.



Rabu, 18 September 2013

Si Kaya dan Si Miskin

اذا مالأمير بباب الفقير # فنعم الأمير و نعم الفقير
اذا مالفقير بباب الأمير # فبئس الفقير و بئس الأمير
Letak kemuliaan seseorang bukanlah pada harta ataupun jabatan sebagaimana sebagian manusia senantiasa menjadikan keduanya sebagai barometer. Namun sesungguhnya kemulian seseorang terletak pada pada hatinya! Apapun keadaan orang tersebut, baik kaya atau miskin, punya jabatan atau tidak, tak menjadi sebab bagi kita dalam memuliakan dirinya.

Rasulullah menegaskan dalam hadisnya, Bukanlah disebut saudagar bagi orang yang mempunyai harta banyak. Tetapi saudagar adalah orang yang berhati dan berjiwa lapang dan dipenuhi izzah (kemuliaan).
Si kaya akan menjadi mulia apabila senantiasa menghormati si miskin serta menyantuni mereka sebelum mereka memintanya. Sebaliknya, si miskin menjadi mulia apabila tangannya terasa berat untuk meminta kepada orang lain.

Al Imam Alwi bin Faqihil Muqoddam dalam syair di atas mengatakan, Apabila kau menemui saudagar atau pejabat di depan pintu si miskin, maka merekalah paling mulianya saudagar atau pejabat. Begitu pula si miskin adalah paling mulianya orang miskin. Karena hal ini menunjukkan bahwa para saudagar tak lupa untuk menyantuni si miskin dan si miskin pun mempunyai izzah hingga merasa malu untuk datang meminta ke rumah si kaya.
Beliau melanjutkan tuturannya, Apabila kau menemui si miskin di pintu-pintu si kaya, saudagar atau pejabat, maka merekalah seburuk-buruknya orang kaya dan orang miskin. Karena hal ini menunjukkan bahwa para saudagar telah lalai dalam memperhatikan kebutuhan wong cilik (tafaqqud ahwalil masakin) dan si miskin pun tak mempunyai izzah dan perasaan malu untuk meminta.

Namun orang di zaman sekarang sudah terbalik. Telah menjadi sebuah aib bagi si kaya untuk mendatangi rumah si miskin dan justru menjadi kebanggaan apabila rumahnya disesaki para fuqoro. Merekapun merasa enggan untuk menghadiri undangan si miskin dan merasa risih jika undangannya dihadiri oleh si miskin. Begitu pula si miskin telah menjadikan meminta-minta di jalanan sebagai profesi tanpa ada rasa malu sedikitpun.

Alhasil, apa yang diungkapkan oleh Sayyidina Alwi tersebut singkat tapi betul-betul menjadi suatu ukuran/kaidah tentang mulia tidaknya suatu masyarakat/golongan. Semoga kita termasuk golongan orang-orang mulia tersebut di dunia dan akherat. Amin.

Teladan Mu’minah


Wahai mu’minah, Alhamdulillah kita telah mengikuti Rasulullah SAW di kehidupan didalam cara dan tujuan kita. Beliaulah suri tauladan kita karena beliau adalah kekasih Allah SWT dan pemimpin seluruh makhluk. Beliau telah menunjukkan contoh tauladan kepada kita untuk diikuti.

Kita juga memiliki ibu-ibu untuk diteladani yaitu Az-Zahra Fatimah al-Batul binti Sayyidina Rasul SAW. Begitu pula saudara-saudara perempuan beliau yaitu Zainab, Ruqayyah, dan Ummu Kultsum. Mereka dididik langsung dengan tangan mulia Rasulullah, belajar langsung dari Rosulullah, dibesarkan dalam pemeliharaan Rasulullah SAW, berada dalam perlindungan Rasulullah SAW serta dalam pemeliharaan orang yang pertama beriman, masuk Islam dan bersyahadah (bersaksi) yaitu Sayyidah Khodijah Binti Khuwailid ra, 

Ibunda mereka, semoga Allah SWT meridhoi mereka dan meridhoinya.
Sayyidah Khodijah Binti khuwailid ra adalah suri teladan bagi istri-istri, anak-anak dan saudari-saudari kita. Beliau mengorbankan seluruh jiwa, hartanya, dan kedudukannya untuk Rosulullah SAW Muhammad Bin Abdullah serta untuk kemenangan agamaAllah dan Rosul-Nya.

Rasulullah bersabda, Jibril datang menemui Nabi SAW dan berkata, Ya Rasulullah, Khadijah datang menemuimu dengan membawa sebuah tempat berisi lauk pauk dan makanan. Jika ia telah mendatangimu, sampaikan kepadanya salam Tuhannya dan salamku. Ketika Rasulullah menyampaikan salam itu, Khadijah berkata, Allah As-Salam, darinyalah segala keselamatan, dan kepada Jibril kuucapkan salam.

Selain mereka diatas, suri tauladan kita juga Sayyidah Aisyah ash-Shiddiqah ra binti Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Dan juga Ibunda-ibunda para Mu’minin (Istri-Istri Nabi SAW) serta wanita yang pertama syahid dalam Islam yaitu Sumayyah, ibu dari sahabat Ammar bin Yasir ra. Pernah Rasulullah SAW berjalan melewati keluarga Yasir yang sedang disiksa oleh kaum kafir musyrik Makkah. Rasulullah SAW bersabda kepada keluarga Yasir : Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya tempat tinggal kalian adalah Surga. (disebutkan sebanyak 2 kali).

Begitu juga para wanita Anshor yang berjihad, yang jujur, yang selalu bertobat kepada Allah SWT, yang takut kepada Allah SWT, yang senantiasa meliputi hati mereka dengan keagungan Allah dan Rosul-Nya dengan cinta yang shiddiq.

Pernah dikatakan kepada salah satu wanita Anshor, Sesungguhnya ayahmu telah terbunuh!

Ia menjawab, Ia sudah di sisi Allah SWT. Apa yang telah terjadi pada Rasulullah SAW?

Orang tersebut berkata, Saudaramu telah terbunuh!

Wanita Anshor itu menjawab, Ia sudah di sisi Allah SWT. Apa yang terjadi pada Rasulullah SAW?

Orang tersebut berkata lagi, Anakmu telah terbunuh!

Wanita Anshor tersebut menjawab, Ia sudah di sisi Allah SWT. Apa yang terjadi pada Rasulullah SAW?

Orang tersebut menjawab, Sesungguhnya beliau dalam keadaan baik seperti yang kau inginkan.

Wanita Anshor berkata, Tunjukkan kepadaku! Lalu mereka membawa wanita ini ke tempat para sahabat dan ia menyaksikan Rasulullah SAW dalam keadaan baik. Kemudian ia melihat wajah Rasulullah SAW dan berkata, Sesungguhnya setiap musibah, selain engkau ya Rasulullah, adalah hal yang kecil.






Seruan bagi Mu’minah: Jangan Ikuti Adat Kaum Kafir

Seharusnya wanita-wanita kita kecil maupun besar tidak mengikuti ajaran kaum kafir. Janganlah mengikuti mereka dalam segala sesuatu. Baik cara berpakaian, adat perkawinan, di dalam rumah serta cara keluar rumah.

Siapakah yang kalian ikuti?! Wahai putri-putri dan wanita mu’minat, siapakah yang kalian ikuti dan jadikan contoh?! Kalian mengikuti orang kafir, Yahudi, Nasrani, para pelacur, wanita yang dilaknat Allah, wanita yang jauh dari jalan Allah!

Bagaimana kalian bisa sampai terjerumus, wahai mu’minah! Dan siapa yang menjerumuskan kalian?! Wahai mu’minah, wahai muslimah, siapakah yang kalian ikuti?! Wahai mu’minah, wahai muslimah, siapakah yang kalian ikuti??? Siapakah yang telah kalian contoh dan jalan siapa yang telah kalian ikuti?! Dengan siapa kalian telah menukar teladan kalian?! Kalian telah menukar Sayyidah Ahlil Jannah dengan kaum kafir! Kalian telah menukar Sayyidah Khadijah yang memperoleh salam dari Allah, dengan kaum yang dilaknat Allah SWT.

Apakah yang telah menimpa kita?! Berpikirlah secara benar dan serius. Perkara ini bukanlah sebuah lelucon, mainan, atau gurauan. Ini perkara agama yang berkaitan dengan akhirat kita! Juga berkaitan dengan keadaan menjelang maut, di dalam kubur, di barzah dan hari kebangkitan.
Perkara agama ini juga tergantung pada amal perbuatan kalian dalam kehidupan, adat, perkataan dan sikap kalian.

Siapa suri tauladan kita?? Siapa suri tauladan kita?? Siapa suri tauladan kita?? Kita telah menukar dan meninggalkan suri tauladan Al-Batul, salah satu bagian dari Rasulullah yaitu Sayyidah Nisa’ Ahlil Jannah dalam adat dan kehidupan beliau. Dengan siapa?! Dengan siapa?! Ya mu’minah, ya mu’minah…!! Lalu bagaimana? Apa yang terbetik di benak kita?

Sesungguhnya hal yang memalukan dan aib bagi muslimah dan mu’minah untuk tidak memperdulikan siroh (sejarah) Sayyidah Fatimah az-Zahra, akhlak dan adat kebiasaan beliau! Sedangkan kita mencontoh lainnya! Terutama untuk dzurriyat Rasulullah SAW. Bahkan melupakan siroh, akhlak, tata cara mu’amalah, dan amal perbuatan beliau lalu mengikuti para pelacur dan kaum kafir.. !

Ya mu’minah, bagaimanakah kehidupan kita? Tahun demi tahun berlalu dan sekarang kita memasuki tahun Baru Hijriah. Sampai kapan kita dalam kelalaian ini? Kita telah menukar ulama dan pembesar dengan kaum kafir, para pelacur, dan orang yang jauh dari Allah SWT.

Ya mu’minah, pesta perkawinan dilaksanakan dengan adat kaum kafir. Mereka saling membanggakan dengan mengadakan pesta perkawinan di gedung-gedung. Perkawinan semacam itu adalah sesuatu yang buruk, menyimpang dari syariat, menimbulkan bala’ (kerusakan), dan tidak ada barokahnya bagi kedua mempelai dan keluarga mereka.

Jika mereka tetap menyelenggarakan perkawinan yang mewah untuk saling berbangga diri yang didalamnya terdapat tari-tarian dan musik, maka mereka akan mendapatkan kesusahan di dunia dan akhirat. Dan katakan kepada mereka, Setelah penjelasan ini maka tidak ada udzur untuk tetap menjalaninya wahai mu’minah.!

Indonesia dahulu terang bercahaya dengan adanya kaum sholihin dan orang yang bertakwa. Mereka datang dari negara-negara yang baik. Tanpa adanya mereka, kondisi Indonesia tak sebaik sekarang dan kita tak akan dapat berjalan-jalan seaman sekarang.

Anugerah ini didapatkan bukanlah dengan mengikuti adat Yahudi dan Nasrani, kelalaian kepada agama Allah SWT atau memberati diri untuk mencari sesuatu yang fana. Namun karena berkah orang sholeh dan usaha orang-orang yang shiddiq.

Keadaan Indonesia yang baik ini adalah anugerah yang besar dari Allah SWT karena berkatnya mereka. Ini adalah sesuatu yang membanggakan. Marilah kita kembali ke jalan mereka, mengikuti ajaran serta akhlak mereka dan meninggalkan susupan syetan dan para pembantunya.

Kita tak boleh bangga dengan tari-tarian, pakaian yang ketat menampakkan bentuk tubuh, dan penyelenggarakan perkawinan di gedung-gedung. Apakah kalian tidak tahu pesta perkawinan Sayyidah Fatimah Zahra di gedung apa? Menggunakan tata cara siapa?.

Siroh Sayyidah Fatimah Zahra telah terhapus di benak kalian. Apakah kalian melihat diri kalian lebih agung dari beliau?! Apa saja yang dipersiapkan Rasulullah SAW untuk perkawinan putri beliau?.

Dengan cara begitu, apakah turun derajat Sayyidah Fatimah?! Di akhirat nanti seluruh wanita, sejak awal penciptaan hingga akhir, akan menundukkan kepalanya karena beliau akan melewati jalan cahaya. Ketika di padang mahsyar, akan terdengar suara dari Arsy Allah, Tundukkan kepala kalian dan pejamkan mata karena Fatimah binti Muhammad SAW akan melewati shiroth.

Apakah kalian tidak ingin berada di belakang beliau, lewat di Shiroth bersama beliau dan mengikuti beliau ?!.

Kalian telah menukar beliau dengan lainnya. Ketika Rasulullah SAW ditanya, Apa yang terbaik bagi wanita? Sayyidah Fatimah menjawab, Yang paling baik bagi wanita adalah tidak melihat dan tidak dilihat oleh laki-laki. Kemudian Rasulullah SAW mencium kening Sayyidah Fatimah dan berdoa, Semoga Allah SWT memberkati anak keturunannya.

Ya mu’minah ingatlah, karena suatu peringatan itu bermanfaat. Jauhilah adat-adat yang fana tersebut dan jangan memaksakan diri sampai-sampai berhutang. Seperti di dalam hadits Rasulullah SAW , Barang siapa yang memakai pakaian untuk dipamerkan maka di akhirat nanti akan dihinakan oleh Allah SWT.
Janganlah berbangga dengan pakaian sutra dan emas. Sesungguhnya orang kafir diberi Allah SWT kenikmatan dunia, namun itu adalah kenikmatan yang fana. Mengikuti Fatimah Al-Batul Az-Zahra lebih mulia.






Qasidah Sayyidina Hassan bin Tsabit Al Anshariy RA

Setiap kalimat melukiskan betapa cintanya beliau pada Rasulullah SAW


Oleh Tim Hadroh Majelis Rasulullah SAW





Selasa, 17 September 2013

Selamat Jalan Guruku

Pesan Beliau…‘’Salam rinduku untuk kalian semua jamaah Majelis Rasulullah SAW.Kelak jika terjadi sesuatu padaku maka teruskan perjuanganku.Ampuni kesalahanku.Kita akan jumpa kelak dengan perjumpaan yang abadi. Aamiin''




Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



Innalillahi wa inna Ilaihi Roji’un.
Allahumma ajirniy fii mushiibaty, wa akhlif liy khairan Minhaa.


Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.
Wahai Allah Berilah aku pahala dari kehilanganku ini dan gantikan aku dg yg lebih baik darinya.




Telah Meninggal Dunia, Guru Kita,
Al Habib Munzir Al Musawa, 


Minggu, 15 September 2013


Almarhum dimakamkan di Komplek Makam Hb.Kuncung Kalibata




Allahummaghfirlahu warhamhu wa 'afihi wa'fu 'anhu
Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfirlana wa lahu
Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad Wa 'Ala Alih Wa Shohbih
Walhamdulillahirobbil 'alamin



Terima Kasih atas segala ilmu yang kau berikan, akhlak yang kau ajarkan, cinta yang kau tebarkan.
Terima Kasih kau telah mengenalkan kami kepada Rasulullah, Muhammad SAW.
Terima Kasih kau telah ajak kami berdzikir, kau ajak kami meneteskan air mata, bertaubat kepada Allah SWT.
Terima Kasih kau telah kobarkan semangat dalam diri kami, untuk terus membenahi akhlak kami, dan orang-orang sekitar kami.
Sungguh jasamu tak akan terbalaskan.

Insya Allah, Kami akan teruskan perjuanganmu
Insya Allah, Dakwah akan terus berjalan
Insya Allah, Kami akan membuatmu tersenyum bahagia
Insya Allah, Kami akan wujudkan cita-citamu
Insya Allah, Jakarta akan menjadi kota Sayyidina Muhammad SAW
Insya Allah, Kita akan berjumpa kembali dalam perjumpaan abadi, bersama dengan Rasulullah SAW.

Sampaikan salam rindu dan cinta kami kepada Rasulullah SAW.




www.majelisrasulullah.org

Minggu, 03 Maret 2013

DAR AL-MUSTHAFA


Pendahuluan
Sesungguhnya yang menjaga syari’at lebih dari 14 abad bukanlah suatu kelemahan atau ketidak mampuan seseorang untuk menjaganya di abad yang akan datang, semenjak Sayyidina Al-Muhajir Ahmad bin Isa memegamg bendera da’wah sampai sekarang ini telah berlalu 1100 tahun, akan tetapi tetaplah kokoh dan tangguh, dan masih tercium harum aroma da’wah ilallah.
Diantara waktu tersebut sampai sekarang ini, berapa banyak da’wah yang tersebar keberbagai penjuru alam. Mengapa tidak padam semangat da’wak tersebut? Kerena kekokohan da’wah tersebut seperti kekokohan da’wah Al-Muhajir Al-Awal SAW.
Dengan kekokohan da’wah yang tampak itu tersebarlah tempat ilmu, adab, dan da’wah di negeri Hadramaut umumnya dan Tarim pada khususnya yang terbit cahaya yang terang benderang dengan ilmu Islam dan dikatakan bahwa sepertiga dunia Islam masuk Islam penduduknya berkat da’wah ulama Hadramaut yang perintisnya Sayyidina Al-Muhajir Ahmad bin Isa yang keluar dengan agamanya dari kota Basyrah ke kota Hadramaut pada abad ketiga hijriyah, dan negeri yang penuh berkat ini terhias dengan hiasan ilmu, ikhlas, khauf, dan wara’ sejarah pun telah mengutipnya.
Alhamdulillah, Allah SWT telah menempatkan kita dalam mimbar yang indah dan baik dari mimbar-mimbar ilmu yang sedikit didapatkan yang sepertiganya di dalam dunia Islam pada saat ini dan akan terlihat keluarnya para rijal yang menyebar pada penjuru alam yang membawa bendera untuk mengibarkan da’wahnya sebaik-baik pemimpin (Nabi Muhammad SAW)
Begitulah dengan besar hati dan bangga dengan keterus terangan ini semoga kebaikan menjadi saksi bagi alam. Mereka rijal yang pena mana pun tidak mampu mensifati macam-macam sifat mereka dengan sesuatu yang membawa kalimat dengan maqam-maqam sidiq, ikhlas, dan semangat yang tinggi dalam da’wah ilallah, bagaimana pena-pena akan mampu mensifati mereka cahaya dari obor yang berasal dari cahaya nubuwwah dan obor yang terang benderang dari nur-nya Nabi Muhammad SAW. Sungguh Allah SWT telah menolong agamanya dan menjaga syariatnya dan mereka para rijal semoga Allah SWT meredhai mereka, Amien. 

Latar Belakang
Dar Al-Musthafa adalah satu ibarat dari salah satu pusat ilmu, adab, dakwah ilallah dan juga salah satu bukti dari pemeliharaan Allah SWT akan agamanya dan syariatnya serta bukti pertolongan Allah SWT. Allah SWT berfirman: “..Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya…” (Al-Hijr,ayat 9).
Salah satu sebab didirikannya Dar Al-Musthafa disebabkan banyaknya pelajar yang datang dari berbagai daerah dari negeri Yaman dan juga luar Yaman, yang mereka belajar dan menuntut ilmu-ilmu syari’at di sisi Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim ibn Syekh Abu Bakar bin Salim di kota Tarim Al-Ghanna, maka mereka membutuhkan tempat yang khusus agar memungkinkan mereka menuntut ilmu dan tidak disibukkan dengan kesibukan manusia. Sebelum di bangun Dar Al-Musthafa pelajar tinggal di Rubath Al-Musthafa yang berada di kota Syihir lalu mereka pindah ke kota Tarim dan tinggal di kamar kamar mesjid At-Taqwa dan rumah Assana serta tempat mereka belajar di mesjid Maula Aidied di Tarim, ketika selesai pembangunan Dar Al-Musthafa mereka pindah ke bangunan yang baru yang telah diresmikan lima hari sebelumnya yaitu pada bulan muharam tahun 1417 H.
Dar Al-Musthafa adalah tempat berkumpul dan bertemunya para pelajar pelajar yang datang dari berbagai penjuru dunia, baik itu dari Yaman, Zajirah Arabia, Afrika, Inggeris, Amerika, Asia Timur, Thailan, Singapura, Malaysia dan Indonesia.
Pelajar yang pertama tama datang ke Dar Al-Musthafa adalah pelajar dari Indonesia yang berjumlah sekitar tiga puluh orang pada tahun 1416 hijriah. Itu di sebabkan kunjungan pertama Habib Umar bin Muhammad bin Hafizd ke Indonesia pada tahun 1414 hijriah, kunjungan ini dilaksanakan kerena melaksanakan perintah guru beliau Al-habib Abdul Qadier bin Ahmad Assegaff dan Al-Habib Muhammad bin Abdullah Al-Haddar. Benarlah kata orang “ sesungguhnya kunjungan itu bisa memberi bekas yang besar pada penyebaran ilmu dan pelurusan akhlak serta bisa menggantungkan hati pada dakwah ilallah, dan sebagian dari tujuan kunjungan adalah untuk memberi peringatan bagi orang awam, memberi memfaat kepada orang lain dan juga bertujuan menguatkan ikatan di antara sesama saudara se-Islam dan menyempurnakan persaudaraan sesama muslim diberbagai negara yang berbeda beda. Maka nampaklah bekas yang hebat pada kunjungan Habib Umar bin Muhammad bin Hafizd ke Indonesia dan menjadi bukti pembaruan hubungan antara Indonesia dan Hadramaut dan juga menguatkan ikatan antara sadah alawiyyin dan pencinta mereka di Indonesia dan Hadramaut.
Seiring berjalannya waktu selesailah pelajaran pelajar pelajar tadi di Dar Al-Musthafa pada tahun 1419 hijriah.dan sekarang mereka menyebarkan dakwah di negeri masing masing dan memberikan manfaat untuk umat Islam di desa maupun di kota. Oleh kerana itu Alhamdulillah pada tahun 1421 hijriah jumlah pelajar Indonesia yang berdomisili di kota Tarim sekitar 400 orang. Dari jumlah tersebut dua ratus orang belajar di Dar Al-Musthafa dan sisanya ada yang belajar di Rubath Tarim dan Kuliah Syariah dan Hukum Universitas Al-Ahgaff. 


Nama Lembaga
Dar Al-Musthafa Lembaga Pendidikan Islamiyah. 



Pendiri
1.     Al Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Salim bin Hafidz.
2.     Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz.


Tahun Berdiri
Dimulai pembangunan Dar Al-Musthafa pada bulan Syawal tahun 1410 H dan peresmian pertama pada hari Selasa Tanggal 29 Dzulhijjah 1411 H bertepatan hari wafat Al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz ibn Abu Bakar bin Salim, dan peresmian kedua pada bulan Muharram 1417 H. 


Tujuan Didirikannya
Tidaklah dibangun perguruan ini kecuali untuk mencetak ulama ulama yang kuat pada ilmu dan beradab dengan adab nubuwwah, dan memikul beban umat dengan mengajak mereka kejalan Allah SWT dan memberikan manfaat kepada mereka dan menyelamatkan mereka dari kegelapan, kebodohan kecahaya ilmu dan menguatkan keimanan mereka dan mengikat mereka dengan sunnah sunnah Nabi SAW. 


Asas Asas
Sungguh terwujud tujuan yang besar ini dengan peletakan tiga sasaran yang merupakan sebagai tujuan pokok :
1.     Penguasaan ilmu ilmu Islam secara murni.
2.     Pembersihan jiwa dan pemurnian akhlak
3.     Da’wah kejalan Allah


Program Program
Untuk mencapai sasaran dan menghasilkan hasil yang memuaskan Dar Al-Musthafa membuat program program pada tiap tiap tujuan :
1.     Pada ilmu 
Pelajar diberi dua pilihan :
  • Belajar kitab kitab yang sudah ditetapkan di Dar Al-Musthafa.
  •  Menghafal Al Quran disertai dengan belajar fiqh dan nahwu.


2.     Pada suluk
Dianjurkan bagi tiap pelajar meresapi dan mengamalkan akan dasar dasar pada suluk :
  • Pembersihan diri dari sifat sifat tercela.
  • Mempunyai perhatian dengan sunnah-sunnah dan adab Nabi SAW.
  • Beradab dengan pergaulan sesama makhluk. Selalu melazimi petunjuk dan nasehat nasehat. Dalam hal ini Al Habib Umar bin Hafidz mengumpulkan untuk santri santrinya azkar dan aurad dalam satu kitab yang diberi nama “Khulasah Al Madad Annabawi”, yang mana dianjurkan kepada para santri santrinya untuk membacanya pada waktu waktu yang sudah ditentukan.

3.     Pada Da’wah
Pihak pengurus membuat satu jadual bagi para santri yang punya kemauan dalam da’wah, seperti : keluar da’wah mingguan setiap hari kamis sampai hari jum’at, keluar da’wah tahunan selama 40 hari, ini bagi para santri yang membaca kitab ‘Umdatus salik dan menziarahi para ulama, tempat tempat bersejarah, mesjid mesjid dan maqam maqam para aulia yang ada di Hadhramaut. Dan ada juga da’wah dilingkungan Dar Al-Musthafa seperti pertemuan santri santri yang berasal dari satu daerah.


Waktu Belajar
Pelajaran dimulai setelah shalat subuh sampai jam 08.30 pagi, diajarkan tiga mata pelajaran. Tiap-tiap satu mata pelajaran memakan waktu 45 menit. Kemudian pelajaran diteruskan setelah shalat dzuhur, diajarkan satu mata pelajaran. Kemudian pelajaran diteruskan kembali setelah shalat maghrib satu mata pelajaran dan setelah shalat isya setoran hafalan.



Kitab kitab yang diajarkan.
Fiqh
1.     Risalatul jami’ah
2.     Safinatun naja'
3.     Muqaddimatul hadhramiyah
4.     Matan Abi Syuja’
5.     Yakut An Nafis
6.     Umdatus Salikin

Aqidah
1.     Aqidatul Awam
2.     Al Aqidah (karangan Imam haddad)
3.     Durus tauhid
4.     Jauhar tauhid

Nahwu
1.     Matan asas
2.     Al jurumiyah
3.     Mutammimah Aljurumiyah
4.     Qatrun nida

Hadits
1.     Mukhtar Alhadits
2.     Arba’in Nawawiyah
3.     Nurul iman
4.     Mukhtar Riyadushhalihin


Metode pengajaran adalah sistem halaqah. Setelah pelajar meyelesaikan kitab kitab diatas, pelajar diberi pilihan untuk masuk jurusan (takhasus), penjurusannya sebagai berikut :
1.     Al Quran dan ilmunya
2.     Al Hadits dan ilmunya
3.     Sirah
4.     Lughah arabiyah
5.     Fiqh dan ushulnya
Dan juga Dar Al Musthafa mengadakan pesantren kilat pada masa liburan musim panas untuk para mahasiswa mahasiswa, pegawai dan guru guru selama 40 hari, dan juga mengadakan pesantren kilat untuk para kiai selama tiga bulan. 


Sarana dan Fasilitas
Asrama bagi para santri, setiap kamar dilengkapi dengan AC, kipas angin, almari, meja belajar dan ranjang
Toserba
Ruang makan
Warnet
Wartel
Klinik
Perpustakaan
Toko buku
Transportasi sebanyak 4 bis
Money changer
Rumah tamu
Stasiun radio
Travel umrah dan haji